Part 16

83 7 2
                                    

Saat ini kiran sedang di perpustakaan, entalah ia merasa bosan dengan apa yang di lakukannya, beberapa hari ini ia tidak pernah mencoba mendekati vian lagi, ia hanya mencoba untuk menenangkan diri terlebih dahulu, kepalanya sedang di letakkan di atas meja sambil jari jarinya memainkan pulpen secara memutar, kebiasaannya kalau sedang bosan.

Tiba tiba sesuatu mengenai kepalanya, iapun mengaduh kesakitan dan mengangkat kepala dari atas meja dan menggosok gosoknya.

Siapa sih yang ngelempar kepala aku?! Batinya kesal.

Iapun melihat sebuah penghapus terletak di atas meja yang tadi di tidurinya, iapun mengangkat penghapus itu dan menatapnya heran.

Kok penghapus kecil ini kena kepala bisa sakit sih? Dan siapa sih yang ngelempar? Ganguin orang gelamuan aja. Batinnya sambil memelototi penghapus yang di pegangnya.

"Jangan di pelototin gitu nanti penghapusnya lari loh" kata suara berat dari belakangnya, iapun segera menoleh dan mendapati Rega sedang menatapnya, dengan senyum menawan.

"Kamu yang lemparin ini?" Tanya kiran mengabaikan senyum yang biasanya bikin kelepek kelepek. Rega yang melihatnya tersenyum heran, gadis ini benar benar unik.

"Hm.. nggak kok" jawab Rega pura pura tidak tau. Membuat kiran heran.

Jangan jangan penghuni perpustakaan yang ngelempar, gara gara aku tiduran bukannya baca buku.... hiiiiii. Batin kiran ngeri. Rega yang melihat tampang kiran terkekeh geli.

"Aduhhh... maap yah.. om gendurowoo.. ehh genduruo atau apapun namanya, aku minta maap yahh.. aku cuman numpang tiduran kok, nggak ngapa ngapain, memang sih ini perpustakaan tapi, aku cuman tiduran kok, kalau om gen maapin kiran, kiran janji bakalan datang buat baca buku terus, dan mungkin cuman kali kali tidur tiduran" kata kiran sambil komat kamit nggak gelas, sambil menutup matanya.

Rega yang mendengar perkataan kiran tertawa terbahak bahak, sedangkan kiran yang mendengar suara tawa di dekatnya membuka mata dan menatap heran ke arah Rega.

"Kamu mgapain ketawa? Kamu nggak takut? Asal kamu tau tadi aku di lemparin penghapus sama om gen loh" kata kiran sambil menakut nakuti Rega. Sedangkan Rega semakin terbahak mendengar perkataan polos kiran.

"Issssshhh.. ngagapain ketawa sihh" kata kiran kesal melihat Rega yang tidak berhenti ketawa.

"Gue yang gelemparin lu, bukan om gen atau apapun itu, lagian jadi orang masih percaya gituan" kata Rega masih terkekeh geli.

"Ohhh.. kamu yang gelempar... APA!! KAMU YANG NGELEMPAR?! Kok kamu bohong sihhh? Orang udah capek capek komat kamit nggak jelas juga" kata kiran kesal, Rega yang melihatnya hanya tersenyum.

Gadis yang berbeda. Batin Rega sambil tersenyum tanpa di sadari.

"Hm.. kita bolos yukkk" kata Rega tiba tiba, sedangkan kiran yang mendengarnya melotot tidak percaya.

"Kamu udah gila yahh?" Tanya kiran menatap cowok ajaib di depannya.

"Hmm. Nggak kalau gue gila, nggak mungkin sekarang gue di sini" jawab Rega santai, sedangkan kiran yang mendengar hanya menggerutu tidak jelas.

"Lagian lukan kelihatan bosan, mending kita bolos" katanya lagi.

"Tapii..." belum sempat kiran menyelesaikan perkataannya Rega telah menariknya.

***

"Wahhh.. keren..." kata kiran sambil melihat seekor gajah yang sedang menyemburkan air dari hidungnya. Yah.. sekarang mereka tengah berada di kebun binatang, pastinya setelah mereka membeli baju dan menggantinya.

"Apa hidungnya nggak kesumbat air?" tanya kiran heran. Rega yang mendengar hanya tersenyum.

"Nggak lah, kalau kesumbat udah dari tadi mereka bawa ke rumah sakit" jawab Rega asal. Sedangkan kiran hanya mengangguk polos.

Terlalu polos, dan terlalu manis, tapi itu yang membuatnya menarik. Batin Rega sambil mengamati Kiran.

Merekapun melanjutkan perjalanan mereka melihat lihat seluruh tempat ini, sepanjang perjalanan kiran tidak henti hentinya berguman kagum, sedangkan Rega hanya mengamati gadis di sampingnya yang tersenyum tiada hentinya, melihat itu dadanya di banjiri rasa hangat dan nyaman, baru kali ini ia mau mengajak seorang gadis ke tempat seperti ini, biasanya gadis gadis itu akan pergi ke mol untuk berbelanja, ke salon, dan segala hal untuk mempercantik diri.

Sepatu, tas, aksesoris adalah hal yang membuat gadis gadis itu terlihat kagum, sedangkan gadis di depannya, kekagumannya, pada hal yang berbanding terbalik. Gadis gadis itu, yang mendekatinya hanya karena ketampanan dan kekayaannya, hanya di imingi material dan akan segera di campakkan, tapi mendekati gadis ini terlihat mudah tapi sangat sulit, mendekatinya bagaikan melihat burung sangat dekat tapi saat ingin di gapai akan mejauh, jadi hanya dapat di lihat. Tanpa tersentuh, gadis ini memiliki hal yang di tutup, memiliki hal yang sangat kelam, tapi sanagat sulit untuk bisa melihatnya, sangat sulit untuk mengetahuinya.

Tidak gue nggak boleh tertarik sama gadis ini, gue harus memenangkan taruhan itu. Batin Rega berusaha menekan rasa di dadanya.

"Wahh.. keren banget, aku kira kalau bolos itu nggak enak tapi kayaknya enak juga yahh.." kata kiran tanpa sadar.

"Yahh.. kalau lu mau bolos lagi bilangin gue aja, gue bakalan nemenin lu bolos kok" timpal Rega menatap gadis di sampingnya.

"Ohh.. ok.. APA?!! NGGAK!! aku nggak boleh bolos lagi, itu nggak boleh tau" kata kiran setelah menyadari perkataannya. Rega yang mendengarnya hanya terkekeh.

"Lagian kan tadi lu yang bilang, kalau bolos itu enak" kata Rega lagi.

"Ehh.. ituu pengaruh nggak sadar.. iya itu soalnya aku nggak sadar" kata kiran membela diri.

"Hmm tapi lain kali aku mau kayak gini lagi. Hanya saja bukan bolos" sambungnya.

"Kalau gitu ntar kalau libur, atau hari biasa, lu bisa bareng gue jalan kok, gue bakalan ngajak lu ke tempat tempat keren" kata Rega dengan wajah cerah.

"Hah? Emangnya boleh?" Tanya kiram meyakinkan. Rega menjawabnya dengan anggukan mantap.

"Wahh.. asikk.. kalau gitu nanti perginya ke toko buku, taman bermain, pantai dannn..." kiran memikirkan apa yang akan di katakanya lagi.

"Dan tempat tempat yang bakalan aku tulis daftarnya" lajutnya membuat Rega terkikik.

Tiba tiba terdengar suara aneh, mereka berdua saling berpandangan satu sama lain, kemudian suara aneh itu kembali terdengar suara itu ternyata berasal dari perutnya kiran.

"Lu lapar?" Tanya Rega sambil tersenyum. Sedangkan wajah kiran memerah menahan malu.

"Nggak. pengen buang air, yah.. laper lah" katanya berusaha menahan malu, Rega yang mendengarnya hanya tersenyum.

"Kalau gitu ayo" kata Rega sambil menarik kiran menuju kafe terdekat, merekapun memesan makanan dan melanjutkan percakapan. Rega tidak henti hentinya tersenyum, gadis di depannya ini, memiliki suatu hal yang selalu dapat membuat orang di dekatnya merasa nyaman dan selalu ingin tersenyum. Rasa itu perlahan muncul di hatinya rasa nyaman, Rega tidak menyadari hal itu adalah awal benih itu tumbuh.

****
Heloww. Jangan lupa vommentx yahh..

14-07-2016

-Z-

WAITING FOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang