Together

6.9K 285 2
                                    

***

Aldrian menarik tangan Livia saat dilihatnya Livia tampak ragu untuk memasuki rumah itu , langkahnya sedikit melambat setelah melewati pintu gerbang beberapa detik lalu.

"Pa..sepertinya Livia.."

"Tidak ada penolakan, Liv. Mom pasti sangat senang kalau tau kau kembali" bujuk Aldrian.

"Benar, Liv. Aku melihat sendiri Tante Siena sangat terpuruk selama ini" sambung Rey. Livia menatap Rey dan Aldrian bergiliran lalu kemudian mengangguk.

"Ayo..masuk!" Sahut Aldrian kembali menarik tangan Livia untuk segera mengikutinya kedalam rumah. Mike sudah berdiri di depan pintu menyambut kedatangan mereka dengan senyuman lebar.

"Terima kasih karena bersedia kembali kesini, Liv" ucap Mike setelah memeluk Livia singkat. Livia tersenyum.

"Sama-sama, Mike. Mom dimana?"

"Dikamarmu, Liv!"

"Biar aku sendiri yang keatas!" Sahut Livia semangat lalu berlari-lari kecil menaiki tangga. Aldrian, Rey dan Mike hanya menggelengkan kepala mereka lalu duduk di ruang tamu.

Livia membuka pintu kamarnya pelan, dia sangat merindukan kamarnya itu. Disana Siena berbaring meringkuk sambil memeluk salah satu boneka miliknya yang sengaja ditinggalkan dirumah. Livia merasakan sesak didadanya saat melihat kondisi Siena sekarang, Livia tidak membayangkan  Siena selalu yang seperti ini setiap harinya dan itu karenanya. Livia merasa sangat berdosa. Perlahan Livia mendekati sisi ranjang dimana Siena berbaring menghadap, dilihatnya Siena tengah memejamkan matanya dengan raut wajah cemas.

"Mom.." bisik Livia tepat di telinga kiri Siena tapi tidak ada reaksi.

"Mom..bangunlah!" Bisik Livia sekali lagi. Siena mulai mengerjapkan matanya perlahan.

"Livia.."

"Iya, Mom..ini Livia"

"Livia" ucapnya sekali lagi, kali ini tangannya mengusap pelan pipi Livia. Livia mengangguk.

"Mom tidak bermimpi?" sambungnya.

"Tidak" Livia menggeleng pelan. Siena bangun dari tidurnya dan memeluk Livia erat.

"Kau tidak akan pergi lagi kan? Kau tidak akan meninggalkan Mom lagi kan?" Livia menggeleng sekali lagi sambil terisak.

"Tidak, Mom!"

"Terima kasih, Sayang!" Livia tersenyum hangat lalu menatap Siena.

"Kenapa kau tidak secantik dulu, Mom? Kau jarang ke salon?" Goda Livia sembari mengusap air mata di pipi Siena.

"Mom tidak sempat memikirkan hal itu karena Mom sibuk memikirkanmu, sibuk mencemaskanmu!"

"Maafkan aku, Mom! Maaf membuatmu bersedih. Aku sudah menjadi anak durhaka!"

"Tidak, Liv. Bukan salahmu" ujar Siena lalu memeluk putrinya sekali lagi.

"Mom, maukah kau berjanji padaku?"

"Berjanji untuk apa?"

"Memaafkan Papa!" Siena terdiam tidak menjawab.

"Mom, kumohon!" Pinta Livia memelas.

"Tapi dia sudah membuatmu pergi, Liv. Dia memyakitimu!"

"Aku tahu, Mom. Aku sudah memaafkan Papa, toh Papa juga yang membuatku kembali, Mom!"

"Maksudmu?"

"Papa yang membujukku untuk pulang"

"Maksudmu selama ini dia tahu kau dimana?"

[ 4 ] Only With My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang