April XX19
Bagaimana kau bisa bilang bahwa dunia ini indah? Padahal kau tak pernah menjelajahi dunia luar. Kau tak akan pernah merasakan kebebasan yang di rasakan orang normal. Tidak dengan kaki seperti itu. Selama kau hidup, kau akan terus berada di atas kursi roda. Kakimu tak akan pernah bisa berjalan di atas tanah. Tapi tanganmu terus bergerak.
Tanganmu seperti menyatakan keindahan dunia lewat lukisan yang kau buat. Setiap gerakan tanganmu saat menggerakan kuas di atas kanvas, menyatakan betapa indahnya dunia di mata hijaumu. Dengan mata penuh cahaya, harapan, dan keceriaan kau memandang dunia luar lewat jendela. Tanganmu terus bergerak menyatakan kebebasan yang kau miliki.
Seakan dunia milikmu sendiri. Kau menggumamkan lagu kesukaanku dengan suara merdumu. Matamu kau pejamkan dan mulai dengan perlahan menyanyikannya di depanku. Suaramu begitu indah, lebih indah dari ribuan putri duyung.
Suara biola yang kau mainkan mengalahkan suara biola di teater. Dengan nada lembut buatanmu yang selalu berhasil menenangkan hatiku, kau memainkan biolamu dengan sungguh seakan sedang berada di depan panggung.
Dunia begitu sempit bagimu. Kau dibatasi, hanya bisa melihat sebagian kecil dari rumahmu yang seluas gunung. Kau hanya bisa melihat tempat lain lewat foto, video, buku dan imajinasi.
Bagaimana kau bisa terus tersenyum?
Januari XX20
Dunia begitu kejam itu yang selalu kupikirkan. Tapi kau menganggap dunia adalah sesuatu yang menyenangkan dan menenangkan. Matamu terus memandang sekitar dan terus melihat pemandangan di depanmu. Dengan cahaya penuh kebahagiaan kau terus memandang. Entah apa yang kau lihat dari matamu yang berbeda dengan mataku. Pandangan kita berdua benar-benar berbeda. Saat kau berbicara tentang keindahan dunia, dalam suaramu terdapat tawa dan harapan. Kau begitu tulus dan begitu baik.
Sekarang walau tangan kirimu di ambil darimu. Kau masih bisa tersenyum dengan lembut. Kau sudah tak bisa bermain biola yang kau cintai. Suara yang sering kau keluarkan dengan menggesek senar sekarang hilang. Kau hanya bisa mendengar orang lain memainkannya. Tapi kau tak bisa memainkannya untuk orang lain.
Lukisan yang kau gambar entah bagaimana terlihat lebih berwarna dari biasanya. Lebih cerah dan lebih hidup. Bukankah itu berarti engkau bahagia?
Lagu yang selalu kudengar di telingaku tak pernah terdengar sumbang. Bahkan sekarang entah bagaimana terdengar lebih semangat dan bahagia. Kau terus menyanyikan lagu yang ceria walau kau sudah tak bisa memainkan biola yang kau sayangi.
Di matamu yang bersinar dengan warna hijau, apakah yang kau lihat sampai bisa menyebut dunia indah?
Desember XX20
Lukisan-lukisan indah yang kau buat. Semuanya seperti keajaiban. Walau dengan kaki yang tak akan bisa digunakan. Kau masih bisa melukis lukisan yang indah. Bahkan walau tangan kirimu diambil darimu, lukisan yang kau buat tampak memiliki jiwa. Warna yang kau hasilkan di kanvas putih bercahaya warna-warni. Merah, kuning, biru, hijau, ungu, oranye, putih, hitam, abu-abu, coklat. Semuanya berpadu dengan indah di atas kanvas.
Warna matamu tak berubah. Tanganmu terus bergerak dengan semangat yang sama. Cahaya di matamu seakan lebih terang. Tapi kau tahu tangan kirimu dan kedua kakimu tak bisa kembali kepadamu. Dengan bahagia kau melukis dan menyanyikan lagu. Aku tak melihat dan tak mendengar setitik pun kebohongan tentang dunia darimu. Apa yang kau lukis dan apa yang kau nyanyikan benar-benar adalah perasaanmu yang sejati. Tapi sebenarnya aku ingin tahu. Bagaimana kau bisa melihat dunia yang gelap, penuh kebohongan dan kejahatan, seperti melihat langit biru yang cerah?
November XX22
Matamu masih menunjukkan semangat yang besar. Di dalam mereka masih ada harapan. Setiap inci harapan yang berada dalam matamu tak ada yang pudar. Walau sekarang melukis sudah keluar dari daftar hal yang bisa kau lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vocaloid Song-fic
FanfictionHanya cerita pendek yang tiba-tiba muncul dalam kepalaku, berdasarkan lagu-lagu Vocaloid