Judul : 47
Singer : Hatsune Miku
Song by : Mikito-P___________________
Tawa dan senyum manisnya memikat banyak orang. Yang muda, yang tua, semuanya bersorak, berkali-kali meneriakkan namanya dengan meriah saat konser. Suara yang merdu dan wajah cantik menjadi nilai utama bagi si produser. Dan Miku memilikinya.
Seiringan dengan ketukan drum yang mengakhiri lagu yang ia bawakan, sorakan menjadi lebih kuat dari suara musik yang dipancarkan speaker. Penonton berteriak meminta encore. Glow stick berwarna kuning dan hijau neon menari-nari ke kanan kiri. Ia berdiri di tengah panggung, dengan senyum manis memikat para penggemar.
Miku adalah Idol.
"Terima kasih semuanya!" ucapnya sambil membungkuk di belakang panggung. Mereka mengembalikannya dengan senyuman yang kalah tulus.
"Pertunjukan yang hebat seperti biasa," puji si produser.
Sungguh, ia sangat senang bisa berada di sana. Menjadi idol adalah impian tiap gadis. Diidolakan, menjadi panutan, menjadi idola bagi ribuan orang. Sungguh, dia senang. Tapi ada kekosongan di sana.
Di depan meja rias, perlahan ia mencoba melepaskan karet gelang yang mengikat. Rambutnya yang lurus terekspos dengan indah, warna pirang asli yang bercahaya di bawah sorotan lampu meja rias.
Lipstik, alis palsu, bedak, segala macam riasan dan aksesoris mulai dia hapus dan lepaskan satu persatu. Wajah cantik alami tanpa riasan sebenarnya sudah cukup untuk menjadikan dia idola, tapi ia masih membutuhkan kehidupan. Bahkan dengan riasan, ia hanya memiliki sangat sedikit waktu untuk dirinya sendiri. Apalagi jika ia keluar ke panggung sambil menunjukkan wajah asli sang idola pada para penggemarnya. Bahkan keluar pun tak akan mampu ia lakukan. Memang senang jika ia memiliki penggemar. Tapi jujur saja, itu merepotkan.
Akhirnya setelah melepas soft-lens berwarna hijaunya, ia mengambil selendang creamnya, melingkarkannya di leher.
"Kau akan keluar?" tanya seorang penata rias yang masih merapikan alat-alatnya.
"Hanya sebentar. Aku ingin ke taman tak jauh dari sini. Cuman membeli minunan, bolehkan?"
"Boleh saja," seseorang menjawab dari belakangnya. "Tapi jangan lama."
Ia mengangguk bersemangat, dengan cepat keluar dari gedung dan menghindari kontak dengan para penggemar yang masih berada di dekat sana. Agak menakutkan saat berpikir bahwa itu sudah hampir setengah jam setelah pertunjukkan selesai, dan masih ada cukup banyak dari mereka yang berkeliaran di sekitar sana, seperti menunggu sang idol menunjukkan diri di hadapan mereka.
Miku berlari ke taman di dekat sana seperti yang ia katakan. Cuaca hari itu sangat dingin, dan rasanya ia akan mati membeku jika melepas jaket tebalnya saat keluar, bahkan nafasnya membuat uap di udara. Tangannya diisi dalam kantong jaket, mengenggam sebuah amplop berwarna merah muda tua dengan stiker bunga, sebuah surat.
Beberapa orang melihatnya di sana. Sang idol berdiri sendirian, membingungkan saat menyadari tak ada yang mencoba memotretnya atau meminta tanda tangan atau bahkan foto bersama. Mereka hanya mengetahui Miku sebagai idol, tanpa mengetahui wajah aslinya, sifat aslinya, bahkan mereka tak mengetahui isi hati yang bagi para gadis sudah sangat jelas.
Tatapan yang ditujukan padanya dan bisikan dari mungkin hanya dua orang yang lewat tak diperdulikan. Ia memegang amplop berisi surat itu dengan dua tangan, masih ragu dengan apa yang akan ia lakukan.
Seorang laki-laki memperhatikannya dari jauh, bahkan sebelum ia mengeluarkan surat itu. Ia mengepalkan tangan, menahan diri untuk tidak menyapanya dan membongkar identitas sang idola. Setiap detik yang terlewat digunakan untuk diam di sana, menatap lekat-lekat wajah Miku sampai ingatannya bosan agar ia bisa mengingat wajah yang sangat sulit ia lihat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vocaloid Song-fic
FanfictionHanya cerita pendek yang tiba-tiba muncul dalam kepalaku, berdasarkan lagu-lagu Vocaloid