Im Sorry, I Can't

8.7K 384 7
                                    

Livia PoV

Aku masih tidak mengerti alasan Reynand menemuiku lagi. Harusnya dia tau aku ingin menghindar sejauh mungkin darinya, tapi dia bertingkah seolah-olah dia mengharapkanku, seolah-olah dia ingin aku kembali bersamanya. Memikirkan hal itu tentu saja membuatku berharap lebih padahal kembali bersamanya adalah hal paling tidak mungkin yang pernah aku bayangkan. Sampai sekarang dia masih saja meminta pertemanan denganku meskipun sebanyak dia meminta sebanyak itu pula aku menolaknya. Aku tidak mengerti kenapa dia bersikeras sekali, tidakkah cukup dengan aku memaafkannya dan setelah itu akan terasa lebih baik kalau kami menjalani hidup masing-masing. Aku tidak ingin suatu saat pikiran jahatku mempunyai niat memisahkan Rey dan Grace, karena hal itu hanya akan melukai banyak orang.

"Non Livie, di depan ada den Rey" ujar Paman Robi. apa lagi Rey ke sini.

"Katakan padanya aku tidak ingin di ganggu, Paman. Aku lelah!"

"Baik, Non" Aku kembali menyelimuti tubuhku setelah Paman Robi keluar kamarku. Kekeuh sekali si Reynand itu sampai mendatangiku setiap saat.

"Non.." aku bangun posisi tidurku dan menatap Paman Robi tajam, pasti Rey tidak mengindahkan penolakanku.

"Paman, kalau orang itu tidak mau pergi dari sini sekarang katakan padanya aku akan memanggil petugas keamanan untuk mengusirnya" ujarku kesal, kulihat Paman Robi sedikit terkejut dengan ucapanku.

"Bu..bukan itu Non. Ma..makan malam sudah siap" jawab Paman Robi. Aku hanya menatapnya datar mencoba menyembunyikan rasa malu didepan paman Robi karena bertingkah sok tau.

"Eum..ohh iya Paman. Maaf. Aku akan segera ke bawah, Paman tunggu saja di meja" sahutku, Paman Robi tampak menahan tawa lalu pergi dari kamarku. Gara-gara Reynand aku menjadi miss sok tahu sekarang.

==

Author PoV

Pagi ini pagi terakhir Livia berada di puncak, setelah hari dia akan kembali berkutat dengan pekerjaan kantor yang memusingkan kepala tapi selalu menjadi tempat paling benar bagi Livia untuk melarikan diri dari masalah. Karena hanya dengan memenuhi otaknya dengan pekerjaan kantor lah otaknya tidak akan memiliki space untuk memikirkan Reynand. Pagi ini Livia mencoba untuk jogging dengan rute yang berbeda, dia takut Rey akan menemuinya lagi, padahal dibanding Livia, Rey lebih paham rute jalanan di sekitar Villa ini jadi kemanapun Livia memutar jalannya pasti Rey akan menemukannya. Rey masih belum mau menyerah membujuk Livia agar menerima permintaan pertemanannya, Livia sendiri bingung apa pentingnya status itu untuk Rey?

"Tumben lewat sini?" Livia terlonjak mendengar suara seseorang yang -tiba muncul di depannya.

"Ka..kau? Bagaimana bisa kau disini?" pekik Livia.

"Memangnya kenapa? Ini jalan umum "

"Kau! Kau mengikutiku? Rey sudah berapa kali kukatakan aku tidak ingin menjadi temanmu. Titik!"

"Kalau begitu aku juga tidak akan berhenti meminta padamu untuk menjadi temanmu sampai kau mengatakan iya"

"Rey, jangan bercanda. Apa sebenarnya maumu?"

"Aku hanya ingin berteman denganmu"

"Jangan bertingkah seperti anak kecil, Rey. Kau tau pasti alasannya kenapa aku tidak mau bertemu apalagi berteman denganmu. Itu sangat tidak mungkin"

"Berarti kau masih marah kepadaku? Kau bilang kau memaafkanku tapi tidak mau berteman denganku?" ucap Rey. Livia kehilangan kata-kata untuk membalas ucapan Reynand.

"Kau tidak bisa menjawabku?" Livia menatap Rey lekat.

"Rey, kumohon mengertilah. Ini tidak mudah untukku, aku butuh waktu lebih lama untuk terbiasa dengan keadaan ini. Jangan memaksaku, Rey. Tolong" ucap Livia memelas, Reynand tidak sanggup bersitatap lebih lama dengan Livia dan memilih memalingkan wajahnya, Livia pun sama.

[ 4 ] Only With My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang