The Real Grace

8.1K 301 10
                                    

***

Berkali-kali Livia mencoba mencari posisi tidur yang nyaman tapi tidak kunjung didapatnya, fikirannya masih melayang akan kejadian tadi di rumah Reynand. Sungguh bukan maksud Livia membuat Reynand dan Gracia bertengkar seperti tadi. Bagaimana Livia tahu? Terang saja, Livia saat itu berdiri tepat di depan pintu kamar mereka, Livia ingin meminta maaf tapi diurungkannya karena sepertinya situasi sedang tidak kondusif. Akhirnya Livia memutuskan untuk pulang setelah makan malam usai, bahkan dia menolak usulan Daniel untuk menginap disana. Livia tidak ingin memperburuk suasana.

"Sayang, kenapa belum tidur?" Livia menoleh kearah pintu dan mendapati Aldrian disana.

"Papa.." sahut Livia sambil bangun dari posisinya, Aldrian tersenyum dan menghampiri Livia ke ranjangnya.

"Ada yang mengganggu fikiranmu? Masalah kantor?" Tanya Aldrian lembut, Livia menggeleng pelan. Dia tidak pernah menceritakan masalah pribadinya kepada Aldrian, kalaupun Aldrian mengetahuinya sudah pasti dari Siena.

"Lalu?" Tanya Aldrian menyelidik, dia menaikkan kedua alisnya keatas. Livia tampak bimbang harus menceritakan masalahnya atau tidak, dia butuh seseorang untuk berbicara sedangkan Mike dan Mom nya sedang pergi ke tempat Tante nya di Surabaya.

"Aku..eng..."

"Katakan saja, Liv. Papa pasti akan mendengarkan dengan baik, anggap saja ini untuk menebus kesalahan Papa yang kemarin" ucap Aldrian. Akhirnya Livia pun menceritakan kejadian makan malam tadi secara detail, Aldrianpun menyimak dengan baik setiap kalimat yang dilontarkan Livia.

"Jadi, bagaimana menurut Papa?"

"Hum..rumit juga. Tapi menurut Papa sebaiknya kau temui Grace dan bicara empat mata dengannya. Biasanya saat wanita berbicara dari hati ka hati pasti akan menemukan titik terangnya, Papa yakin dia akan memaafkanmu. Lagipula kau sudah mengatakan bahwa kau tidak bermaksud apa-apa, bukan?" Livia mengangguk.

"Terima kasih, Pa..besok aku akan mencoba berbicara dengan Grace" ujar Livia lalu memeluk Aldrian.

"Sekarang kau tidurlah, semuanya akan baik-baik saja"

"Selamat malam, Papa"

"Selamat malam, Sayang"

Aldrian keluar dari kamar Livia dengan perasaan bahagia, baru kali ini dia merasa menjadi ayah yang sebenarnya untuk Livia. Selama ini dia selalu dibayang-bayangi status Livia yang bukan anak kandungnya, tapi sekarang dia lega karena akhirnya dia sadar bahwa Livia lebih berharga dari apapun.

***

Grace menatap nyalang langit-langit kamarnya, malam ini dia tidur sendirian. Rey memutuskan untuk tidak tidur sekamar dengan Grace setelah pertengkaran mereka, ini pertengkaran terhebat mereka dalam beberapa bulan ini. Tapi saat ini, Grace benar-benar dalam taraf puncak kelelahannya. Kecemburuannya kepada Livia membuatnya benar-benar marah kepada gadis itu. Gadis itu begitu beruntung karena mendapatkan smeua perhatian dari orang-orang disekelilingnya. Entah magnet apa yang dimilikinya, Grace tidak tahu. Grace hanya tau dia membenci keadaan ini. Dia benci Livia.

Flashback

Seorang gadis cantik berjalan dengan anggun di koridor kampus ternama di Indonesia, seperti biasanya setiap saat dia menjadi pusat perhatian. Bisa dibilang dia kembang kampus. Dia cantik, baik, ramah dan juga berprestasi, mungkin itu yang membuatnya disukai banyak orang di kampusnya. Sebagai senior dia cukup di segani. Tapi semua itu berubah sejak seorang mahasiswi baru masuk di kampusnya, semua perhatian mendadak teralihkan dalam beberapa minggu saja padahal dimata gadis itu si mahasiswi baru itu jauh dari kata sempurna. Dia memang cantik, tapi tidak begitu pintar, dia juga tidak ramah malah terkesan judes dan galak. Dia bahkan jarang tersenyum, tapi tidak tau apa yang membuatnya begitu menarik perhatian seantero manusia di kampus itu.

[ 4 ] Only With My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang