Hadiah terakhir untuk Mas-ku

7.6K 101 16
                                    

Lantunan do'a-do'a itu mengalun dengan lembut dari sela-sela bibirnya. Suara lembutnya terdengar sangat menenangkan, aku sangat menyukai saat rasa sejuk memasuki hatiku.

Aku tersenyum kecil saat mendengar nama seseorang yang sangat aku rindukan terselip di dalam lantunan do'anya. Aku tau Dia tidak akan pernah melewatkan atau melupakan nama itu di setiap sujud dan do'anya. Kupejamkan kedua belah mataku sesaat, mencoba meresapi setiap rentetan do'a yang terus mengalir dari bibirnya.

Arsyad Hanafi, nama Ayahku. Nama yang selalu di ucapkan dalam setiap do'a-do'a kami.

"Amiiinnn," Ucapku lantang setelah Dia -Imam keluarga kami, kakak Lelaki-ku- menyelesaikan do'anya.

"Selalu semangat ya, Dek?" kudengar kekehan kecil dari bibir indahnya.

"Iya dong, Aku selalu semangat kalo Mas yang jadi imam di rumah." sahutku sambil menyambut uluran tangannya, kemudian menciumnya dengan takzim.

"Jadi kalo Ummi yang jadi imam sholat, kamu nggak semangat nih Dek?" satu suara lagi yang membuatku menahan senyum. Kutatap dengan sayang wanita tua yang tengah duduk di sampingku ini. Wajah teduhnya selalu membuatku ingin menangis.

"Ummi yang terbaik," Jawabku singkat. Sebelum akhirnya aku merengkuh tubuh rapuhnya kedalam dekapanku. Kulirik Pria tampan di depan kami sekilas, Senyum damainya mengembang, menambah ketampanan di wajahnya.

Aahhh.... andai saja Dia bukan Kakak-ku. Bisikku lirih.

"Oh, Iya Mas. Katanya kamu mau ngenalin Ummi sama calon kamu? mana? Kok sampe sekarang belum di ajak kerumah sih?" Aku mematung di tempat saat mendengar ucapan Ummi barusan. Dengan gerakan cepat kutolehkan kepalaku sambil melepaskan pelukanku pada Ummi, mataku beralih menatap lekat wajah damai di depanku ini. Mas-ku, Riadh Azhar. Hanya tersipu saat Ummi menggenggam tangannya.

"Nanti, yah Mi. Insya Allah Riadh pasti kenalin ke Ummi sama Halwa juga. " Jawab Mas-ku malu-malu, semburat merah menghiasi wajah damainya.

Aku hanya bisa menanggapinya dengan tersenyum kecut. Entah mengapa dadaku terasa sesak saat mendengar jawaban itu, ada rasa sedikit tidak nyaman di dalam hatiku. sedikit.... Nyeri? ah, entahlah.

"Mas udah punya calon?" Tanyaku sedikit ragu, kuhentikan kegiatan tanganku yang tengah melipat mukena. Serempak kedua kepala itu -Ummi dan Mas-ku- menoleh kearahku. lagi-lagi senyum damai Mas-ku melengkung sempurna.

"Iya. Do'ain yah Dek, semoga kali ini bisa jadi," Aku menahan nafasku sejenak, menggigit bibir bawahku kuat. sebelum akhirnya kusunggingkan senyum terpaksaku untuknya.

Aku nggak rela kalau Mas harus pergi ninggalin aku sama Ummi. batinku kembali berbisik.

"Pastilah aku do'in, Mas." Ucapku berbohong,

Ya Alloh, Saat ini perasaanku seperti terombang-ambing, di satu sisi Aku tidak ingin menjadi beban Mas-ku lagi, Aku juga ingin melihatnya bisa bahagia. tapi di sisi lain hati-ku, aku masih belum bisa kehilangan dirinya. Aku sama Ummi masih membutuhkan seorang Imam dalam rumah ini.

Egoiskah aku?

Mas, Kami masih membutuhkan-mu!

***

Beberapa hari kemudian, seperti yang di katakan Mas-ku tempo hari, -bahwa Dia akan mengenalkan pada kami akan Calon-nya- Hari ini Dia menepati janjinya, di hadapan kami saat ini duduk seorang gadis yang luar biasa Cantik. Wajahnya putih bersih dan terlihat bercahaya, kerudung Hijau yang membingkai wajah cantiknya semakin menambah keindahan ciptaan Tuhan ini.

Subhanallah! apa Dia ini bidadari yang kesasar di bumi yah? bisikku dalam hati.

"Mi, Dek. Kenalin ini Syafira, Yang insya Allah sebentar lagi bakal jadi bagian dari keluarga kita juga." Jelas Mas-ku, senyumnya sejak tadi terus berkibar seperti bendera di atas tiang saat 17 agustusan, lebar Membuat matanya semakin menyipit. Aku sedikit mengumpat dalam hati, memaki kecantikan gadis ini.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang