Gadis K-POP

2.2K 28 7
                                    

Aku menatap tajam gadis.... Ah, mungkin aku harus segera mengganti sebutan 'gadis' itu menjadi 'wanita' mulai sekarang. Mengingat usia bocah ini sudah tidak lagi muda seperti kebanyakan abege lainnya yang masih 'Layak' disebut seorang 'gadis'. Meskipun aku yakin seribu persen bahwa Gadis... Eh, salah! wanita ini pastinya masih 'Gadis asli' alias masih... Ehem... Perawan ting-ting.

"Gue denger lo nolak lamaran lagi ya, Nis?" Kulontarkan pertanyaan yang sejak kemarin bersarang di dalam otakku.

Tersentak kaget, Mata Wanita di sampingku melebar, menatap takjub kearahku. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena sedetik kemudian mata melototnya kembali terlihat normal.

"Ih... Aku, Rey! Aku. Bukan Gue! kamu kan udah janji nggak bakal ngomong Gue-Lo lagi." Ocehnya setelah ada jeda beberapa saat.

Aku yakin sekali Dia sempat kaget atas pertanyaanku tadi, tapi entah kenapa Wanita ini selalu saja berhasil untuk menutupi segala perasaan yang dirasakannya dengan wajah polos.

"Ah, terserah deh." Sahutku acuh,

"Rey!" Suara cemprengnya berubah menjadi seruan, matanya pun manatapku dengan tajam. Seperti biasa, memperingatkan.

Haaahhh... Dasar wanita! Kuputar bola mataku dengan jengkel saat wajah polosnya tetap menatapku penuh ancaman.

"Iya, iya. AKU, puas Lo?" Dengan nada sebal kuikuti keinginannya.

Ck, baru kali ini aku nyesel banget udah buat janji kanyol kayak gini. Apalagi janji yang aku buat sama sahabat yang udah aku anggep seperti belahan jiwaku sendiri.

"Kamu, Rey." Tambahnya dengan kalem. Matanya tidak lagi menatapku dengan tajam, justru sekarang telah berubah menjadi tatapan jenaka.

"Ck, iya KAMU. Haaahh... ribet banget deh ah," Gerutuku makin sebal, kuacak rambutku dengan kesal.

"Makanya biasain tuh lidah buat ngomong yang sopan," Ujarnya sambil sibuk memperbaiki letak kerudung lebarnya yang sedikit menyibak karena tertiup angin.

Kuperhatikan wajah sayunya, masih sama seperti 11 tahun yang lalu. Wajahnya yang selalu terlihat polos, senyum kekanak-kanakan yang kadang membuatku kesal juga masih betah bertengger di bibirnya. Tawa jahilnya juga masih sering aku dengar, tawa yang mengalun merdu di saat Dia menemukan hal yang lucu -menurut Versinya- Semuanya masih terlihat sama di mataku, Ninis-ku masih sama dengan Ninis yang dulu.

Walau kini penampilannya terlihat sangat jauh berbeda dengan Ninis yang dulu. Kalau dulu Dia selalu membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas di atas punggung, kali ini rambut itu tidak lagi menampakan wujudnya. Rambut itu kini terbungkus rapih dengan kerudung lebar yang terpasang cantik di atas kepalanya. Aku tersenyum geli saat mengingat Dia yang dulu, mataku dengan semena-mena menelusuri baju yang dipakainya, aku kembali mengulum senyumku. Baju pas-pasannya kini telah berubah menjadi baju terusan panjang yang dengan anggun menutupi hampir seluruh tubuh kurusnya. Penampilan Ninis ini selalu mampu mengingatkan aku pada sosok yang lain. Sosok gadis... Eh, udah nggak gadis lagi deh! Karena pada kenyataannya aku sudah merenggut kegadisannya 4 tahun yang lalu. Ups! Sosok Wanita yang selalu setia menyambut kedatanganku di rumah. Ibu bagi anakku.

"Udah deh Nis, jangan mulai. Terus itu kenapa Ka... Ehem... Kamu nolak lamaran lagi, huh?" Tanyaku sedikit kaku saat manggunakan kata 'Kamu'.

Aaahhh... jujur saja aku masih sering merasa jengah dengan sebutan Aku-kamu dihadapan Ninis.

"Nggak cocok aja," Jawabnya cuek sambil menyibukan diri memasang sandal bertali kecil ke kakinya.

Saat ini kami berdua memang ada di depan sebuah masjid, kami baru saja selesai menunaikan ibadah shalat maghrib berjamaah. Berhubung tadi kami pulang terlambat aku sengaja mengajak Ninis untuk pulang bersama, sekalian mau mengajaknya makan malam di rumahku.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang