Jam istirahat Abel memutuskan untuk tetap berada di dalam kelas. Kakinya masih sakit untuk dibawa berjalan. Ellen dipanggil ke ruang guru, katanya cuman sebentar tapi sudah setengah jam dia di ruang guru tapi belum kembali-kembali juga. Saat Abel sedang asik-asiknya membaca, tiga siswa yang menyebut diri mereka Da Fleur mendatangi Abel. Caroline pemimpin mereka menggebrak meja membuat Abel kaget bukan main.
"Hei, ikut kami!" suruhnya bak seorang putri yang sombong, saat dilihatnya Abel tidak bergerak sama sekali dia menyuruh dua dayangnya untuk menyeret Abel.
"Kalian mau membawaku kemana?" tanya Abel sedikit ketakutan.
Mereka tidak menjawab pertanyaan Abel. Mereka hanya membawa Abel ke belakang sekolah. Sampai disana Abel didorong dengan kasar oleh Luna dan Mei dua dayang dari Caroline. Kaki Abel yang masih terkilir membuatnya tidak bisa menjaga keseimbangannya dan akhirnya dia tersungkur di tanah.
"Kau pikir kau siapa? Kau itu tidak pantas berteman sama Ellen."
"Apa salahnya, aku cuman berteman dengannya?" balas Abel.
"Kamu itu, dibilangin! Kita-kita gak suka Ellen, punya temen culun seperti kamu. Ellen itu keren, banyak yang suka ramah. Sedangkan kamu temen aja gak punya. Kalau El berteman sama kamu yang ada dia malah jadi kurang gaul nantinya. Seperti kamu!" Caroline berucap dengan sombongnya.
"Jangan salahkan aku. Bukan mauku berteman dengan Ellen."
"Jadi maksudmu Ellen itu ngedekati kamu? Itu gak mungkin. Pasti kamu yang ngedekatin dia." Luna mendorong bahu Abel keras, Abel hanya meringis sakit.
***
Ellen tadi dipanggil ke ruang guru karena nilainya benar-benar hancur. Dia harus bisa memperbaiki nilai-nilainya kalau mau ikut ujian. Saat kembali ke kelas Ellen tidak menemukan Abel di tempat duduknya, seharusnya Abel tidak bisa berjalan, pikirnya. Ellen bertanya pada beberapa siswa dan mereka mengatakan Abel tadi diseret anggota Da Fleur.
Ellen punya perasaan yang tidak enak. Abel pasti akan dibully oleh mereka. Ellen berlari menyusuri koridor kelas dengan cepat, dan sampailah dia di belakang sekolah. Sampai disana dia meringis melihat keadaan Abel, dia terlambat Abel memang sudah di bully oleh mereka. Abel menangis sambil memeluk lututnya, tubuhnya kotor dipenuhi lumpur. Sepertinya anak-anak Da Fleur itu menyiram tubuhnya dengan lumpur.
"Bel." Panggil Ellen, Abel tersentak kaget. Dia dengan cepat berdiri dan mencoba menjauhi Ellen.
"Abel!" panggil Ellen sekali lagi.
"Pergi El, aku tahu kamu gak mau berteman sama gadis seperti aku. Kamu hanya kasihan karena aku tidak punya teman sama sekali." Abel berusaha melewati Ellen, tapi Ellen menghalangi langkahnya.
"Gak Bel. Kamu kenal aku dari kecil. Kita sudah saling mengenal sejak kita masih kecil. Kamu sahabat aku. Aku gak mungkin berubah hanya karena orang lain Bel." Ellen memegang bahu Abel, memaksa Abel menatap matanya. Abel menatapnya dengan mata basah.
"Ayo kita ke kamar mandi, kamu harus membersihkan dirimu. Apa kakimu bisa jalan?" tanya Ellen, Abel hanya mengangguk mengiyakan. Ellen melepas seragamnya dan menutupkannya ke kepala Abel. Membuat Abel menatapnya bingung.
"Ini untuk menutup wajahmu kalau kamu malu ketemu sama anak-anak yang lain. Ayo kita ke kamar mandi di belakang sini saja." Kini Ellen hanya menggunakan kaos putih denim kesayangannya saja.
***
FLASHBACK
"Apa kamu lapar?" gadis kecil itu mengangguk, di depannya tersedia berbagai makanan lezat. Tapi gadis itu tidak sedikitpun berselera untuk memakannya. Melihat hal itu wanita cantik yang mungkin adalah ibunya itu membawanya ke sebuah ruangan. Disana sudah ada seorang gadis kecil, lebih muda darinya. Dia tertidur. Sang wanita mendekati gadis malang itu dan mengangkatnya.