CHAPTER 11

2K 157 9
                                    

Semenjak kejadian camping waktu itu, hubungan mereka berdua semakin memburuk. Abel selalu di kelas walaupun sedang istirahat, sedangkan Ellen lebih memilih menghabiskan waktunya di luar kelas, entah hanya untuk bermain basket, sepak bola atau menghabiskan waktunya untuk makan dikantin dan berkumpul bersama temannya.

Semakin hari kondisi Abel juga semakin memburuk. Abel menjauhi Ellen perkara ucapan Ellen kepadanya sewaktu mereka camping.

"Hei, jelek! Mana PR-ku?" Caroline menggebrak meja Abel diikuti dayang-dayangnya yang setia.

"Aku lupa!" jawab Abel malas, dia mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

"Kau mulai berani ya!" Luna emosi mendengar tanggapan Abel, tapi Caroline lebih dahulu menjambak rambut Abel dengan kasar, lalu menarik rambutnya sehingga Abel terjatuh dari bangkunya.

"Oh ya. Apa kau lupa saat kau mendorongku di hutan Hah?? Kau membuat badanku sakit"

Caroline menatap Abel marah dia belum puas menyiksa Abel. Caroline mengangkat tangannya hendak menampar Abel, namun tangan itu berhenti di udara. Ada seseorang yang menahannya, tangan itu memelintir tangan Caroline ke belakang tubuhnya.

"Aww! Akh sakit!! Hentikan kau bisa membuat tanganku patah!" pekik Caroline kesakitan. Orang itu melepaskan tangan Caroline. Caroline membalik tubuhnya untuk melihat siapa yang memelintir tangannya, dan alangkah terkejutnya dirinya ternyata orang yang memelintir tangannya adalah Ellen. Ellen menatap Caroline dengan pandangan dingin. Dia menampar Caroline dengan keras, membuat tubuh Caroline terjatuh ke lantai. Belum puas, Ellen menarik kepala Caroline dan hendak membenturkan kepala Caroline ke lantai. Luna dan Mei tidak berani menghentikan Ellen. Ellen terlihat seperti setan di mata mereka.

"Kau sudah melakukan hal ini kan sewaktu di hutan waktu itu? Dan kau juga akan merasakan sakitnya dilakukan seperti itu disini." Gumam Ellen dingin. Ellen sudah siap akan membenturkan kepala Caroline ke lantai, jika tidak dihentikan oleh Abel. Abel menahan tangan Ellen.

"El, jangan. Kau tidak boleh melakukan itu, jangan El!" pinta Abel dengan wajah memelas.

"Orang seperti ini harus diberi pelajaran yang setimpal." Bentak Ellen.

"Hentikan El! Kumohon!" Abel memeluk punggung Ellen, Ellen dapat merasakan punggungnya basah. Akhirnya Ellen luluh, dia melepaskan kepala Caroline.

"Pergi kalian semua, sebelum aku patahkan semua tulang kalian!" bentak Ellen pada Luna dan Mei. Luna dan Mei hanya diam, mereka membopong Caroline menjauh dari Ellen dan Abel.

"Awas saja kalian, akan kami balas perbuatan kalian pada kami!" ancam Luna sebelum mereka keluar kelas meninggalkan Ellen dan Abel.

"Aku tak takut." Tantang Ellen. Ellen berbalik menatap gadisnya yang beberapa hari ini dirindukannya. Rahang Ellen mengeras saat melihat luka di sudut bibir Abel. Ellen menyentuh bibir Abel, membuat Abel meringis kesakitan.

"Sakitkah?" tanya Ellen dengan suara lembut. Abel hanya menggelengkan kepalanya. Abel kembali ke kursinya dan membuka novelnya, Ellen mengikuti Abel dia duduk disebelah Abel. Ia memperhatikan wajah Abel membuat Abel merasa risih dengan ulah Ellen. Abel berusaha mengabaikan keberadaan Ellen tapi percuma dia tetap tidak bisa konsentrasi.

"Maafkan kata-kataku kemarin!!" ucap Ellen.

"Y-ya." Abel tidak bisa menyembunyikan kegugupannya, wajahnya bersemu merah.

"Menurutmu aku keren tidak tadi?" gumam Ellen jail.

"Hm.. Biasa saja." Jawab Abel sambil mengangkat kedua bahunya.

"Ah kau tidak asik." Gerutu Ellen kesal.

"Iya, terima kasih El" ucap Abel tulus, diikuti senyum manis di bibirnya.

Blood RedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang