Sudah beberapa hari ini Ellen di kurung di dalam kamarnya. Keadaannya semakin memburuk, dia tidak mau makan hanya air yang ingin di konsumsinya membuat Mamanya khawatir. Tiba-tiba Braz masuk dengan panik, dia menarik Ellen keluar dari kamar. Di luar kamar Mama Ellen sudah menunggu, dia menarik putrinya menuju ruang bawah tanah yang tersembunyi. Ellen bingung dengan apa yang terjadi dia hanya berlari mengikuti Mamanya. Sesampainya disana Mamanya memeluknya erat.
"Ada apa Ma?" tanya Ellen bingung.
"Kita diserang sayang, Papa akan melindungi kita." Terang Mamanya singkat.
"Ellen harus bantu Papa, Ma." Ellen hendak keluar dari ruangan itu, tapi dicegah oleh Mamanya.
"Jangan El, terlalu berbahaya. Kau tidak tau seberapa kuat mereka. Terakhir kali kau bertarung kau sampai terluka parah seperti itu. Kali ini Mama tidak tau apa yang akan terjadi padamu."
"Tapi Ma."
"Vampire yang menyerang kita bukan sembarangan. Mereka mampu mengalahkan dan membunuh semua anggota keluarga pamanmu yang jelas-jelas memiliki kekuatan yang lebih kuat dibanding Papamu. Kau tau, yang sudah membunuh Chris adalah Clan Quincy. Clan dari kekasih mu Abel. Kami melarang mu dekat dengan Abel bukan karena kami tidak menyukai Abel, kami sangat menyukai anak itu. Tapi kau harus tau, Abel bukan berasal dari sembarangan Clan vampire. Dia bisa saja melakukan hal yang sama pada putriku. Mama tidak mau seperti itu El." Jelas Mamanya panjang lebar.
"Ja-jadi?" Ellen tidak bisa melanjutkan kata-katanya dia kaget.
"Iya El." Tegas Mamanya meyakinkan putrinya.
Di luar terdengar suara-suara yang memilukan bagi kedua orang yang tengah bersembunyi itu. Mama Ellen menatap khawatir ke arah pintu.
"Ma, Ellen yakin Papa pasti bisa." Ellen menggenggam tangan Mamanya.
"El, Mama ingin mengatakan sesuatu. El, kau harus kuat, jangan mudah menyerah, jadilah anak yang rajin dan terus berusaha." Sebulir air mata jatuh dari sudut mata Mamanya.
"Maksud Mama apa?"
"Jaga selalu kesehatanmu, jangan mudah sakit. Ingat makan jangan terlalu sering bermain game." Ellen semakin tidak ingin mendengarkan apa yang dikatakan Mamanya.
"Gak Ma! Jangan tinggalin Ellen Ma." Air mata mengalir deras membasahi pipi Ellen.
"Mama tidak akan meninggalkanmu sayang. Mama akan selalu ada disini. Dihatimu." Mamanya menyentuh dada Ellen.
"Kau harus ingat, apapun yang terjadi Mama dan Papa selalu menyayangimu, apapun yang kamu pilih Mama selalu menyetujuinya asal itu demi kebaikanmu. Papa pasti berpikiran sama seperti Mama."Ellen memeluk Mamanya.
"Ellen juga sayang Mama. Sangat sayang Ma." Bisik Ellen.
"Mama juga."
Mama Ellen memukul bahu Ellen membuat Ellen pingsan. Air mata kembali bergulir dari sudut mata Mamanya. Ini berat sekali baginya untuk meninggalkan putri satu-satunya. Tapi dia harus bisa melindungi anaknya bagaimana pun caranya. Mama Ellen menyembunyikan tubuh Ellen dibelakang tumpukan kardus.
Setelah itu Mama Ellen berlari keluar dari ruangan itu. Sesampainya di luar, dia melihat darah dimana-mana. Dan Braz berdiri ditengah-tengah vampire yang mengelilinginya tubuhnya bersimbah darah, terlihat dengan jelas Braz bukanlah tandingan mereka semua yang tentu saja jumlahnya sangat banyak. Mama Ellen mengeluarkan pistol dan menembak beberapa vampire hingga tumbang.
"Lisa!!! LARIII!!!!!!!! APA YANG KAU LAKUKAN DISINI???" teriak Braz.
"Aku tidak akan lari, aku akan bersamamu. Bersamamu melindungi anak kita." Jelas Lisa dengan tatapannya yang lembut.