Jadi selama ini Kak Dimo ngedeketin gue ada 'something'? saat gue tau, yap! Itu sakit, bukan sakit karena cinta. Tapi sakit karena di permainin kayak benda. Pantes baru ketemu 3 kali dia udah berani ngomong cinta sama gue.
ΠΠΠΠ
Sekarang udah hari selasa lagi, yap! Hari ke dua Ujian tepatnya. Gue berharap sekarang soalnya mudah mudah kayak kemaren dan yang lebih pentingnya lagi, semoga ketemu Kak Cogan LAGI! Hahahha. Yah tapi sekarang Si Dimo maksa gue buat berangkat-pulang bareng dia. Aelahh hufttt..
"Bil, nanti pulangnya tunggu di parkiran depan mobil gue aja ya." Ucap Dimo
"Aelah, ngarep banget lu kak gue tungguin" Jawab Billa
"Eh, awas aja lu ya kalo pulang duluan. Malah gue kejar lo abis
Abisan sampe lo malu sama semua orang dengan kelakuan gue" ancam Dimo dengan memiringkan mulutnya. Ibaratkan Senyum devil."He'eh berisik lo"
Gue langsung lari tanpa menunggu respon dari Dimo. Gak peduli dia mau ngapa ngapain.
ΠΠΠΠ
Siang yang cerah, Ujianpun sudah selesai. Ah gue males panas panasan nungguin Dimo di parkiran. Mending nyamperin aja langsung ke ruang ujiannya, kebetulan dia ruang 13 gak jauh lah dari ruangan gue.
Gue memutar balik mata terus seraya mencari Dimo diruangan itu, ah dia gak ada di dalem ternyata. Wah ada kakak kelas tuh, tanya aja ah.
"Misi Kak, boleh nanya? Kak Dimo di mana ya?" tanya gue ke kakak kelas yang bahkan gak gue kenal sama sekali, tapi bodo lah yang penting gue ketemu Dimo sekarang dan langsung gue seret buat pulang. Gue males nunggu. Apalagi nungguin dia. Ewh.
"Oh, Dimo ya? Tadi dia lewat sana kayaknya ke arah taman belakang deh" jawab Kakak kelas nan cantik itu seraya menunjuk arah kiri.
"Oke, makasih ya kak"
Tanpa banyak respon gue langsung jalan cepet ke arah taman belakang. Ya, ketemu dia! Eh kayaknya si Dimo lagi telponan deh. Telponan sama siapa coba? Bodo ah. Eh tapi gue kepo, gue mau nguping ah.
Author POV
"Iya Bro" Ucap Dimo
"....."
"Oke, liat aja nanti. Gue yang menang"
"....."
"Ya enggak lah, soalnya kan tadi pagi gue suruh dia nunggu di parkiran"
"....."
"Tenang, gak mungkin kabur kan soalnya gue udah ancem"
"...."
"Iya bro tapi liat ya kalo gue menang dapetin Billa, siap siap aja Mobil Ferrari Lo buat gue ya!"
Billa menutup mulutnya ketika mendengar perkata-kataan pernyataan Dimo di telfon. Matanya memerah menahan air mata yang sudah mendobrak matanya.
Billa memejamkan matanya dan berbalik pergi. Hatinya sangat amat sakit mendengar semua pernyataan itu. Billa bahkan tidak tau mengapa Dimo tega menjadikannya bahan taruhan seperti itu.
Billa pergi ke atas gedung sekolah sambil menangis tanpa suara. Sesampainya di atas gedung, ia menangis dengan suara yang sangat pilu untuk di dengarkan.
"Dimo, lo ngapain sih taruhan dengan bahannya gue?" tanya Billa dengan sesenggukan "gue juga manusia Dim yang punya perasaan lo taruhin gini, gue bukan benda. Kenapa harus gue?" tanyanya dengan pelan masi sesenggukan.
Sementara itu, Rian yang sedari tadi berada di belakang Billa, kini ia menatap Billa dan mendekat.
Billa masih menangis, membuat Rian memejamkan matanya sekilas saat mendekat.
"Besok temui aku saat pulang sekolah" Bisik Rian. Bisikan itu membuat Billa menoleh. Billa mendapati Rian di belakangnya. Billa menghapus air matanya dan menatap Rian dengan tajam dan dingin.
"Nih" Ucap pelan Rian seraya menyodorkan sarung tangannya ke tangan Billa, lalu pergi.
Billa menatapnya masih dalam keadaan kebingungan. Dia tidak bisa menebak sidat Rian. Billa masih mematung ditempatnya dengan nafas tertahan.
Gimana? Pendek ya? Maaf ya bingung mau nulis apa hihi. Besok? Ketemu Rian? Apa yang mau Rian lakuin ya ke Billa? Kita baca Chapter selanjutnya yuk! Vote + Commentnya jangan lupa. Love you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cogan
Jugendliteratur"Cinta itu tak terduga dan tidak bisa disangka dengan siapa kita jatuh cinta nanti" - Billa Sanfia. Cowok itu yang bisa buat gue jatuh cinta lagi, awalnya gue ngedeketin dia cuma iseng. Ya, memang aneh cewek duluan yang mulai, tapi ini salah satu ca...