THEY SHARE HOUSE NOT LIFE

12.3K 1.1K 49
                                    

"Persahabatan dan cinta adalah dua hal yang paling indah di dunia ini. Beruntung orang-orang yang berkesempatan menggabungkan dua hal itu menjadi satu." When Love Is Not Enough adalah novel ke-2 Mba Ika Vihara yang kubaca. Setelah sebelumnya aku jatuh cinta dengan debutnya, yang mengisahkan kehidupan pernikahan Afnan dan Hessa. Dalam novel ini, aku akan bertemu dengan adik dari Afnan, Lilja yang cantik yang diceritakan menikah dengan sahabatnya sejak bayi, Linus.
"Semua orang pasti ingin punya laki-laki yang bisa menjadi suami sekaligus sahabat. Apalagi yang lebih baik daripada menikahi teman sejak kecil? Sudah kenal luar dalam. Juga berbagi rahasia hidup paling kelam." (Halaman 205)
Seperti sudah ditakdirkan, sejak masih bayi hingga dewasa Lilja dan Linus telah bersama. Hari-hari mereka lewati bersama hingga kemudian mereka pun tak kuasa menolak ketika benih-benih cinta hadir di antara keduanya. Mereka sulit terpisahkan. Dimana ada Lily, disitu pasti ada Linus. Keluarga mereka pun mendukung hubungan keduanya, apalagi keluarga Lily dan Linus bersahabat sejak lama dan sudah layaknya keluarga sendiri."Selalu ada pertama kali untuk semua hal. Dalam kasus Lily, semua dilakukannya bersama Linus. Dan akan selalu begitu. Dari Lily lahir sampai Lily mati. (Halaman 168)Lily dan Linus pun akhirnya menikah dan memutuskan untuk menetap di Muenchen, Jerman. Hari-hari pernikahan keduanya sungguh membahagiakan, mereka selalu menghabiskan waktu bersama, bepergian bersama dan hal-hal menyenangkan lainnya. Hingga di tahun kelima pernikahan, ujian datang menerpa pernikahan keduanya. Kata orang, kalau sahabat menjadi pasangan kita, maka kita mendapatkan persahabatan sekaligus cinta yang abadi." (Halaman 168)Lily dinyatakan hamil. Seharusnya selayaknya pasangan suami-istri, kehamilan Lily merupakan hal paling membahagiakan, sayangnya ini tidak berlaku bagi mereka. Linus benar-benar kaget bahkan mengatakan kata-kata kasar bagi Lily. Linus menganggap bahwa Lily sengaja menjebak dia sampai hamil, padahal Lily tahu bahwa Linus belum siap untuk punya anak. "Beda. Nanti hidup kita sudah lebih stabil. Aku sudah punya uang, tidak repot kuliah sambil kerja. Anak akan menyita semua perhatian kita, kebebasan kita, dan juga pekerjaanku, pendidikanku, akan ada tambahan tanggung jawab untuk kita. Memangnya apa modal kamu buat punya anak? Air susu? Kamu pikir itu cukup? Otak kamu itu harusnya buat mikirin ini juga, bukan cuma buat bikin program-program nggak jelas itu." (Halaman 155)
Hal ini tentunya menyakiti perasaan Lily. Apalagi sebagai seorang wanita, Lily sangat merindukan kehadiran seorang anak dan Lily merasa sudah siap untuk itu. Dan dimulailah, perpecahan pernikahan Lily dan Linus. Lily dan Linus masih tetap tinggal 1 (satu) rumah, tetapi sejak kehamilan Lily hubungan mereka merenggang. Bahkan Lily mengurus kehamilannya seorang diri hingga melahirkan.Kehadiran Leyna Jasmine, buah hati mereka pun ternyata tidak bisa mencairkan hati Linus. Linus masih tetap bersikeras tidak menerima kehadiran Leyna. Hanya Lily yang merawat Leyna, sedangkan Linus hanya melakukan kewajibannya dengan menyediakan kebutuhan mereka saja, tanpa mau ikut campur tangan. Puncaknya adalah suatu pagi, Leyna ditemukan sudah dalam keadaan membiru dan tidak bernyawa. "Banyak orang tidak tahu kalau menikah itu tidak melulu tentang kebahagiaan. Bukan berarti karena suami dan istri saling mencintai, merasa sudah sangat kenal satu sama lain, lalu pernikahan kalian akan lancar tanpa hambatan. Tanpa kesulitan." (Halaman 20)Kepergian Leyna menjadi puncak dari semua permasalahan yang menimpa pernikahan Lily dan Linus. Lily memutuskan untuk bercerai dan pulang ke Indonesia. Kepergian Leyna membuat Lily terluka begitu dalam dan menganggap Linus menjadi salah satu penyebabnya. Kepergian Leyna ternyata akhirnya membuat Linus sadar akan kesalahannya, tapi Lily tetap pada pendiriannya. Apa yang terjadi dengan pernikahan Lily dan Linus? Akankah ada kesempatan kedua untuk mereka kembali bersama?"Untuk membuat pernikahan berjalan baik diperlukan kerja sama dari dua orang di dalamnya. Tapi hanya perlu satu orang untuk menghancurkannya." (Halaman 206)Membaca novel ini benar-benar sungguh menguras emosiku, aku seakan bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Lily terhadap pernikahannya dengan Linus. Sungguh menyesakkan sekali melihat bahwa orang yang paling kita cintai adalah orang yang paling menyakiti kita."Kita selalu menginginkan hidup yang sempurna atau kebahagiaan abadi selamanya. Tapi melupakan sebuah kenyataan bahwa tidak ada yang sempurna dan tidak ada yang abadi." (Halaman 195)Ternyata lamanya suatu hubungan tidak menjamin bahwa pernikahan akan berjalan lancar-lancar saja. Ini yang terjadi terhadap Lily dan Linus. Hubungan mereka dan kedekatan keduanya sejak bayi hingga dewasa tidak membuat mereka sepaham dengan prinsip-prinsip mereka sendiri. Masalah yang hadir dalam pernikahan mereka juga bukan karena orang lain atau pihak ketiga, tapi datang dari diri mereka sendiri."Pernikahan itu, tidak peduli menikahi orang yang sudah dikenal seumur hidup atau menikahi orang yang baru ditemui tiga kali, akan selalu dihadapkan pada masalah dan ujian." (Halaman 58)Bagaimana Lily dan Linus tetap pada pendiriannya soal anak. Lily yang sangat menginginkan seorang anak, sedangkan Linus yang masih belum siap dengan sejuta alasannya. Hal ini benar-benar membuatku benar-benar membenci Linus. Mba Ika sukses membuatku simpati dengan semua yang menimpa Lily, sekaligus membenci Linus. Di luar sana banyak orang yang menantikan kehadiran seorang anak, ini malah sama sekali tidak peduli."Tidak mudah memercayai orang lain di muka bumi ini. Patungan mobil bisnis atau bank memberi pinjaman uang, semua menggunakan dokumen perjanjian yang sah di depan hukum untuk menghindari salah satu pihak wanprestasi. Sedangkan menikah lebih penting dari urusan itu. Tidak hanya uang, orang memercayakan seluruh hidupnya pada pasangannya. Dokumen perjanjiannya tidak ada." (Halaman 265)Tetapi, kemudian seiring berjalannya waktu kesanku terhadap Linus mulai berubah. Apalagi sejak Linus melakukan langkah besar dalam hidupnya, ikut menyusul Lily ke Indonesia dan berusaha memperbaiki kesalahannya. Disinilah aku malah sebal dengan Lily yang tetap teguh dengan pendiriannya untuk berpisah, tapi aku bisa memahami bagaimana pun Lily telah terluka begitu dalam dan sulit rasanya untuk memaafkan kesalahan Linus. "Sekarang dia bisa membuat benda, yang besarnya berkali-kali lipat dari sebuah rumah, mengapung di atas air. Tapi sayang sekali, prinsip Archimedes yang bisa dimanfaatkan untuk membuat kapal mengapung, tidak berlaku untuk biduk rumah tangganya yang hampir karam. Atau sebetulnya sudah karam?" (Halaman 122)Diceritakan dengan alur maju dan flashback, menjadikan novel ini begitu berwarna. Aku bisa merasakan fase bahagia sekaligus masa-masa terberat dalam pernikahan Lily dan Linus. Aku bisa merasakan emosi dan konflik batin baik yang dirasakan oleh Lily maupun Linus terkait pernikahan mereka. "Mempertahankan rumah tangga itu lebih sulit, kan, daripada memulainya?" (Halaman 242)Perkembangan karakter dan hubungan keduanya juga diceritakan secara perlahan dan aku sangat menikmatinya. Benar-benar menggambarkan bahwa pernikahan itu memang tidak mungkin selamanya baik-baik saja, ada kalanya ujian datang menghampiri. Tidak ada jaminan bahwa pernikahan akan selalu membahagiakan, tetapi disinilah diperlukan komunikasi dan kerja sama dua belah pihak untuk menghadapi masalah, bukannya malah berjuang sendiri-sendiri. "Memperbaiki mobil ada kursusnya. Kursus atau pelatihan untuk jadi mekanik. Memperbaiki hubungan? Lembaga Pelatihan dan Keterampilan Kerja mana yang menyediakan kelas ini?" (Halaman 110
Membaca kisah Lily dan Linus membuatku belajar banyak hal terkait membina suatu pernikahan. Apalagi aku pun sudah menikah, sehingga pesan moral yang ingin disampaikan Mba Ika begitu kerasa sekali. "Ada banyak orang-orang bodoh di dunia ini. Orang-orang yang tidak mau mengakui kesalahan. Padahal, berbuat kesalahan adalah satu tanda bahwa manusia hidup. Betul, kan? Orang yang sudah meninggal tidak akan bisa lagi berbuat kesalahan. Kesalahan adalah sebuah hal yang tidak bisa dihindari. Hanya saja manusia harus bisa memetik pelajaran dari kesalahan. Kalau manusia mau berpikir, sebetulnya kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dalam hidup ini membawa manusia menjadi lebih baik lagi." (Halaman 267)


Walaupun novel ini berkisah tentang masalah rumah tangga pasangan yang sudah menikah, tapi novel ini masih aman dibaca buat kamu yang belum menikah. Karena sama sekali tidak ada konten dewasa, malah bisa jadi pelajaran buat kamu yang suatu hari akan menikah.Selain mengisahkan tentang kisah Lily dan Linus, kamu yang kangen dengan Afnan dan Hessa, bakal sedikit terobati karena mereka akan hadir sebagai kakak ipar Lily. Aku juga makin penasaran dengan kisah Mikkel dan Lillian, semoga Mba Ika akan menuliskan kisahnya sendiri dan membuat kisah 3 bersaudara Moller ini menjadi lengkap.Kamu mencari sebuah kisah tentang pernikahan, memaafkan, kesempatan kedua dan berdamai dengan masa lalu, aku rekomendasikan novel ini untuk kamu baca. Aku berani jamin kamu bakal menikmati kisah Lily dan Linus, seperti aku saat membacanya.Terima kasih Mba Ika sudah berbagi kisah Lily dan Linus.


"Manusia tidak bisa memutar waktu. Yang perlu dilakukan adalah terus melangkah maju dan berkaca pada masa lalu." (Halaman 248)

------Review dari rizkymirgawati.blogspot.co.id

Le Marriage: WHEN LOVE IS NOT ENOUGHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang