Special Chapter 2

149 6 0
                                    

Mei XX16

Dunia itu jahat. Itu yang kupikirkan. Tapi entah bagaimana saat aku berada di dekatmu. Dunia begitu bercahaya sampai terlihat sangat indah. Warna-warna terlihat menyatu dan berpadu. Membuat warna baru dan kemudian membagi lagi sehingga warna-warni memenuhi dunia. Sejak itu kucoba melukis keindahan yang ku lihat.

Tak kusangka. Saat melukis menjadi saat semuanya menjadi terang. Kuperhatikan bintang yang bersinar. Kulihat bunga yang mekar. Kuperhatikan arah lambaian daun mengikuti angin. Semuanya tampak indah dan bercahaya. Dunia ini jauh lebih indah dari yang kukira.

Saat kutunjukkan kepada orang tuaku. Mereka memujiku. Walau dengan kakiku yang tak pernah kugunakan, tanganku ternyata bisa menyatakan kebebasan yang kumiliki.

Kau memutar televisi di depanku. Kupikir kita akan menonton film. Ternyata sebuah musik klasik bermain dengan anggun, seperti melihat seseorang menari saat tirai diturunkan. Suara biola yang memenuhi telingaku sangatlah lembut. Alunan suaranya seakan menutupi wajahku. Pada saat itu, kau membuatku jatuh cinta pada alat musik gesek yang elegan itu.

Pada suatu hari. Kau datang sambil menyanyikan lagu dengan suara kecil. Saat aku bertanya, ternyata itu sebuah nyanyian. Aku bertanya lagi, alat musik apa yang berbunyi. Kau menunjuk ke bibirku.

Dengan perlahan-lahan kau mulai menunjukkan banyak hal. Kau menujukkan indahnya dunia. Kamu menunjukkan betapa indahnya suara biola. Kau menujukkan betapa indahnya lagu yang dinyanyikan. Betapa indahnya dunia kecilku.

April XX19

Aku tidak ingat sejak kapan. Tapi sepertinya memang sejak lahir aku berada di atas kursi roda. Kakiku tak mau bergerak dan tak bisa digunakan. Kebebasanku tertahan dibalik pagar yang mengitari rumah. Sejauh pagar itulah aku bisa pergi. Dan sebesar itulah dunia yang bisa kudatangi. Walau mataku masih bisa melihat lebih jauh. Tidak dengan kursi roda pengganti kakiku. Terus menerus mengitari taman disekitar rumah. Itulah duniaku yang sekarang.

Kebebasanku memang menghilang dariku. Sejak dari lahir itu tak diberikan padaku. Tapi walau begitu. Dunia lebih besar dari apa yang bisa kupandang dari mata. Karena dunia yang kau tunjukkan jauh lebih dari besar dan luas.

Matamu berbinar seperti mataku yang dulu. Mereka melihat dunia dari sisi jahatnya. Tapi sebenarnya dunia itu sangat indah. Lebih indah dari ribuan bunga di padang hijau. Lebih indah dari ribuan kupu-kupu. Karena dunia sudah memberikan sesuatu yang sangat indah padaku. Sesuatu yang sangat berharga yang belum pernah kupunya sebelumnya.

Aku ingin kau menyadarinya. Bahkan tanpa kata-kataku kuingin kau melihat yang kulihat. Kulakukan demimu.

Tangan yang masih bisa kugerakkan. Kugunakan untuk melukiskan keindahan yang ditunjukkan mata ini. Perlahan-lahan dan dengan sabar kau melihatku dari samping kursi rodaku. Dengan bahagia kau mengambilkan minuman untukku. Dengan bersemangat mengingatkanku untuk makan. Dan dengan sabar kau menemaniku. Kucuri lihat sedikit dan dari ujung mataku. Kulihat kau memandang dengan takjub lukisan di depanmu.

Di matamu aku lihat sebuah pertanyaan. Tak perlu bertanya aku tahu yang kau pikirkan. Kupenjamkan mataku dan mulai menggumamkan lagu yang kau nyanyikan saat itu. Lalu dengan perlahan lirik lagu itu keluar dari mulutku.

Alunan musik yang kumainkan membawa segenap perasaanku. Kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, dan keraguan. Semua perasaanku tercurah saat menggesek senar biolaku. Lagu-lagu yang kumainkan adalah perasaanku. Apa kau bisa mendengarnya? Keindahan yang kucoba dengarkan padamu.

Januari XX20

Dunia begitu indah. Dia begitu baik padaku. Dia membiarkan kebahagiaanku tetap ada denganku. Walalu kehilangan sesuatu. Dia terus menghiburku. Matamu masih berbinar dengan cahaya kebingungan. Cahaya yang penuh dengan pertanyaan. Pertanyaan yang sama terus berputar-putar tanpa henti ditempat yang sama. Kepalamu.

Vocaloid Song-ficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang