Because Hijab

2.8K 71 14
                                        

"Ck, berhenti nangis sekarang atau aku panggilin si Momo -monyet peliharaan Abang-ku- buat nyium kamu nih yah," Suara lembut namun tegas kulontarkan begitu mataku kembali melihat butiran bening dari sudut-sudut matanya yang kembali merosot turun, dengan perlahan tapi pasti air asin itu membasahi pipi tembamnya.

"Aku nggak nangis, Ly!" Jawabnya setengah terisak.

Aku melotot tajam saat jawaban -yang jelas-jelas bohong- itu meluncur dari bibirnya yang masih bergetar.

"Aku bukan anak Bayi yang dengan bodohnya gampang dikibulin yah By. Jelas-jelas tuh mata sipit kamu dari tadi aktif banget memproduksi banyak air garam!"

"Pokoknya aku nggak nangis." Teriaknya tetap kekeuh.

"Au ah lap! Ngomong sama kamu sama aja kayak ngomong sama anak balita By. Susah diajak seriusnya," Sahutku sedikit emosi.

Mendengar suara teriakannya, membuat suaraku otomatis meninggi juga. Kutatap tajam wajah kusutnya, mata sipitnya terlihat semakin mengecil dan suara isakannya semakin terdengar jelas di telingaku.

"Sulyyyyy.... Huweeeee.... Aku benci sama Alan!" Rengeknya tiba-tiba.

Tangisan yang sejak tadi ditahannya kini meledak sudah. Aku meringis sambil menutup sebelah telingaku yang berdengung saat menerima teriakannya.

"Ngomongnya benci tapi tetep aja dipacarin." Sindirku telak.

"Kali ini aku beneran putus dari dia, Ly. Hiks... Hiks... aku udah capek diduain terus."

Haahhh... lagi-lagi masalah itu kan? gerutuku semakin kesal. Kuhembuskan nafasku dengan bosan, meliriknya sekilas sebelum kembali menyibukan diriku membolak-balik kertas buku yang sejak tadi kupegang.

"Ya udah tau capek diduain terus, kenapa kamu masih aja mau diajakin balikan?" Aku hanya bisa menanggapinya dengan sikap acuh.

"Aku masih sayang sama Alan, Ly. Hiks... Hiks..."

Aku memutar bola mataku semakin bosan. Alasan lawas! Aku sudah hafal betul, pasti dialog itu yang bakal keluar dari mulutnya.

"Sesayang-sayangnya kamu sama Dia, Allah lebih sayang sama kamu, Febby." Jawabku sambil menutup buku yang sedang aku baca.

Aku menatapnya kembali, kali ini wajahnya semakin tertekuk. Bibirnya mengerucut sebal.

"Kenapa jadi bawa-bawa Tuhan sih, Ly? Jadi inget sama dosa kan aku jadinya," Suaranya terdengar serak, jari-jari tangannya yang lentik kini sibuk menghapus jejak-jejak air asin yang masih mengucur dipipinya.

"Nah, bagus deh kalo kamu masih inget sama dosa mah." Sahutku setengah mengejeknya.

"Sulyyyy..." Kembali Dia meneriakan namaku.

Kali ini aku bukan hanya meringis, tapi juga mendesis kesal kearahnya.

"Febby sayang, kamu sadar nggak? Kamu tuh masih dilindungin sama Allah, Allah masih baik banget lho sama kamu." Ucapku kalem setelah berhasil meredam rasa kesalku kepadanya.

"Maksud kamu?" Gadis cantik ini kembali bertanya, kali ini wajahnya terlihat bingung.

"Kamu lupa? dulu waktu Alan mutusin kamu gara-gara kamu nggak mau nurutin maunya Dia buat pake rok mini? terus yang kedua Dia mutusin kamu lagi gara-gara kamu nolak waktu Dia minta ciuman? Nah, sekarang kamu diputusin gara-gara nolak apa lagi? nolak tidur sama Dia? masih bagus kamu diputusin, itu berarti Allah dengan secara nggak langsung ngelindungin kamu dari segala perbuatan maksiat, By." Jelasku pelan.

Aku terbelalak kaget saat mata sipitnya kembali berkaca-kaca. Menatapku dengan gusar.

"Hiks... omongan kamu nusuk banget deh, Ly. Hiks... kamu tau nggak? Kamu itu adalah satu-satunya alasan aku buat nolak semua permintaan bejadnya Alan." dalam sekejap Ucapannya mampu menulikan serta menumpulkan otakku.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang