Sepucuk surat

175 6 0
                                    

Sudah tiga hari aku berada di desa ini. Tinggal sekitar 5 hari lagi, aku harus takeoff lagi ke Semarang. Aku tak menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Hari ini perjalanan kami akan di lanjutkan ke puncak Fokus bersama kawan-kawanku.

" Umi.. Syifah berangkat yah.." lalu kuraih dan kucium tangan umi dan abi.

" Hati-hati yah Fah.." jawab umi mengizinkan.

Siang ini aku berangkat setelah sholat dzuhur usai aku tunaikan. Ana sudah lama menunggu di luar. Ia datang menjemputku dan akan berangkat bareng.

Seperti kemarin, teman-temanku sudah menunggu di pos.

" Haaii Haaii...!!" sapa Anty duluan.

" Udah datang semua kan..??" tanya Ana.

" Iya.." jawab Risal singkat.

" Kalau gitu langsung berangkat yuk.." Kiki langsung mengendarai motornya siap untuk berangkat.

"Let's Goooo....!!" teriak Anty tak kalah nyaring. Anty yang super tomboy kaya aku dulu nggak pernah berubah.

" Eeettss Tunggu dulu.." Cakra langsung berdiri di depan kami sambil merentangkan kedua tangannya. Ala polisi gitu. Tapi sayang dia cuma polisi nyasar. Eeh polisi gadungan...

" Ada apa lagi...??" tanya Ana bete.

" Sebelum kita berangkat, ada yang harus kita dengarkan dulu dari dia.." ujar Cakra mengedipkan alisnya kearah Dedi. Semua mata tertuju kearah Dedi. Namun, Dedi hanya bersikap enjoy aja.

" Mau bahas apa lagi..?? Kalau mau ribut kaya yang kemarin nggak usah di bahas..!!!" sahut Kiki mulai bete juga.

" Ini bukan masalah keributan.." ucap Risal menenangkan keadaan.

" Terus apaan...??" tanyaku sedikit cuek tapi penasaran.

" Mr. Dedi silahkan..." dengan gaya Cakra kaya orang kantoran.

" Maaf yah.... mungkin ini nggak ada gunanya buat kalian semua.." kata Dedi mencoba menjelaskan.

" Terus kalau nggak ada gunanya kenapa di bahas...?" tambah ku.

" Tapi ini masalah aku, batin aku...."

" Ciiiuuss....!! masalahmu yah kamu sendiri. Kenapa harus kita yang terlibat.... Urus aja sendiri..!!" ketus Anty sadis. Dedi pasti kesal banget deh dengan kelakuan Anty sih tukang nyosor itu.

" Iya dengerin dulu dong..." ujar Dedi menahan emosi.

" Cuma mau bahas hal sepele kok nahan-nahan.." ujar Johan cuek.

" Emang kamu tau..??" tanyaku sewot.

" Nggak sih. Tapi pastinya masalah nggak penting.." tebak Johan. Johan sama sekali tak tertarik dengan apa yang akan di ceritakan Dedi.
Aku berbalik kearah Dedi. Begitupun yang lainnya.

" Rani..." panggil Dedi. Rani langsung menghadap kearah Dedi. Mereka berdua berhadapan. Namun ada jaraknya. Ada apa lagi ini...?? pikir kami.

" Ran... maaf kalau selama ini aku bersalah sama kamu.. " Dedi menunduk lesuh.

" Salah...?? nggak ada tuh..!!" basa basi Rani menoleh kearah lain.

" Di depan teman-teman kita akuuu...." sejenak Dedi berhenti berbicara dan menarik nafas dalam-dalam. " Aakuu..." Dedi kembali tarik nafas.

" Mau bilang apa...??" tanya Rani ge'er dengan gaya anak manja lagi minta uang. Hhuuu....

" Aku mau putus..." kata Dedi lantang. Kami semua kaget.

" Whhaatt...??" teriak kami satu persatu.

" Nggak... nggak mungkin..." ujar Rani nggak percaya. " Kamu bercanda kan..??" tambahnya. Rani berharap kalau Dedi hanya bercanda. Dan dia akan di beri kejutan.

PILIHAN ALLAH YANG TERBAIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang