Abel sedang mengepang rambutnya menjadi dua di depan cermin yang ada di meja riasnya, dia merapikan dressnya yang berwarna peach selutut miliknya.persiapan sudah lengkap karena hari ini, ia dan bersama teman-teman kelas dua akan mengikuti kegiatan camping selama tiga hari.
"Bel! Cepat turun, kakak mu sudah menunggu daritadi!" teriak Mama-nya dari lantai bawah.
"Iya Ma. Ini Abel sudah mau turun." Balas Abel, ia turun dari kamarnya membawa koper kecil. Abel sarapan dengan terburu-buru kemudian ia mencium Papa dan Mama-nya yang mengantarkannya sampai halaman depan.
"Hati-hati saya, kalau ada sesuatu yang terjadi cepat hubungi Mama. Oke?" Abel memasukkan koper kecil-nya ke dalam mobil milik kakaknya.
"Iya Ma. Abel berangkat dulu Ma, Pa." Pamit Abel. Dia sudah duduk manis di kursi samping pengemudi.
"Iya sayang."
"Dasar perempuan, selalu ribet!" gerutu kakak tampannya itu sembari menyetir mobilnya.
"Biarin!" balas Abel, dia menjulurkan lidahnya.
"Jangan sampai kau membabi buta seperti kemarin, kakak sudah membawa beberapa kantong darah dan jug.."
"Jangan sampai menyakiti teman dan aku harus mengontrol diri." Potong Abel dengan kesal.
"Baguslah kalau kau mengerti." Kakaknya mengacak rambut adiknya gemas.
Mobil itu berhenti di depan sekolah Abel. Abel turun dari mobil, dia sebenarnya tidak ingin mengikuti camping ini, tapi demi tambahan nilai dia ikut. Dan juga alasan Abel tidak ingin mengikuti acara ini adalah Ellen, dia belum siap untuk bertemu dengan Ellen.
Sebelum pergi kakak Abel memperingatkan Abel sekali lagi membuat Abel jengah dengan semua ucapan yang sudah dihapalnya karena terlalu sering diucapkan oleh kedua orang tuanya. Semenjak kejadian penyerangan itu Abel jadi semakin sering berlatih untuk meningkatkan kekuatannya dan juga dia semakin berusaha mengontrol dirinya.
Di lapangan sekolah sudah ramai dengan anak-anak kelas dua yang bergerombol menunggu bus yang masih belum datang. Abel menarik kopernya, ia duduk di pinggir lapangan. Abel memutuskan untuk membaca buku daripada melamun tidak jelas, tapi saat hendak membuka kopernya pandangan matanya tidak sengaja melihat Ellen sedang mengobrol dengan anak-anak yang lain. Penampilan Ellen hari ini sangat berbeda, dia sangat tampan dengan rambut pendeknya seperti laki-laki, dia juga memakai kaos putih neck V, topi abu-abu menutupi kepalanya, celana jeans birunya juga nampak bagus melekat di kakinya yang jenjang, tidak lupa sepatu converse-nya membuat penampilannya semakin sempurna.
Da Fleur mengelilingi Ellen dan juga menggodanya. Abel memalingkan wajahnya ke arah lain, berpura-pura sibuk agar Ellen tidak menghampirinya. Sebenarnya Abel merasa cemburu melihat Caroline yang bergelayut manja di lengan Ellen.
Ellen menatap ke sekeliling mencari gadis yang dicintainya. Hingga pandangannya terhenti pada pinggir lapangan yang jauh dari hiruk-pikuk yang ada di lapangan. Dia melihat Abel sedang membaca sendirian di pinggir lapangan. Sebenarnya ingin sekali dia berjalan menghampiri gadis itu dan memeluknya, mengatakan betapa dia merindukan gadis itu. Tapi dia mengurungkan niatnya itu, dia tau Abel hanya akan menjauh darinya saat ia mendekat.
Tepat pukul delapan pagi bus datang, anak kelas dua tidak sabar untuk masuk ke dalam bus. Abel lebih memilih duduk di depan karena menurutnya akan lebih aman baginya untuk duduk di depan daripada di belakang yang pasti hanya akan membuatnya menjadi bahan ejekan teman-temannya yang lain.
Sebenarnya Ellen ingin sekali duduk bersama Abel, tapi Caroline yang sedari tadi bergelayut manja di lengannya meski tidak dipedulikannya itu menarik tangannya untuk duduk di belakang bersamanya. Dengan pasrah dia merelakan dirinya ditarik Caroline untuk duduk bersamanya.