Cintaku Namamu

1.7K 58 5
                                        

"Sayang Coba katakan, Seberapa besar cintamu kepadaku?" Aku tertegun saat mendengar pertanyaan itu.

Kutelan ludahku kelu saat mata indahnya menatapku dalam, aku mengerjapkan mataku saat mata itu terus menatapku, masih setia memungguku dengan sabar. Menunggu jawaban yang ingin Dia dengar dari mulutku ini.

Ah, sial! Makiku dalam hati.

Kembali ketelan ludahku demi menghilangkan rasa gugup serta rasa bersalahku. Tapi sialnya bagiku mata kesayangku itu tetap menatapku dengan lembut. Bahkan tangan kekarnya saat ini ikut membelai rambutku dengan lembut pula.

Oh ya Tuhan, aku selalu berharap pertanyaan itu tidak akan pernah lagi keluar dari bibir seksinya. Demi apapun yang ada di muka bumi ini, jangan pernah biarkan pria tercintaku, imam hidupku, serta Abi dari anak-anakku ini menanyakan hal menyusahkan seperti ini lagi kepadaku. Aku memaki ketidak berdayaanku dalam diam.

Kuperhatikan wajah teduhnya, senyum sayang Halalku mengembang saat mata kami kami saling bertatapan.

Subhanallah... ternyata suamiku ini makin lama makin bertambah tampan! jeritku tertahan.

Eh?

Huwaaaa.... tolol! Bunuh saja aku!

Aku mengutuki diriku yang bodoh ini. Bukannya mencari alasan atau jawaban atas pertanyaannya, Bisa-bisanya aku justru sibuk terhanyut dalam tatapan mempesona dari mata indah milik suamiku tersayang ini.

Hyaaa... bodoh!

Kugelengkan kepalaku kuat-kuat, berusaha mengusir bayangan yang Iya-iya tentang Halalku ini. Ck, sepertinya aku harus segera mencuci otak mesumku ini di mesin cuci!

"Ummi?" Suara lembutnya menyadarkan aku dari khayalan-khayalan laknatku.

Kuangkat wajahku perlahan, Kali ini kuberanikan diri untuk membalas tatapan matanya.

Ugh, sayang! Aku mohon, jangan pernah bertanya seperti itu lagi. Kau tau dengan pasti, Aku tidak akan pernah bisa sanggup untuk menjawab pertanyaanmu itu. Desahku putus asa.

Karena apa? Karena bisa aku pastikan aku akan langsung terdiam dan kehabisan kata-kata bila pertanyaan itu benar-benar akan melucur manis dari bibir seksinya -lagi- seperti saat ini. Batinku mulai gaduh. Kugigit bibir bawahku kuat.

Kenapa bisa seperti itu? Jawabannya simple Aku paling bodoh bila disuruh merangkai kata-kata cinta, kata-kata romantis yang selalu berhasil membuat bulu kudukku meremang. Lagi pula Aku ini memang tipe wanita yang susah bila diajak beromantis-an seperti saat ini, aku terlalu kaku, tidak heran bila Halalku... ehem... ralat, maksudku suamiku ini selalu saja protes bila aku tidak bisa menjawab pertanyaan konyolnya itu.

"Abi, udah Ummi bilangkan... kalo Ummi tuh..." baru saja aku ingin mencicitkan alasan lawasku, kata-kata halalku salanjutnya langsung meruntuhkan segalanya.

"I Love You," Bisiknya tepat di telingaku.

"Eh?" Sekali lagi aku mengerjapkan mataku, kali ini demi memastikan pendengaranku masih berfungsi dengan baik atau tidak. Ya, Kali-kali saja telingaku ini mendadak tuli atau mungkin aku lupa untuk membersihkannya hari ini.

Tidak mungkin aku salah dengar kan? Suamiku bilang apa barusan? I.. I.. ah, sudahlah lupakan! Aku tidak akan pernah bisa menyebutkan kata-kata manis itu. Batinku makin menjerit-jerit Frustrasi.

"Aku sangat mencintaimu, isteriku!" Seperti mendengar suara hatiku, halalku langsung menjawab segala pertanyaan yang ada di dalam otak bodohku ini. Senyum tampannya kembali merekah.

Ah, Ya Alloh... Sungguh makhlukmu yang satu ini selalu berhasil melemahkan detak jantungku! Mati sajalah aku!

"Abi..." Panggilku ragu.

"Eum?"

"A-aku..." Suaraku mulai tergagap kaku.

Huwaaa... kenapa sulit sekali untuk mengucapkan kata manis itu? Sayang, Lebih baik kamu suruh aku menangis saja sekarang!! Itu akan lebih mudah aku lakukan.

"Apa?" Tanyanya polos.

"Ah, abi pasti udah taukan jawaban Ummi apa?"

"Emang apa jawabannya?" Kembali Dia bertanya dengan kalem.

Ish... Atau lebih tepatnya PURA-PURA kalem! karena bisa aku lihat dengan jelas dari sorot matanya ada kilatan geli memancar jelas disana.

Sigh!

Suamiku, Halalku, Abiku sayang sepertinya kamu benar-benar ingin membunuhku!

"Ih, Abiiii..." Rengekku manja.

"Hm," dan hanya ditanggapi dengan gumaman tanpa minat.

Rese!

"Ish... Abi nyebelin!"

"Memang,"

Tuh kan, beneran minta di lumat tuh bibirnya! Ish... Kalau tidak sabar, sudah aku banting ke kasur tuh tubuh gedenya.

Kyaaaa...

Dengan perasaan kesal kudekati Dia, dapat kulihat dengan jelas ada ketegangan terpancar dari raut wajahnya, Aku tersenyum menang saat merasakan Dia -Suami tercintaku- dengan sengaja menahan nafasnya saat wajahku semakin mendekati wajahnya.

Hahahaha... aku sangat suka melihat wajah tegangnya yang seperti ini. Bersiap-siaplah untuk kalah sayang!

Dengan hati-hati kubelai lembut pipi kirinya, kutatap penuh perasaan mata indahnya, "Abi, Aku tidak punya kata-kata indah untuk mengungkapkan seberapa besar rasa cintaku kepadamu, karena memang tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan rasa itu. Tidak ada kata-kata yang indah seperti sebuket bunga mawar yang pernah kamu berikan untukku, aku tidak pernah bisa menemukan kata-kata picisan yang mampu mewakilkan rasa itu. Karena kamu tau, aku memang bodoh dalam merangkai kata-kata seperti itu," Ucapku tanpa sadar.

Wow... sejak kapan aku bisa mengucapkan kata-kata seperti itu? Ah, Lupakan saja! Aku juga tidak mengerti, anggap saja aku sedang kerasukan roh halus!

Kedua bola mata Halalku membulat lucu saat tanganku beralih memeluk tubuh hangatnya,

Ah, Aku sangat suka memeluknya seperti ini, sangat nyaman.

"Tapi Apa kamu tau? Aku hanya mampu menyebut namamu sebagai ungkapan rasa cinta itu... aku selalu menyebut namamu di setiap ucapanku, bila kamu mendengar aku menyebut namamu, anggap saja bahwa aku sedang mengungkapkan rasa cintaku kepadamu. Semakin banyak aku menyebut namamu, semakin banyak pula cintaku untukmu. Karena menurutku namamu sudah lebih dari cukup -dari pada rangkaian kata-kata menggelikan itu- untuk mewakilkan segala yang aku rasakan kepadamu. Hanya namamu, Alzahri Maulana Radhitya. Suamiku, cintaku." Lanjutku makin melantur.

Kuakhiri Ucapan ngaurku itu dengan mengecup lembut bibir seksinya. Dia masih diam di tempatnyanya, kurasakan sejak aku memeluknya tubuhnya tidak berubah sedikitpun, Dia tetap mematung kaku.

Entah Dia mengerti atau tidak dengan kata-kataku barusan, karena celakanya aku saja tidak begitu paham dengan Ucapanku itu. Sepertinya Halalku masih sibuk mencerna kata-kata bodohku itu.

Huwahahaha... Dasar aku wanita bodoh!

Aku tidak memperdulikan kebingungannya, karena kini aku tengah kembali sibuk memeluknya erat, menikmati tubuhnya yang semakin kaku dalam dekapanku.

Hihihihi...

Abi, Cintaku Ya Namamu. Jejeran huruf sederhana yang mampu melumpuhkan hatiku.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang