15- X Best Friend

4.2K 219 15
                                    

Shawn Mendes - Bring it black

Hari ini Steffi sekolah, senyum tak pudar dari bibirnya. Berbeda dengan hatinya yang sedang mendung, dan sebentar lagi di landa hujan.

Steffi tersenyum saat hatinya rapuh.

Dia mengunci pintu rumah dan berjalan menuju motor merah Iqbaal, hari ini Iqbaal menjemputnya.

Steffi tersenyum hangat. "Pagi, Baal," sapa Steffi. "Sori gue lama."

Iqbaal nyengir. "Gapapa, gue baru dateng."

Steffi naik ke motor Iqbaal dan Iqbaal menjalankan motornya sambil tersenyum.

Jangan cabut kebahagiaan ini, ya allah. Tolong. Batin Iqbaal, Iqbaal tersenyum miris.

Steffi menikmati angin yang berhembus menerpa wajahnya, ntah berapa lama lagi dia akan merasakannya. Dia tau, ginjalnya sudah sangat serius. Dia sering kali sangat kesakitan kala ginjal itu bereaksi, jika di cabut Steffi tak memiliki ginjal dan tentu tak bisa hidup, begitu pula tak di donor, Steffi akan bertahan namun hanya sementara. Dia kali ini hanya pasrah.

"Kenapa ya, harus ada hitam di atas putih?" Tanya Steffi.

Iqbaal menoleh lewat kaca spion melihat Steffi yang sedang menatap langit.

Iqbaal tersenyum. "Begitu juga kesedihan Steff, kalau lo gatau apa itu sedih lo juga gak bakal merasa bahagia, dan itu sama dengan artinya hitam dan putih, kalau gaada hitam. Putih akan hampa, dan kalau gaada putih, hitam akan redup." Jelasnya pada Steffi yang kini tersenyum.

"Lo bener, gue gabakal tau bahagia kalau gaada kesedihan...," Steffi memeluk Iqbaal erat dan bersandar di punggungnya. "Karena gue tau, tanpa lo gue gatau arti kebahagiaan. Hidup gue hampa."

Iqbaal mengelus tangan Steffi yang berada di pinggangnya dan tersenyum.
"Cukup kaya gini, gue bahagia sama lo," ucap Iqbaal. "Cuma lo." Koreksinya.

Iqbaal kembali fokus pada jalanan walau hatinya berkecamuk, sesungguhnya dia takut.

Dia takut ada pertemuan dan berujung perpisahan.

Iqbaal tau itu akan terjadi, tapi tolong jangan sekarang, jangan saat perasaan ini mulai bertambah, dan mulai menguat.

----

"Di, bukannya itu Iqbaal sama Steffi?" Tanya Randy sambil menyipitkan matanya, Endy ikut melihat arah pandangan Randy.

"Iya, itu emang mereka." Ucap Endy.

"Gue gananya lo, tolil."

"Bodo amat,"

"Pergi lo, menjauh dari gue."

Randy menatap Endy tajam. "Berisik lo kendi."

"Lah, kalau gue kendi lo juga kendi, kan nama lo sama-sama di. Randy tolil," hina Endy, Randy berdecak sebal. Namun terhenti kala melihat kepalan tangan Aldi.

Randy menatap Endy dengan tatapan, Die-marah-gimana-ini.

Dan Endy menjawab dengan tatapan, Kenapa-lo-nanya-gue-idiot.

Somedays Later  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang