Pada malam hari di sebuah taman, seorang gadis kecil bermain sendiri tanpa pengawasan orang tuanya. Gadis kecil itu mengayunkan ayunannya dengan semangat. Membuat gadis kecil itu tidak sadar kalau ada yang mengawasinya dari jauh. Orang itu mengawasinya dengan mata tajamnya, seperti seekor elang yang sedang mengintai mangsanya. Orang itu berjalan santai mendekati gadis itu.
"Gadis manis, sedang apa kau sendirian disini?"
"Aku sedang belmain Paman." Gadis kecil itu menjawab dengan senyum manisnya. Orang itu berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka.
"Kemana orang tuamu? Ini sudah malam, seharusnya mereka tidak memperbolehkanmu bermain sendirian diluar seperti ini." Gadis kecil itu mengerutkan keningnya, mungkin dia bingung dengan kata-kata yang keluar dari mulut orang itu.
"Papa sama Mama sedang makan malam disitu!" gadis kecil itu menunjuk sebuah restoran yang tidak jauh dari taman itu.
"Paman antarkan kesana yuk!" ajak orang itu, gadis kecil itu menggeleng.
"Tidak mau, aku masih mau main disini." Tolak gadis kecil itu.
Orang itu tersenyum licik, taring-taring tajam keluar dari mulutnya yang terbuka. Gadis kecil itu sudah kembali bermain dan tidak tahu kalau ada bahaya yang sekarang akan mengincarnya. Orang itu kini tepat berada dibelakang gadis kecil itu siap menancapkan taring-taring tajamnya pada pembuluh darah yang membawa jutaan darah segar yang masih muda itu. Tapi sayang belum sempat orang itu menancapkan taringnya, sebuah peluru anti-vampir menembus jantungnya dengan seketika orang itu tumbang. Gadis kecil itu melihat apa yang baru saja terjadi. Dia gemetaran melihat banyak darah yang mengalir dari tubuh orang itu. Gadis itu menatap ke arah orang yang menembak vampire itu.
"Papa!" gadis itu melihat papanya masih memegang pistol yang digunakannya untuk membunuh vampire tadi.
"Kau lihat Ellen. Itulah namanya vampire. Mereka akan menghisap darah kita para manusia kalau kita tidak bisa melindungi diri kita sendiri." Papa-nya menatap dingin mayat yang mulai berubah jadi kering dihadapannya. Gadis kecil itu ketakutan dan berlari kearah ibunya yang baru datang.
"Mama!" gadis kecil itu memeluk mamanya.
"Bas, kamu udah terlalu keras. Ellen masih kecil, dia belum pantas untuk melihat kejadian seperti ini." Wanita itu memeluk anaknya erat sedangkan anaknya menangis ketakutan di dalam pelukannya.
"Dia harus tau, kalau di dunia bukan hanya ada kita saja. Kita hidup dengan makhluk penghisap darah. Dan sebagai anak ketua pemburu vampire dia harus bisa lebih kuat." Ucap pria itu tegas tidak terbantahkan oleh apapun.
"Tapi dia anak kita, dia masih kecil." Wanita itu membawa anaknya ke dalam gendongannya.
"Mau sampai kapan dia kecil terus, dia harus belajar mulai sekarang." Pria itu berjalan ke mobilnya dan masuk ke dalamnya.
"Cup cup sayang, jangan nangis lagi. Mama disini." Wanita itu menenangkan anaknya sembari berjalan ke mobil mereka. Gadis kecil itu akhirnya berhenti menangis dan tertidur di dalam pelukan ibunya.
***
10 tahun kemudian
"Ellen bangun, kamu tidak berangkat sekolah?" gedoran di pintu kamar perempuan ini tidak juga membangunkannya dari tidur lelapnya.
"Ellen bangun sayang, kamu tidak mau terlambat ke sekolah kan?" mamanya menghampiri anak gadisnya yang masih terlelap dibalik selimut tebalnya.
"Aku masih ngantuk Ma." Ellen semakin menenggelamkan tubuhnya ke dalam selimutnya.
"Kamu tidak sekolah, sudah jam 7 lho." Sontak saja mata Ellen terbuka lebar melirik jam di dinding. Benar kata ibunya sudah jam 7, secepat kilat Ellen menendang selimutnya dan bergegas ke kamar mandi untuk mandi. Mamanya hanya geleng-geleng kepala saja melihat anak perempuan satu-satunya itu, beliau keluar dari kamar anaknya.