Darren

8.4K 364 0
                                    

Mike POV

Aku memperhatikan dengan seksama wajah tidur Livia yang sangat tenang, rasanya aku ingin tertawa jika mengingat betapa garangnya adik perempuanku ini jika sedikit saja tidak menyukai suatu hal. Dia sangat keras kepala seperti Papa, sifat Papa benar-benar menurun 100% kepadanya. Tapi Livia anggun seperti Mom, jika dilihat secara casing-nya tidak akan ada yang tahu kalau sebenarnya dia sangat galak. Aku sangat menyayangi Livia melebihi diriku sendiri. Dari kecil aku selalu bersamanya kemanapun dia akan pergi, aku tidak pernah membiarkannya sendirian meskipun itu berarti aku harus mengorbankan waktu bermainku bersama teman-temanku. Bagiku dia prioritas utamaku. Semua itu aku lakukan bukan hanya karena kewajibanku sebagai seorang kakak menjaga adiknya, tapi karena memang aku ingin.

Aku mengusap pelan pipinya yang sedikit chubby itu dengan ibu jariku, disana masih terdapat sisa tangisannya tadi siang sejak pulang dari restoran. Beruntung Mom tidak dirumah jadi Mom tidak akan menanyaiku macam-macam.

"Mike" aku terkejut saat Livia memanggilku, aku bahkan tidak sadar sejak kapan dia bangun.

"Apa aku mengejutkanmu?" tanyanya lagi saat aku hanya diam setelah sedikit terlonjak tadi. Aku mencubit pipinya membuatnya meringis kesakitan.

"Kau.sangat.mengejutkanku!" ucapku penuh penekanan.

"Ini sakit, Mike! Lagipula apa yang sedang kau pikirkan, hm?" ujarnya sambil mengusap pipinya yang memerah, aku menyingkirkan tangannya dan menggantikannya dengan tanganku.

"Tidak ada!" sahutku.

"Kau bohong!" sergahnya, dia selalu tau kalau aku menyembunyikan sesuatu. Begitupun sebaliknya.

"Aku hanya merindukan masa kecil kita dulu. Disana kau belum berubah menjadi segalak macan" ucapku menahan tawa. Tiba-tiba dia menepis tanganku dan memelototiku, tawaku pecah seketika.

"Kau lucu sekali Liv, lihat wajahmu! Macan saja kalah" aku berbicara ditengah-tengah tawaku. Dia tidak menjawabku dan hanya merengut kesal. Hal yang sangat langka terjadi sepanjang aku bersamanya. Aku berhenti tertawa dan menatapnya.

"Kenapa tidak membalasku?"

"Malas sekali !" ujarnya sengit lalu beranjak dari ranjangku. Ya, tadi aku tidak membangunkannya sesampainya kami dirumah, kulihat tidurnya sangat lelap jadi aku memutuskan untuk menggendongnya ke kamarku.

"Kau marah padaku?"

"Iya!!" balasnya lalu menutup pintu kamarku dengan keras sampai-sampai menimbulkan dentuman, beruntung dinding disini kuat sehingga tidak runtuh akibat kelakuannya.

Author POV

Livia tidak hanya membanting pintu kamar Mike, tapi juga pintu kamarnya ikut menjadi korban. Dia benar-benar kesal terhadap Mike. Kakaknya itu tidak pernah berhenti menggodanya. Livia tidak suka dibilang galak, garang atau apalah sebutannya, tapi Mike terus mengatakan itu. Livia menghempaskan tubuhnya diatas ranjang dan menaruh bantal di atas wajahnya.

"Liv..aku minta maaf" ucap Mike dari luar pintu kamarnya, tapi Livia memilih mengabaikannya.

"Liv..buka pintunya. Aku minta maaf" ucap Mike lagi sambil mengetuk pintu, kali ini Livia memilih semakin mengeratkan bantal diatas wajahnya.

"Livia, buka atau ku dobrak pintu kamarmu ini. Aku tidak akan peduli jika poster Ariana Grande mu yang kau pasang di balik pintu ini akan rusak!" teriak Mike lagi. Livia membulatkan matanya mendengar penuturan Mike. Dia melempar bantalnya kemudian bergegas menuju pintu untuk membuka kuncinya, sedangkan Mike tersenyum penuh kemenangan setelah masuk kekamar Livia.

"Ancamanmu berbahaya!" sungut Livia.

"Setidaknya itu cukup ampuh untuk membuatmu menyerah"

"Kau tau aku susah payah mendapatkan poster limited edition itu? Disana ada tanda tangan dan greeting langsung dari Ariana untukku. Lalu kau akan merusaknya begitu saja? Benar-benar jahat kau, Mike!"

[ 4 ] Only With My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang