"Len, kau serius melakukan ini?"
"Apa nona juga ingin melakukannya?"
"Ini permainan bagi rakyat jelata, mana mau aku?"
"...."
"Karena... Len kan sudah mengabulkan semua keinginanku."
Senyuman dan tawa saat itu bukanlah palsu. Semuanya asli berasal dari hati polos yang tulus. Jika saja cemburu tak datang padanya, maka mereka mungkin masih tetap berdua.
Mengapa dosa mematikan datang pada hatinya?
☆☆☆
Di sebuah kota kecil tapi dikenal, seorang gadis berdiri di tepi laut, membiarkan kakinya dibasahi air garam yang terus menerus datang dan pergi.
Tangannya gemetar, tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya dia sendirian... sebuah kejadian yang jarang terjadi. Kembarannya yang selalu mengikutinya menghilang dari pandangan mata. Yang mengikutinya sekarang hanyalah bayangan yang muncul karena terhalangnya cahaya matahari.
Tangan kecilnya gemetar sambil memegang botol kaca berisi surat. Kakinya terasa dingin karena direndam di dalam air laut yang mulai kehilangan suhu panasnya.
Selagi tangannya memegang kurungan kacanya dengan erat, sebuah wajah terus menerus bermunculan di dalam kepalanya.
Pikirannya terus menerus mengulang kalimat-kalimat yang sama. Suara yang diingatpun berulang, seakan tak ingin melupakan suara yang mirip dengan miliknya.
"Tulis harapanmu di selembar kertas kosong. Lalu isi dalam peti kaca. Kalau peti itu hilang di laut pada garis cakrawala, maka harapanmu terkabul. Mudah kan? "
Jika saja dia masih berada di sisi sang gadis, si gadis mungkin akan tertawa mendengar kata 'peti'. Tapi sekarang kata itu penuh kengerian yang membuatnya membayangakan versi laki-laki dirinya tertidur pulas dan tak akan pernah bangun dari tempat tidur yang sempit itu.
Di surat dia menulis harapan yang dapat membuat tertawa pembaca. Tapi jika ada seorang yang dapat melihat kenangan si penulis saat surat tersebut mulai ditulis, dia akan tahu kalau penyesalan ada dalam pesannya. Bekas air mata yang mengering terlihat jelas tertera dengan acak di atas kertas. Bukti kalau dia menulis surat dengan hati yang sedih.
Tapi harapan yang tertera mungkin dapat membuat sebagian dunia tertawa saat membacanya. Karena hanya mereka yang memahami perasaannya yang dapat mengerti isi surat yang didekapnya dengan erat di dadanya.
Tangannya sudah berhenti gemetar tapi air mata yang berlinang di matanya, tak bisa disembunyikan. Seakan dialah putri duyung yang katanya dapat membuat mutiara dari air mata tangisan mereka. Air matanya walau hanya beberapa tetes karena belum terkumpul sudah terluaht indah saat dipadukan dengan cahaya matahari.
Dia membiarkan tangannya melepas kurungan yang terbuat dari kaca dan sudah ditutup mulutnya. Pesan didalamnya sudah dipastikan akan tetap kering dan yang membukanya akan kebingungan kecuali pesan tersebut tertidur di tangan mereka yang tepat dan dapat mengerti perasaan bersalahnya.
Selama dia menunggu peti itu melewati batas cakrawala, air mata yang berjejeran di ujung matanya berjatuhan mengkilap terkena cahaya jingga matahari yang mulai terlelap. Seakan berubah menjadi permata sebelum menjadi air garam dan mengalir bersama membawa peti dengan pesannya.
Suara yang keluar dari mulutnya biasanya terdengar sebagai suara khasnya yang tinggi dan terkesan imut, sekarang suaranya terdengar serak dan terputus-putus.
Kakinya kehilangan kekuatan dan dia berlutut. Percikan air membasahi sebagian tubuhnya dan sedikit bagian pada wajahnya, tangannya digunakan sebagai tumpuan agar matanya tak terkena air garam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vocaloid Song-fic
FanfictionHanya cerita pendek yang tiba-tiba muncul dalam kepalaku, berdasarkan lagu-lagu Vocaloid