4-She's Sick.

4K 190 1
                                    

Jangan membuat aku gila hanya karena tatapan dalam tanpa arti dari matamu.
(Laddya Herliana)

---

Iqbaal terus menerus menggosokan kedua tangannya pada pipi pucat Steffi. Jantungnya terus berdegup takut melihat keadaan Steffi yang terus menggigil hebat dengan mata terpejam dan gigi yang tak hentinya bergemeletuk.

"Bangun dong, jangan buat gue ngerasa bersalah kayak gini."

Namun tidak ada respon dari Steffi. Yang ada malah suhu tubuhnya yang kian meninggi membuat Iqbaal semakin khawatir dan merasa bersalah.

Kini iqbaal berlari menuju lantai bawah untuk mengambil semangkuk air panas beserta handuk kecil. iqbaal mengompres dahi steffi dengan sabar dan telaten.

Namun suhu tubuh Steffi masih belum mereda. Iqbaal mengambil sebuah kompres penurun panas di sebuah kota P3K yg melekat pada dinding kamarnya.

Dia kini mengompres kedua kaki Steffi yg masih berkerut karena berlama lama di dalam air, Iqbaal mengkompres keduanya dan sedikit merendam kan kedua kakinya ke dalam mangkuk air hangat itu. Lalu kembali mengelap kaki Steffi memakai handuk kecil. Dia pun mengolesi minyak kayu putih ke bagian hidung leher juga kedua kaki Steffi. Dan melapisi tubuh Steffi dengan beberapa selimut agar dia tidak kedinginan.

Sejenak iqbaal pun melihat wajah Steffi yg masih pucat dan perlahan mengelus kepala Steffi lembut sambil memperhatikan lekak-lekuk wajah steffi yg natural ini

"Maafin gue." Ucap Iqbaal sambil bersender di bawah kasur yg di gunakan Steffi dan menjadikan kedua tangannya sebagai alas tidurnya.

Diam-diam Iqbaal kembali menatap wajah pucat Steffi dengan penuh rasa yang berkecamuk dalam hatinya. Sedikit tersenyum, Iqbaal memejamkan matanya untuk memasuki alam mimpi.

***

"Nggh...," Steffi terbangun dari tidurnya. Dia memegang kepalanya yang terasa sangat pening sambil melihat seorang pria sedang tertidur di bawah ranjangnya. Steffi masih menilik pria tersebut di tengah kesadarannya. Matanya menyipit heran dengan wajah yang terus mendekat ke arah pria itu.

"Mmh...," Orang itu terbangun dengan wajah bantal yang sama seperti Steffi.

Steffi memelototkan matanya kaget. Untuk pertama kalinya jantung kedua nya berdegup kencang, buru- buru Steffi menjauhkan pandangannya dari orang itu.

"Elo? Lo apain gue? Kenapa gue dikamar lo? Lo ... lo?" Ucap Steffi terbata-bata. Matanya mulai memerah dan kedua tangannya menyilang berusaha menutupi tubuhnya.

Pletak!

Satu jitakan hangat mendarat mulus di dahi Steffi. Steffi memajukan bibirnya sambil mengusap-ngusap keningnya yg terasa ngilu akibat jitakan dari Iqbaal.

Iqbaal mendelik galak. "Eh lo, gatau terima kasih banget sih jadi orang, udah di tolongin juga." Omel Iqbaal seraya menatap Steffi tajam.

"Tolongin? Bukannya lo sendiri yang bikin gue kaya gini?" Balas Steffi tak kalah garang. Gadis itu berkacak pinggang sambil menatap Iqbaal tak kalah tajam dan menusuk.

Iqbaal yang di tatap seperti itu memilih mendengus dan menghela nafas pelan. "Iya maaf gue yang salah sama keterlaluan."

"Manaa??" Tanya Steffi tanpa menggubris perminta maafan Iqbaal.

iqbaal menaikan sebelah alisnya. "Mana Apa?" Tanyanya bingung.

"Liontin guee." Steffi berdecak sebal dan melihat sinis Iqbaal.

"Maafin gue." Ucap Iqbaal kembali.

"Mana liontin guee???"

"Maafin gue duluu."

"Enggak!"

"Ayolah. Gue traktir lo makan." Ucap Iqbaal seraya membujuk Steffi agar memaafkannya. Jangan tanyakan perasaan Iqbaal ketika memintanya. Iqbaal saja merasa ngeri dengan dirinya yang seperti ini.

Steffi menyipitkan matanya. "Ish iya-iya. Tapi mana liontin gue?"

"Nih," Iqbaal menyodorkan sebuah kotak kecil berbalut hiasan silver di sisi kotak itu pada Steffi yang menatapnya dengan kening berkerut.

"Ini apa? Gue minta liontin bukan ini." Steffi yang mulai sebal menatap Iqbaal sinis dan menaikan nadanya satu oktaf.

"Liontin lo ada di dalem sini. Gue tau lo orangnya nggak telaten, barang berharga aja bisa sampai ilang. Gue tau ini dari kaka lo. Jangan lo ilangin lagi." Ucap Iqbaal sambil mengibas-ngibas rambutnya angkuh.

"Ohh... gitu, bilang dong. Sori deh gue tadi ga dengerin penjelasan lo." Pinta Steffi seraya mengacung tangannya berbentuk "V" dan nyengir ala-ala kuda.

"Hmm." Jawab Iqbaal datar dan meninggalkan Steffi.

Steffi kini meraba dahinya yg masih tertempel pendingin suhu tubuh. Dia perlahan mulai mencopot nya.

Steffi menyunggingkan senyum manis dari bibirnya "Baik sih dia ... tapi ya gitu, rese ga ketulungan bikin gue pengen ninju mukanya berkali-kali" Fikir Steffi  sambil melihat kotak berwarna hitam dengan corak silver itu.

***

Iqbaal menenteng tas selempangnya di sebelah lengan dengan penampilan yang menurut para gadis cool. Rambut yang basah, seragam yang di tata rapih namun baju di keluarkan, dua kancing atas terbuka memperlihatkan kaos putih polos yang Iqbaal pakai di dalamnya.

Iqbaal pun berjalan menuju meja makan dan mengambil sehelai roti yang sudah di olesi oleh slay coklat dan ceres kesukaan Iqbaal. Iqbaal memakan roti itu dengan santai dan melahap habis helai roti itu.

Tak lama, Seffi keluar dari kamar Iqbaal masih menggunakan piyama Iqbaal yang terlihat sangat besar di tubuh mungil Steffi.

Iqbaal tertawa kecil melihat Steffi dengan piyama besar juga rambut yg berantakan.

Steffi menghampiri Iqbaal dan duduk di samping Iqbaal tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Iqbaal.

"Apa lo liatin gue kayak gitu?" Ucap iqbaal yang risih melihat Steffi yang terus melamun tanpa henti menatap Iqbaal dalam.

To be continued..

***

Vote and Comment please?!

Somedays Later  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang