3- Steven Alvero

7.1K 300 11
                                    

Justin Bieber-Sorry.

***

Lonceng istirahat kini telah berbunyi. Murid murid berhamburan ke luar kelas mereka menuju tujuannya, yaitu Kantin. Namun, berbeda dengan Steffi yg kini berjalan di koridor sekolah sambil celingak-celinguk kebingungan. Dia mencari satu satunya sosok lelaki yg ia baru lihat kemarin. Tanpa perkenalan dan salam hangat, yang ada hanya ada pertengkaran di antara mereka berdua.

Tetapi, kali ini Steffi sangatlah butuh lelaki yg sama sekali dia tidak suka itu. Demi Liontin kesayangannya, liontin yang sangat berarti baginya.

Steffi mendesah resah, sudah beberapa kali putaran dia berjalan, dia sama sekali tidak menemukan sosok yang dia anggap sebagai pohon beringin itu. "Ish, kemana sih si rambut beringin?" gerutu Steffi dengan decakan kesalnya.

Kini Steffi mulai kelelahan mencari. Dia berjalan menuju kantin sekolah untuk membeli air mineral. Lalu dia berjalan menuju Taman sekolah yg lumayan sejuk untuk menenangkan hatinya. Membuka tutup botol minuman, Steffi meneguknya dengan tidak santai.

Layaknya orang kehausan.

Dia meremas botol tersebut dan melemparnya asal karena sangat kesal, mengingat perjuangannya yang sia-sia.

"Awww...." Pekik seseorang yang berada di kursi taman belakang semak-semak.

Steffi menutup mulutnya panik. "Mampus gue," bisiknya pada diri sendiri. "Aduh, gimana nih...." Steffi berjalan mondar-mandir mencari tempat persembunyian.

Namun...,

"Heh lo! Kurang ajar banget, kagak tau tempat sampah? dasar tukang ngerusak lingkungan. Mana kena kepala gue lagi," omel seseorang yang membuat Steffi berjengit kaget. Melepas earphonenya, orang itu menatap Steffi sengit dan sinis, "Elo? Ish, gue ketemu lagi sama lo dalam keadaan gue yg emosi sama lo."

Steffi menaikan satu alisnya. "Eh lo Cowok? Atau lagi dapet, Mbak." Iqbaal melotot tajam pada Steffi, namun Steffi hanya mengabaikanya dan mengehentikan kekehannya. "Gue nyariin lo dari tadi, dan akhirnya gue ketemu lo disini!" Steffi tertawa geli dan melipat kedua tangannya di dada.
"Gua gamau ngomong sama lo." Bantah Iqbaal dingin, lalu melangkah pergi begitu saja. Dengan panik, Steffi menarik lengan Iqbaal agar dia tidak pergi, dia tidak ingin menyia-nyiakan usahanya sedari tadi mencari sosok lelaki menyebalkan ini.

Iqbaal menghadap Steffi dengan tatapan sinis dan malas. "Ayolaah plis, bantu gue, saat ini gue sangat butuh bantuan lo." Steffi mengayun-ayun kan lengan iqbaal memakai kedua tangannya sambil memasang wajah berharap.

Iqbaal menepis tangan Steffi yang berada di lengannya. "Gue gamau bantu lo, rayuan lo gamempan." Ucapnya datar dan melanjutkan perjalanannya yang tadi tertunda akibat sosok makhluk aneh.

Steffi kini mulai kesal dan sangat jengkel ingin rasanya menjambak rambut iqbaal yg menurutnya seperti pohon beringin itu. Namun, jika dia melakukannya malah mempersulit dirinya untuk menemukan liontin itu. Dengan wajah berbinar dan lampu bohlam yang muncul diatas kepalanya dia menyeringai.


Oke, last play the game. Batin Steffi tersenyum licik.


"HUAAA ... Hiks ... Hiks, dia jahat sama gue." Steffi duduk di hamparan rumput taman sekolah sambil menangis-nangis layaknya anak kecil. Tak lupa dia menunjuk punggung Iqbaal sebagai tersangka.

Somedays Later  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang