Danni membawa Abel pulang dalam keadaan pingsan. Kedua orangtuanya sontak saja kaget melihat anak kesayangannya dalam keadaan seperti itu. Danni membawa Abel ke kamarnya dan meminta pelayan untuk membersihkan tubuh Abel dan menyiapkan obat.
"Apa yang terjadi?" tanya mama Abel dengan raut wajah khawatir.
"Aku menemukannya di Resort keluarga Jo sudah dalam keadaan seperti itu Ma. Resort itu hancur lebur Pa, seperti habis diserang. Dan banyak orang yang mati dan juga kulihat ada banyak vampire. Kurasa Abel.. Abel mengamuk Pa." Jelas Danni pada kedua orangtuanya.
"Apa kau yakin? Apa kau sudah memeriksa sekitar tempat itu?" tanya Alex Papa Abel.
"Aku yakin Pa. Aku sudah periksa sekitar tempat itu setelah menemukan Abel, aku tidak menemukan siapa-siapa hanya ada Abel yang pingsan disana dengan tubuh penuh luka. Bahkan aku tidak menemukan Ellen, kurasa Ellen sudah dibawa terlebih dahulu oleh keluarganya." Penjelasan Danni membuat Alex menjadi geram.
"Sialan!" umpat Alex.
"Pa, sudah Pa. Sekarang kita lihat Abel ya." Ajak Mama Abel, matanya berkaca-kaca setelah mendengar anak tertuanya.
"Ma, aku akan obati Abel. Aku mau ke kamarku untuk mengambil obatnya dulu."
"Silahkan sayang. Makasih kamu sudah melindungi adikmu." Mamanya mengelus pipi putranya.
"Tidak Ma. Itu sudah jadi kewajibanku sebagai kakaknya. Aku juga tidak terima dengan apa yang terjadi pada adikku." Mamanya menepuk pipi putranya dengan lembut.
Kedua orang tuanya meninggalkan Danni sendirian di ruang tamu.
***
Abel sudah sadar, dia baru saja diobati oleh kakaknya. Dia menjelaskan semuanya kepada kedua orang tuanya. Mereka terlihat sangat geram dengan perbuatan Jo. Tentu saja mereka pasti akan membalas apa yang telah diperbuat Jo pada anak mereka.
"Kita harus membalas mereka. Lama-kelamaan kesabaranku habis." Alex yang sangat emosi dan ingin membalas mereka. Abel hanya bisa diam, tenaganya terkuras habis. Dia masih tidak bisa bergerak terlalu banyak.
"Sabar sayang, jangan seperti itu nanti malah memperburuk keadaan kita!" mama Abel mengelus punggung suaminya agar tenang, tapi semua sia-sia karena Alex sudah sangat emsosi. Ia mengajak Danni untuk pergi ke rumah keluarga Jo.
Dengan mengendarai mobil Danni dan Alex sampai di rumah keluarga Jo, tapi sayang apa yang mereka lihat sangatlah mengejutkan. Rumah itu sudah hangus terbakar , kobaran api masih berkobar di beberapa bagian. Keduanya berdiri di depan rumah itu dengan bingung.
***
Abel baru saja menerima telpon dari Ellen, dia sebenarnya senang Ellen tidak apa-apa. Awalnya dia sempat khawatir kalau Ellen akan kenapa-napa karena dia meninggalkan Ellen sendirian dikamar waktu itu. Tapi ternyata Ellen baik-baik saja, dan Ellen juga senang Abel tidak apa-apa. Sebenarnya Ellen sangat ingin sekali menemuinya, tapi tidak bisa dia dilarang ayahnya.
Abel berusaha duduk, walaupun luka ditubuhnya sudah mengering, tapi sakit ditubuhnya masih sangat terasa. Dia masih belum bisa banyak bergerak. Abel sangat ingin menemui Ellen, tapi apa daya dia tidak bisa sama sekali. Untuk duduk saja dia harus bersusah payah. Abel kembali terbaring karena tidak kuat.
"Akh!!! Sial!!" teriak Abel marah.
Tanpa sepengetahuan Abel, Ellen menjenguk Abel secara diam-diam. Ellen beruntung kedua orang tua Abel tengah tidak ada di rumah. Kalau saja mereka ada disana ntah apa yang harus dilakukan Ellen. Ellen dipersilahkan masuk ke dalam kamar Abel, dia melihat Abel tengah terbaring lemah di kamarnya. Abel tertidur, wajah cantiknya ternodai dengan luka gores yang ada didahinya. Ellen bersimpuh di pinggir tempat tidur Abel, dia membelai lembut wajah Abel yang tengah tertidur. Ellen tersenyum lembut, hanya dengan melihat Abel saja dia sudah merasa sangat tenang. Ellen mengecup bibir Abel singkat. Ia sangat merindukan gadis ini, walah hanya beberapa hari tidak bertemu, tapi Abel bagaikan heroin baginya. Dia tidak bisa berhenti memikirkan gadis ini, bagaimana jadinya hidupnya kalau dia tidak bisa bertemu lagi dengan gadis ini.
Perlahan Abel membuka matanya. Hal pertama yang dilihat Abel adalah senyum manis dari Ellen. Ternyata dia tidak bermimpi saat merasakan ciuman lembut di bibirnya tadi. Ellen memeluk Abel dengan erat, tapi Abel mendorong Ellen dengan sekuat tenaga yang dia miliki. Ellen tersentak kaget dengan apa yang baru saja dilakukan Abel.
"Kenapa Bel?" tanya Ellen. Abel tidak menjawab pertanyaan Ellen, dia hanya memalingkan wajahnya.
"Apa maksudnya ini Bel?" sekali lagi Ellen bertanya pada Abel.
"Tidak ada apa-apa El, lebih baik kau pergi sebelum orang tuaku kembali. Mulai sekarang aku mau kau menjauhiku, aku tidak ingin melihatmu lagi." Ucap Abel dingin.
Ellen semakin bingung dengan apa yang diucapkan Abel. Ellen meraih tangan Abel dan menggenggamnya dengan lembut, dia menatap Abel lekat-lekat, tapi Abel enggan menatap wajahnya. "Ada apa Bel? Jelaskan padaku, kita bisa bicarakan ini baik-baik."
Abel menghempaskan tangan Ellen yang menggenggam tangannya dengan kasar. "Hubungan kita sekarang berakhir sampai disini. Mulai sekarang hubungan kita hanya sebatas teman dan kau kan tahu Mama tidak pernah menyetujui hubungan ini."
"Aku tidak peduli akan hal itu. Aku hanya ingin terus memperjuangkan cinta kita Bel. Tidak peduli sebanyak apapun tantangan yang akan ku lalui aku akan tetap mencintaimu Bel." Ellen mengucapkan semua itu dengan tegas rahangnya mengeras menandakan seberapa ingin dia mempertahankan hubungan mereka.
"Tapi aku sudah tidak mencintaimu lagi El. Pergilah El, aku muak melihat wajahmu selama ini. Pergi El!! PERGI!!!" bentak Abel nafasnya terengah-engah, emosinya meluap-luap, matanya memerah, perasaannya campur aduk disisi lain dia ingin Ellen pergi, tapi disisi lain dia merindukannya.
"Tidak akan, aku tidak akan pergi sebelum kamu jawab apa yang terjadi? Kenapa kau jadi seperti ini?" Ellen tetap kekeh ingin mendengar alasan Abel.
"MAMA!!!" Teriak Abel, dan dengan cepat kedua orang tua Abel dan orang tua Ellen datang ke kamar itu dengan beberapa orang anak buah Papa Ellen. Hal itu sontak saja membuat keduanya kaget.
"Ternyata benar kau ada disini El. Kau ingin pulang dengan kakimu sendiri atau harus Papa seret pulang?" tanya Papa Ellen dengan nada dingin, terlihat sekali Braz marah kepada Ellen.
"Aku masih ingin disin..." Belum sempat Ellen meneruskan kata-katanya Braz sudah maju dan meninju perut Ellen dengan keras. Abel menutup mulutnya karena kaget. Ellen memegangi perutnya, darah keluar dari mulutnya dia tersungkur.
"Seret dia. Dia harus dihukum setelah ini." Braz keluar dari kamar Abel diikuti dua orang yang menyeret Ellen.
"El.." Abel hendak memanggil Ellen, tapi yang Abel lihat hanya senyum miris dari Ellen. Sebelum dibawa keluar Ellen mengucapkan sesuatu ke Abel dengan gerakan bibir.
"Maafkan kami. Kami sudah membuat keributan di rumah kalian." Mama Ellen meminta maaf kepada kedua orang tua Abel.
"Kami akan pergi. Sampai jumpa."
Ellen dihempaskan ke dalam mobil dengan kasar. Ellen hanya bisa mengerang kesakitan. Braz membawa Ellen pulang. Sesampainya di rumah keadaan Ellen sudah membaik, rasa sakit yang dirasakannya sedikit demi sedikit berkurang.
"Turun!" perintah Braz dengan dingin. Ellen keluar dari mobil dengan perlahan, tapi dengan tidak sabar Braz menarik Ellen masuk ke dalam rumah.
Ellen di dorong masuk ke dalam kamar. Braz mengambil semua akses Ellen untuk berhubungan dengan dunia luar. Ellen dikurung di dalam kamarnya, Ellen hanya bisa pasrah, tidak sedikitpun memberontak dia tau kalau dia memberontak yang ada dia hanya akan mati ditangan Papanya.
Ellen kesal dengan keadaannya sekarang, dia ingin keluar dan bertemu Abel. Apakah Abel sudah baikan? Apa Abel benar-benar sudah tidak mencintainya lagi? Apa Abel tidak merindukannya? Pertanyaan itu selalu muncul di benak Ellen. Dia memandang pantulan dirinya di cermin, dengan melihatnya saja dia merasa tidak berguna. Dia yang menyebabkan Abel seperti itu dan sekarang dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia melihat banyangannya tersenyum mengejeknya, membuat Ellen semakin jengkel. Dia meninju cermin itu hingga pecah, pecahan kaca itu sontak saja membuat luka buku-buku jari Ellen.
***
Abel sebenarnya menyesal mengatakan itu, tapi dia tidak punya pilihan lain. Dia dan Ellen berbeda, mereka tidak mungkin bersatu.
Keadaan Abel semakin hari semakin membaik. Dan hari ini Abel dibawa kedua orang tuanya kesuatu tempat yang lebih tepatnya adalah hutan. Hutan yang akan membawa sesuatu yang menyeramkan dan tidak pernah terpikir oleh Abel sebelumnya.
TBC