Sebuah tempat yang gelap. Tanpa suara, tanpa cahaya. Tak ada apapun kecuali keberadaan seorang anak laki-laki berambut kuning. Dia tergeletak di tengah-tengah kegelapan tanpa kesadaran. Tak ada orang yang bisa membantunya, apalagi untuk memastikan keadaannya. Apakah dia masih hidup atau sudah mati.
Dia mulai bergerak. Kesadarannya kembali dan dia berdiri. Menengok ke kanan dan kiri, tak ada gunanya. Semuanya hitam tanpa ada penerangan. Semuanya kecuali satu tempat. Dia menengok ke atas dan melihat sesuatu yang menyalah tapi cahayanya sangat kecil sehingga tak bisa digunakkan.
Di mana dia sekarang? Bahkan dia sendiri tak tahu. Dia berjalan perlahan-lahan mencoba untuk tidak tersandung apapun yang tak bisa dia lihat atau kenali dalam kegelapan yang menyelimutinya. Anak laki-laki itu kemudian menengok ke atas lagi dan saat matanya memandang benda di atasnya itu, dia mendengar sebuah suara. Suara kasar yang tidak enak di telinga berbisik perlahan di dekatnya.
"Anak yang penuh dosa, mulai dari sekarang kau tak akan bisa pergi dari ruangan ini selamanya."
Pada saat itu juga, ingatannya tentang kejadian sebelum dia meninggal kembali kepadanya. Langsung menyerbu masuk ke dalam kepala kecilnya. Perasaan sedih, takut, gelisah, menyesal, semuanya berputar dan berulang kali diputar bersama dengan ingatannya. Mengapa dia ada di situ, semuanya jelas sekarang.
Saudara kembarnya yang tertawa dan gadis yang dia cintai. Pedang yang menusuk dada sang gadis dan tangan berdarah yang memegang pedang.
Penyesalan tak berguna sekarang. Waktu yang terlewat tak akan kembali. Sebesar apapun usaha seseorang, masa lalu tak akan kembali. Waktu takkan berputar karena keinginan egois seseorang. Waktu akan terus berjalan seperti biasa dan masa lalu hanya menjadi ingatan... seperti yang seharusnya.
Tangan si laki-laki diikat dengan borgol berwarna merah, seakan terbuat dari darah yang berulang kali tercurah. Rantai tersebut ditarik oleh seorang berambut coklat dan menggunakan baju merah, semerah rantai di sekitar tangannya.
Kakinya dirantai dengan rantai biru, seakan terbuat dari air mata tangisan seseorang. Rantai tersebut ditarik oleh seorang dengan rambut dan baju biru, sebiru rantai yang mengikat kakinya.
Rantai-rantai yang mengikat dirinya seakan mengatakan kalau dia tak bisa melarikan diri. Tak bisa melarikan diri dari kesalahan dan bahkan tak bisa dimaafkan. Kepalanya tertunduk ke bawah dan dia berlutut tak berdaya di hadapan sang pencabut nyawa.
"Lapis Lazuli..."
Sebuah nyanyian singkat terdengar. Si anak laki-laki mengangkat wajahnya. Tak ada siapapun kecuali dia dan kegelapan. Nyanyian tersebut terdengar samar dan cepat berlalu. Entah siapa yang menyanyikan lagu yang tak asing tersebut. Semakin dia mencoba mengingat semakin buram ingatannya.
Entah sudah berapa lama dia berada di ruangan gelap tersebut. 1 minggu, 4 minggu, 5 bulan mungkin. Entah sudah berapa lama waktu yang berlalu.
Entah datang dari mana dan dari siapa, nyanyian yang dia dengar menjadi lebih jelas setiap kali di dengar. Sampai suatu hari, laki-laki itu mulai perlahan disembuhkan oleh lagu yang dia dengar samar tersebut. Perasaan sedih, takut, gelisah, dan bahkan penyesalan, dapat disembuhkan oleh lagu tersebut.
Semakin lama semakin banyak yang bisa dia dengar dan semakin jelas lagu itu. Perasaan nyaman dan kehangatan yang diberikan lagu tersebut membuatnya tenang sampai-sampai secara tidak sadar dia menyanyikan lagu tersebut dengan menambahkan kata-kata baru untuk lagu itu.
"Lapis Lazuli
Sepasang kembar yang bahagia
Main bersama tiupan angin
Berdansa di tengah laut
Bersama ikan dan burung
Sepasang kembar bahagia
Dunia adalah taman bermain kami"Dari benda di atasnya itu, sebuah cahaya yang lebih terang dari yang sebelumnya muncul. Membawa sesuatu, menunjukkan sesuatu. Imej dirinya dengan versi perempuan yang sedang menyanyikan lagu untuk dia muncul dalam penglihatan miliknya
'Pesan darimu untukku'
Segalanya mulai berputar. Dari atas kepalanya cahaya terang muncul membawa harapan. Kegelapan disekitarnya berubah menjadi putih dan menunjukkan jalan. Suara yang terus memanggilnya bergema dalam ruangan putih yang terang itu.
Sebuah tangan yang seakan mencoba menggapai dirinya muncul dari arah cahaya di depannya. Seakan cahaya jalan keluar saat seseorang tersesat dalam gua, harapan yang dibawa oleh cahaya yang tiba-tiba muncul itu sangat besar dan sangat terang
Seorang perempuan berambut, bermata, dan mengenakan baju hijau berdiri di depannya dengan senyuman hangat.
"Bukan berarti dosamu tak bisa dimaafkan."
Dosa yang dia lakukan adalah mematuhi perintah sang ratu. Jika kata mereka itu tak bisa dimaafkan.
"Ayo kita ubah itu."
Borgol merah yang mengikat tangannya terlepas jatuh ke lantai dan dia mulai berbicara. Seorang wanita dengan rambut coklat dengan baju berwarna merah berdiri di depannya dengan senyuman simpatik.
"Mulai sekarang kau sudah terlahir kembali."
Rantai biru yang mengikat kakinya terlepas, terlepas jatuh ke lantai dan dia mulai bisa bergerak. Seorang pria dengan rambut, mata, dan baju biru berdiri di depannya dengan senyuman memaafkan.
"Hari ini adalah hari ulang tahun barumu."
Semua di sekelilingnya menjadi putih. Dan dia berlari sambil berkata;
"Sebentar lagi aku akan bertemu denganmu."
Dia terus berlari dan semuanya mulai berwarna. Di ujung ruangan yang berwarna putih itu ada jalan keluar dan dia berlari melewatinya.
Yang menemuinya di ujung jalan adalah 3 pasang mata dengan senyuman yang menyertainya. Sepasang mata hijau, sepasang mata biru, sepasang mata coklat.
Di depannya ada seorang anak perempuan dengan rambut kuning. Dan saat anak itu berbalik, tatapan mereka bertemu dan mereka tersenyum. Senyuman bahagia yang tak bisa diberikan kepada orang lain.
"Impian kita terkabul, Rin."
"Iya. Selamat datang kembali Len"
"Aku pulang."
_______________________________
Maaf pendek (>_<) nggak sampai 1k.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vocaloid Song-fic
FanfictionHanya cerita pendek yang tiba-tiba muncul dalam kepalaku, berdasarkan lagu-lagu Vocaloid