Part 2

187 12 5
                                    

Tubuhku kaku, nafasku tercekat rasanya seperti semua oksigen yang ada tiba-tiba hilang, dadaku sangat sesak, akupun jatuh terduduk sambil memegang dadaku dengan nafas tersengal-sengal.

"Kiran... kiran lu kenapa?"tanya yana panik.

"Mana inhaler lu?"tanya yana lagi, sedangkan aku sudah tidak dapat berbuat apapun. Yanapun mengambil inhaler yang selalu ada di sakuku, dan memberikannya kepadaku.

Akupun segera meletakkan inhaler itu di mulutku, tidak beberapa lama kemudian nafasku mulai teratur seperti semula, tapi tidak dengan perasaanku, rasanya aku ingin menangis sejadi jadinya, sosok yang selama ini ku tunggu, menjadi penyemangatku, dan juga cinta pertamaku tidak menginginkanku, malahan menyuruhku menjauhinya. Tanpa sadar air mataku menetes, membentuk sungai kecil di wajahku.

"Sudalah ran, jangan sedih lagi"hibur yana. "Hmmm.. gue harus bilang apa yah? supaya lu nggak nangis?"lanjut yana sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, melihat itu akupun tersenyum. Yana adalah sahabat yang agak aneh, tentu saja ia tidak pandai berbicara, hingga hal kecil seperti menghibur saja ia tidak tau.

"Udah lah ngak usah ngelihat wajah lu kayak gitu udah menghibur gue kok" kataku sambil tersenyum.

"Lu kira wajah gue kayak badut apa" kata yana kesal.

"Udah,, jangen ngambek dong, mending kita ke kelas" kataku, yana hanya mengangguk, lalu kamipun segera ke kelas.

***
Hi Nirana,
Gimana kabar kamu di sana?  Pasti baik-baik sajakan, hmmm,, oh iya hari ini aku ketemu sama vian lohh, yap.. dia udah kembali, kamu pasti kaget deh, vian sudah tambah ganteng lohhh, coba kalau kamu lihat pasti kamu bakalan kagum deh, hmm,, Nir kamu tau ngak tadi tuhh,, pas aku ketemu sama vian dia dingin sama aku, aku sangat sedih, tapi pasti dia cuman lupa sama aku kan?? Yah pasti dia cuman lupa, aku bakalan berusaha supaya vian ngak dingin lagi sama aku, Nir doain aku yahhhh,,,
Hmmm,, udah dulu yahhh,, dah Nir,
                                              -Kirana-

Setelah selesai menulis di diary ku akupun meletakkan kembali ke dalam laci, yah.. diary ku itu adalah teman yang selalu menjadi tempat curhatku, setelah kepergian Nirana aku selalu menjadikan diary ku sebagai tempat bercerita, diaryku kuandaikan sebagai Nirana, saat menulis aku selalu membayangkan bersama dengan Nirana, jadi diary ku adalah pengganti Nirana meski tidak dapat merespon, tapi setidaknya aku lega setiap kali menulis perasaanku.

***

Keesokan harinya aku kembali ke sekolah dengan semangat 45, tentu saja aku akan berusaha supaya vian ngak dingin lagi sama aku.

Sekarang aku sudah berada di dalam kelas yah, sambil terus menunggu kedatangan vian.

"Ran, lu kenapa senyum-senyum gitu??" Tanya yana tiba-tiba.

"Hmmm.. gue nungguin vian"jawabku masih dengan senyuman.

"Ckckck, setelah yang dia lakuin kemarin lu masih mau nungguin dia?"tanya yana dengan wajah tidak percaya.

"Tenang aja yan, gue yakin kok pasti kemarin di lupa sama aku" kataku meyakinkan.

"Lu yakin?"tanya yana meyakinkan. Lalu aku mengguk mantap.

Tidak lama kemudian vian datang, senyum di wajahku semakin melebar, saat aku ingin menghampirinya, tiba-tiba ia telah di kelilingi cewek-cewek, yah.. vian telah populer bahkan saat ia baru masuk, kuurungkan niatku untuk menghampirinya yah.. tidak mungkin aku berdesak-desakan untuk menemui vian, kuputuskan untuk menemuinya pada jam istirahat.

***

Gringgg..gringg..gringgg..

Akhirnya bel istirahat berbunyi, aku melihat vian keluar kelas, akupun mengikutinya hingga ia berhenti di taman belakang sekolah, tiba-tiba dari arah lain seorang gadis datang, ah.. gadis itu, ninda dia siswi terpopuler dan juga tercantik di sekolah,
Dia mau apa?batinku.

Lalu aku mengurungkan niatku untuk menemui vian, kulihat dari tempatku berdiri, ninda menghampiri vian,..

Akupun mulai menajamkan pendengaranku.

"Haii, nama kamu Daviankan?"tanya ninda.

"Iya emangnya kenapa?"vian balik bertanya.

"Hmm.. kamu mau nggak jadi pacar aku?"tanya ninda tiba-tiba.
What?! Baru kenalan udah mau pacaran? Wah.. kayaknya si ninda ngak ada malunya ckckckk, ngak bisa lihat yang cakep dikit. Batinku tidak percaya.

"Hmmm.. emangnya lu punya modal apa sampai berani nembak gue?"tanya vian menyeringgai.
What?! Vian kok nanya gitu sihhh, tolak aja cewek ngak ada malu itu. Batinku was was.

"Aku ini cewek tercantik di sekolah, populer and juga aku ini kaya, jadi pasti kamu mau sama aku" jawab ninda pede.
Wahhh.. pede banget di tolak baru tau rasa!!!. Batinku kesal.

"Nggak, gue ngak tertarik sama lu" kata vian dingin.

"What?!! Kamu nolak aku?"tanya ninda tidak percaya.

"Well, seperti yang lu dengar" balas vian dingin.

"Argghh.. Lihat aja aku nggak akan nyerah sampai kamu nerima aku" balas ninda frustasi.

"Well, i'll wait for it" kata vian dingin.

Mendengar itu ninda pun pergi, dengan wajah merah bercampur malu.
Rasain!! Emang enak di tolak hihihihi. Batinku senang.

Setelah ninda menghilang akupun memberanikan diri mengampiri vian,

"Hai.."sapaku gugup.

Vianpun menoleh ke arahku.

"Mau ngapain lu ke sini?? Gue udah bilang jangan nemuin gue lagi"katanya dingin, akupun menegang di tempat.

"Ngapain lu masih ke sini!" Lanjut vian semakin menusuk.

"A..aaku.."akupun tergagap tidak tau harus mengucap apa.

"Lu tau nggak gue muak ngeliat lu, gue nggak mau ketemu sama lu lagi"potong vian dingin. Lalu ia pun segera beranjak pergi.

Akupun terdiam di tempatku, tiba tiba aku susah sekali bernafas, akupun segera mengambil inhaler di kantongku sebelum menjadi lebih buruk.
Kenapa ia seperti itu? Mengapa ia begitu membenciku?Batinku sedih.

***
Hiii!! Guys.. gimana? gimana? Sry yah kalau masih dikitt.. hehehe.. maklumm pemula..
N kalau ada yg kurang tolong di komen aja yah..
And satu lagi votenya juga yaaa...
Hehehehe...

WAITING FOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang