Sinar matahari menyinari wajah Ellen membuatnya terganggu. Ellen membuka matanya, dia melihat ke samping seorang gadis cantik tengah tertidur dengan pulasnya. Wajahnya kelihatan lelah, tapi kecantikannya tetap tidak bisa disembunyikan. Ellen tersenyum mengingat apa yang telah mereka lakukan semalam. Ellen memandangi wajah Abel dengan lembut, dia dapat melihat bibir merah Abel yang selalu menggoda.
Ellen menundukkan wajahnya untuk mencium bibir itu. Sentuhan itu membuat Abel menggeliat Ellen yang memperhatikan itu menjadi gemas membuatnya mencium bibir Abel berkali-kali membuat Abel terbangun.
"Kau membuatku tidak bisa tidur El." Gumam Abel dengan suara serak. Abel meregangkan badannya membuat selimut yang menutupi tubuhnya melorot hingga buah dadanya terlihat sedikit. Mata Ellen langsung melebar melihat pemandangan itu.
"Apa yang kau lihat?" tanya Abel bingung.
"Aku sedang melihat pemandangan indah pagi hari." Tatapan mata Ellen tidak beralih dari payudara Abel. Abel mengikuti arah tatapan Ellen dan dia baru sadar kalau mereka tidak mengenakan satu helai pun pakaian, hanya selimut itu yang menutupi wajah mereka. Buru-buru Abel menarik kembali selimut yang tadinya sempat tersingkap.
"Yah, kenapa kau tutup lagi sayang? Aku jadi tidak bisa melihat pemandangan yang aku suka itu." Gumam Ellen kecewa, Abel mengetuk kepala Ellen kesal wajahnya memerah malu.
"Kau sudah melihat terlalu banyak." Kesal Abel.
"Tapi tadi malam kau mengijinkanku melihatnya sebanyak-banyaknya. Kau lupa? Bahkan kau berteriak nikmat tadi malam." Jelas Ellen mengingatkan membuat wajah Abel semakin memerah karena malu.
"El, hentikan. Kau pagi-pagi sudah mesum." Abel hendak turun dari tempat tidur, tapi tangannya ditarik oleh Ellen membuat tubuhnya kembali jatuh ke tempat tidur dan tepat saat itu Ellen menindih tubuh Abel.
"Bagaimana kalau kita bermain sekali lagi pagi ini, sebelum kita kembali ke rumah." Ellen mengecup ujung hidung Abel.
"Kau ingin bermain lagi? Bukannya tadi malam kita sudah bermain hm??" Abel mengalungkan tangannya di leher Ellen.
"Yah benar, tapi aku mau lagi." Tangan Ellen dengan nakalnya menyentuh daerah sensitif Abel membuat Abel secara reflek merapatkan kakinya dan mendesah tertahan.
"Hentikan El, aku lelah. Aku mau mandi dan sarapan." Gumam Abel lelah, tapi Ellen menghiraukan itu semua dia masih bermain dengan daerah sensitif milik Abel. Ellen mencium dan menjilat leher Abel.
"EL!" pekik Abel saat Ellen secara sengaja menggigit lehernya. Abel menjauhkan wajah Ellen dari lehernya dan mencium bibir nakal itu dengan ganas.
"Aku kan sudah bilang hentikan. Cepat bangun dan kita beres-beres. Yang lain pasti sudah menunggu kita." Abel mendorong tubuh Ellen menjauh. Abel menarik selimut dan melilitkannya pada tubuhnya yang telanjang.
"Yah, kita mandi bersama saja ya?" Ellen menaik turunkan alisnya, meminta persetujuan Abel. Tapi sayang Abel hanya diam dan tersenyum menggoda, Ellen yang salah mengartikan maksud Abel akhirnya mengikutinya. Tapi sesampainya di depan pintu kamar mandi Abel dengan cepat menutup pintu dan menguncinya di depan Ellen.
"Bel, buka pintunya! Kita mandi bersama saja!" teriak Ellen dari luar, dia menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"Tidak akan, kau mandi setelah aku selesai." Balas Abel disertai tawa kemenangan karena telah berhasil menggoda Ellen pagi-pagi. Ellen hanya cemberut menerima kejahilan Abel dipagi hari ini. Ellen akhirnya memutuskan mencari baju kaos dan celana pendeknya. Dia harus membereskan pakaian mereka dan memasukkannya ke dalam koper.
***
"Kita jalankan rencana siang ini saat mereka semua sedang ada di ballroom." Ucap seseorang dari ponselnya.