Ayah Vs Abi

286 15 2
                                    

Untuk kesekian kalinya aku memejamkan mata sambil menyandarkan kepalaku dengan nyaman ke kaca jendela. Aku sama sekali tidak merasa terganggu dengan guncangan kecil ketika ban mobil yang kutumpangi mendadak mengerem secara halus. Aku terlalu menikmati suara lembut nan indah yang berasal dari audio mobil.

Rekaman Murottal Al-qur'an.

Ya, suara merdu-mendayu itu yang sejak satu jam lalu menemani perjalanan yang cukup melelahkan bagiku malam ini.

Aku tersenyum kecil saat sesekali mendengar suara merdu lainnya yang berusaha mengikuti lantunan demi lantunan Surat Maryam yang masih mengalun Syahdu. Walau terkadang Ia berhenti di tengah ayat dan hanya membiarkan suara di dalam audio yang terus mengalun melanjutkan bacaannya.

Aku tau, Ia bukanlah seorang penghafal Al-qur'an. Tapi aku cukup takjub karena Ia bisa mengingat beberapa ayat dari surat tersebut. Suara merdu yang keluar dari bibirnya terdengar tidak jauh berbeda dengan suara yang keluar dari dalam audio. Bahkan menurutku, suara aslinya jauh lebih menyejukan dan menenangkan hati.

Suara itu berasal dari seorang Pria yang sejak tadi masih setia duduk di sampingku. Pria yang dengan suka rela merekam suaranya sendiri saat membaca beberapa surat Al-qur'an, demi untuk memenuhi keinginanku. Ada lebih dari 10 Surat yang Ia lantunkan di dalam rekaman tersebut. Tapi seingatku, hanya ada dua surat saja yang benar-benar Ia hafal di luar kepala. Surat Yasin dan Surat Ar-rahman. Hanya dua surat itu yang bisa Ia ikuti sepenuhnya dengan lancar tanpa berhenti di tengah ayat seperti pada surat Maryam ini. Baru Ayat ke tujuh Ia sudah berhenti, mungkin karena lupa lanjutannya.

Aku masih menahan senyumku, berpura-pura masih tertidur lelap, Sengaja, karena aku terlalu enggan jika harus membuka mata dan menghentikan kelakuan mengagumkannya itu.

Pada ayat ke-14, aku bisa merasakan sentuhan halus di atas permukaan perutku yang tertutup baju panjang. Aku membiarkannya saja. Malah sangat menikmati perlakuan lembutnya kepadaku. Setelah beberapa detik Ia mengusap perutku, bisa kurasakan guncangan kecil lagi. Sepertinya Ia kembali mengerem mobil yang kami tumpangi. Bisikku dalam hati.

Hening sesaat, aku masih belum mendengar suara merdunya lagi. Yang terdengar di telingaku hanyalah suara yang berasal dari dalam audio mobil. Napasku masih kubuat teratur sampai saat bunyi 'Klik' terdengar selanjutnya. Aku yakin seyakin-yakinnya, kali ini Ia sudah membuka sabuk pengaman yang Ia kenakan. Karena tidak beberapa lama aku bisa merasakan pergerakannya di sampingku. Bunyi gesekan halus yang berasal dari jok yang Ia duduki menandakan pergerakannya. Aku masih diam, bergeming di tempatku semula. Aku penasaran, apa yang membuatnya sampai nekat berhenti dan membuka sabuk pengamannya? Tidak mungkin kami sudah sampai di tempat tujuan kan? karena ini masih terlalu jauh. Sebelum aku memejamkan mata tadi, aku masih sempat melirik Jam di atas dashboard mobil. Jam yang kulihat menunjukkan angka 8. Yang aku yakini ini baru berlalu kurang dari 20 menit. Karena perhitunganku untuk sampai tujuan itu masih satu jam atau bahkan dua jam lebih.

Aku hampir saja menjerit kaget saat merasakan tangannya kembali mengelus perutku, dan yang membuatku semakin terkejut adalah saat aku bisa merasakan hembusan hangat napasnya di sekitar perutku.

Perlahan dengan hati-hati kubuka mataku, yang pertama kali kulihat adalah kendaraan lain di luar jendela mobil. Aku mengerjap beberapa kali, memastikan bahwa ini masih  di jalanan. Dan benar saja, saat aku menoleh ke depan, ada banyak kendaraan yang juga berhenti seperti kami. Lampu merah ternyata. Aku menghembuskan napasku pelan sebelum mengalihkan tatapanku pada seseorang yang ternyata merunduk di samping perutku. Bukannya merasa jengah atau marah. Aku justru tersenyum geli.

Kuangkat perlahan tangan kananku, kemudian kuketuk pelan kepalanya yang masih menempel di sisi perutku. Seperti baru tersadar, Ia mendongakkan wajahnya dan langsung menatapku. Senyum cerahnya mengembang, memperlihatkan deretan giginya yang tidak rata. Manis. Berkat deretan giginya itulah, senyum manis yang menawan selalu hadir di wajahnya saat Ia menarik kedua sudut bibirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang