Part 3

152 10 3
                                    

Malam ini aku sedang di kamarku merenungkan kejadian akhir-akhir ini, orang yang telah kunanti sekian lama yang ingin ku temui tidak ingin menemuiku, banyang-bayang pertemuan dengan dia yang ku harapkan berbanding terbalik dengan yang terjadi, dia tidak ingain menemuiku kata-kata itu terus berputar putar di benakku, membuat kepalaku pening.
Lebih baik aku tanya sama mama Batinku.

Akupun segera pergi menemui mama, aku berjalan menuju ruang baca, yah.. biasanya mama selalu berada di ruang baca, mama selalu menjadi guru serta pedomanku. masalah atau pertanyaan apapun yang tidak bisa aku  jawab atau selesaikan aku selalu menanyai mama.

Tok tok tok, aku mengetuk pintu setelah sampai di depan ruang baca.

"Masuk" kata suara di balik pintu.

Klik. Aku membuka pintu, lalu pandangan ku menyusuri dalam ruangan itu, pandanganku terhenti pada sosok yang sedang duduk sambil membaca buku tebal di pangkuannya.

"Eh.. kiran, ayo duduk sayang"kata mama begitu melihatku, akupun mengikuti perkataan mama dan duduk di sampingnya.

"Kenapa sayang? Ada masalah?" Tanya mama, mama sangat mengenalku, hingga tanpa di bilang beliau sudah mengetahui.

"Hmm.. ma kiran mau nanya, hmm.. kalau misalnya ada orang yang kamu tunggu sekian lama, tapi saat ketemu orang itu tidak menginginkanmu, .. maksudnya orang itu tidak mau menemuimu itu gimana ma?"tanyaku.

"Hmm.. menurut mama sih pasti dia ada alasan hingga ia tidak mau menemui kamu, jadi kamu harus membicarakan hal itu dengannya, yahh.. harus di selesaikan dengan baik baik" jawab mama.

"Tapikan ma, dia tidak mau bertemu jadi gimana mau ngomongnya?" Tanyaku lagi.

"Pokonya tidak ada cara lain selain membicarakannya sayang, kalau kamu mau ngomong ya kamu harus berusah deketin dia" jawab mama lagi.

"Hmmm .. gitu yahh, tapi ma kalau dia tetap bersih keras tidak mau ketemu gimana? Apa harus menyerah?"tanyaku.

"Sayang, sebelum berusaha, kamu tidak boleh menyerah, kalau kamu menyerah berarti penantian yang di lakukan seperti yang kamu bilang itu akan sia sia, percuma saja hal yang di bangun sekian lama hancur hanya dalam sekejap, lebih baik berjuang dari pada menyerah, menyerah sama saja dengan pengecut"jelas mama.

"Hmmm.. gitu yahh... ok kalau gitu thank's ya ma.. muach"kataku lalu mencium pipi mama, sedangkan mama hanya terseyum.

"Ma aku kekamar dulu yah" kataku lalu segera pergi.

Tuhkan dibilang juga apa, mama itu adalah guru dan pedoman yang baik, buktinya sekarang aku sudah tidak bingung lagi.

***

Keesokan harinya aku berinisiatif untuk datang lebih awal dan berniat meletakkan coklat dan surat di loker vian yahh.. itung itung usahaku buat vian ngak dingin lagi sama aku.

Setelah itu akupun duduk di tempat dudukku sambil tersenyum membanyangkan wajah vian.

"Woii!! Ngapain lu senyum senyum gaje gitu?" Tanya yana mengagetkanku.

"Lu, gue kirain siapa? Ngagetin aja"kataku

"Duh, kalau di tanya itu jawab dongg"kata yana kesal.

"Okok gue senyum karena, sedang mikirin vian"jawabku merona.

"Ck, ngapain juga lu nasih mau mikirin dia? Diakan udah.."sebelum menyelesaikan ucapannya akupun memotong.

"Yan lukan udah tau gue nungguin vian udah sejak lama, jadi apapun yang terjadi gue bakalan perjuangin cinta gue" potongku. Yanapun hanya membuang nafasnya. Yana sangat menghawatirkanku hingga dia selalu menanyakan setiap keputusanku, yah.. selama ini dia yang selalu menemaniku, selain dekat dengan nirana saudariku, aku juga dekat dengan yana, yana adalah teman kecilku yang selalu menemaniku di saat bermain, waktu kecil karena sakit-sakitan nirana tidak dapat bermain jadi aku selalu bermain dengan yana, yah.. sejak saat itu aku sudah menganggap yana sebagai saudariku sendiri.

"HEIIII!!" Kata seseorang sambil menggrebek mejaku, saat menengok ternyata itu vian. Akupun tersenyum melihatnya.

"Vian"kataku.

"Nih.. apa maksudnya?!" Bentak vian sambil melempari surat dan coklat yang aku letakkan di lokernya.

"Aa...aku..." belum sempat menyelesaikan ucapanku vian memotongnya.

"Lu budek yah! Gue itu nggak mau ngeliat muka lu, berarti apapun yang berangkutan sama lu itu gue nggak suka!!" Bentak vian, akupun hanya mematung di tempatku.

"Heh!! Lu itu ngak bisa menghargai apa?!  Kiran tuh berusaha baikin lu, malah di marahin!! Masalah lu apa sihhh??!!!" Kali ini yana yang turun tangan sedangkan aku masih terpaku di tempatku.

"Gue tuh nggak butuh di baikin sama dia!! And gue muak sama dia jadi bilang sama dia jauhin gue!!" Balas vian.

"Dasar!! Lu itu ngak bisa lebih menghargai apa? Ran, udah yuk mending kita pergi dari sini" kata yana lalu menarikku keluar kelas, sedangkan aku hanya mengikutinya.

Ternyata yana membawaku ketaman belakang sekolah. Sekarang kami telah duduk di bangku, tepat di bawah pohon besar. Dadaku sesak memikirkan kejadian tadi, cepat-cepat ku ambil inhalerku di saku sebelum sesak nafasku semakin memburuk.

"Ran? Lu nggak papa?" Tanya yana membuka suara. Akupun menatapnya, terlihat jelas yana sedang khawatir. akupun berusaha tersenyum.

"Gue nggak papa kok" jawabku bohong.

"Ran lu boong kan? Gue tau lu pura pura tabah, iya kan? Kalau lu mau nangis nggak papa kok, gue nggak keberatan" kata yana.

"Yan, gimana sih lu, kalau temen lagi sedih tuh, di hibur biar nggak sedih and nggak nangis, kok lu malah nyuruh gue nangis" kataku pura pura cemberut.

"Bukan gitu ran, maksud gue kalau lagi sedih tuh mending di lampiasin aja nggak usah nyimpen, malahan bakalan nambah beban pikiran" jelas yana.

"Gue nggak papa kok, beneran jadi nggak usah khawatir gitu" kataku berusaha menenangkan. Yanapun hanya menatap prihatin ke arahku.

***
Sory msh dikit, maklumlah ngetikx di hp, hehehehe tp thank's yah buat guys yang udah beri vote and komenx.... ;)..

WAITING FOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang