Part 7

99 9 2
                                    

Hari ini seperti biasa aku di sekolah yah, duduk tanpa melakukan apapun, tentu saja tadi aku sempat di bully vian, sudah beberapa minggu ini ia, ninda beserta pengikutnya selalu membullyku, ternyata perkataan vian waktu itu benar, dia benar benar akan membullyku dan membuatku menderita, mengingatnya membuat hatiku perih.

Hufftt.. kapan yah dia mau menerimaku? Aku hanya menarik nafas, akupun melirik sosok yang sedari dulu aku kagumi itu, yah.. dia ada di sana sedang duduk sambil memangku ninda cewek menyebalkan itu, tentu saja hari ini bebas pelajaran karena guru guru sedang rapat jadi ninda bebas keluar masuk kelasnya bersama para pengikutnya huftt...

Hari ini sangat sepi tanpa yana yah, tadi dia tidak masuk, sekarang aku seperti kambing congek.

Gringg.. gringg.. gringgg...

Akhirnya bel pulang, leganya... akupun segera membereskan mejaku dan memasukkan semua buku yang tadi kubaca mengisi waktu luangku, setelah selesai akupun segera beranjak dari tempat duduk menuju pintu.

Sesampainya di depan pintu tiba tiba,

Brukkkk... aku tersungkur di lantai,..

"Auhh.. " rintihku menahan rasa nyilu di lututku.

"Hahahahha..  makanya jalan tuh pakai mata" kata seseorang. Tanpa menengokpun aku tau itu ninda.

Tanpa menoleh aku berusaha bangkit, tapi ninda kembali mendorongku, lututku yang tadinya perih bertambah perih lagi akibat dorongan ninda.

"Well karena lu udah terlanjur di bawah mending lu besihin sepatu gue" kata ninda terdengar mengejek. Sedangkan aku hanya diam di tempatku.

"Heh!!! Lu budeg yaahhh?! Gue bilang bersihin sepatu gue!!!" Teriak ninda sambil menarik rambutku, akupun meringis kesakitan rasanya rambutku seperti akan tercabut.

"Sakit?!! Hah!! Makanya kalau di bilangin itu nurut, jangan diem!!!" Teriak ninda lagi.

"Sayang kamu mau dia di apain?" kata ninda tiba tiba. Aku tau pasti dia sedang bicara dengan vian, aku meringis mengingat hal itu.

"Apa aja terserah lu" jawab vian acuh. Mendengar itu rasa sesak di dadaku semakin menjadi
Tolang jangan sekarang, jangan sekarang. Kataku pada diri sendiri.

Aku tidak mau penyakitku ini membuat keadaan bertambah buruk, dan membuat mereka mengetahui kondisiku ini.

"Aauuhhh.." teriakku saat merasakan lengan kiriku yang diinjak. Rasanya sangat sakit, aku memegang lenganku berusaha melepaskannya dari jepitan sepatu salah satu pengikut ninda, air mataku menetes merasakan perihnya lenganku, terlebih lagi hatiku.

"Makanya kalau di suruh jangan di bantah" kata ninda, yang aku tau pasti sedang bergelayut manja pada vian.

Tapi aku tidak mempedulikannya, sekarang aku sedang berusaha melepaskan lenganku dari jepitan yang semakin dibuat buat, air mata semakin keluar dari pelupuk mataku.

"Udah" suara ninda terdengar. Lalu jepitan di lengankupun terlepas, akupun segera memegang lenganku yang berdenyut denyut perih, yah.. lengan ku membengkak dan membiru.

"Gimana rasanya? Enak?" Suara ninda terdengar mengejek. Lalu tiba tiba, terdengar suara sepatu yang memdekat ke arahku. Tanpa di lihat aku tau pasti itu vian, yah.. aku mengenali farfum maskulinnnya.

"Itu belum seberapa. Gue bakalan buat lu lebih menderita lagi" desis vian dingin, lalu iapun melangkah pergi, begitupun ninda dan pengikutnya.

Kini tersisa aku sendiri, aku tidak mempedulikan lenganku yang sakit lagi, aku kembali mengingat perkataan vian yang membuat dadaku sesak, sangat sesak sehingga membuatku hampir mati, apa ia begitu membenciku? Rasa sakit di lenganku tidak sebanding dengan rasa sakit yang sedang menggerogoti dadaku.

Akupun segera meronggoh inhaler di sakuku agar menyembuhkan sedikit sesak di dadaku, tapi hanya meredakan rasa sesak, tapi tidak dengan sakit yang menusuk ini.

***
Maaf yaahhh.. dikit n lama updetnya, hehehe tolong di maklumii :D, ... soalnya lagi nggak ada ide nihh, .. lagi buntuu.. hehehe..
Buat teman teman sekelas maap yah br di update lagii.. peace yah peace...
Ok guys tlg vote n komennya yahh...
;)

WAITING FOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang