Part 6

111 9 1
                                    

Sekarang aku sedang dalam perjalanan ke sekolah, yahh.. seperti yang dikatakan mama aku harus perjuangin vian, apapun itu, yah.. aku yakin pasti suatu saat vian nggak akan dingin lagi sama aku, walaupun nanti, tapi selain itu aku juga harus berjuang, yap.. pertama aku harus cari tau kesukannya vian yah.. supaya bisa mulai pendekatan.

Sesampainya di sekolah, aku cepat cepat menuju ke kelas, sesampainya di kelas aku melirik sekilas ke arah vian yang sedang di kerumuni nyamuk, eh.. maksudnya cewek hehehe..

Akupun segera menuju ke arah tempat dudukku, yap.. yana belum datang, jadi aku bisa meletakkan bokongku dengan damai, tanpa di semprot dahulu, aku memperhatikan vian yang hanya diam saat di kerumuni cewek cewek itu, hufttt.. mereka beruntung yahh.. nggak di marahin vian pas nempel gitu sama dia, nah.. kalau aku?? Pasti udah dipelototin...

"Hehh!!! Minggir kalian!!" Teriak seorang cewek. Akupun menengok dan melihat ninda dan ngengnya yang tiba tiba datang.

"Heh! Kalian tau nggak?! Vian itu pacarnya gue!. Jadi jangan kegatelan deh!" Teriak ninda pada cewek cewek yang mengerubuni vian.
Ahh.. iya vian itu pacarnya ninda mengingat kenyataan itu membuatku meringis memengang dadaku yang tiba tiba sesak.

Duhh.. jangan sekarang doongg. Batinku, berusaha menyemangati agar dapat menahan sesak, tidak lamapun sesak di dadaku berkurang. Syukurlahh..

Tiba tiba aku merasakan tubuhku di selimuti bubuk putih, saat menengok aku melihat salah satu teman ninda sedang meyiramiku dengan bubuk putih yang ternyata terigu. Aku bergeming di tempatku. Seangkan suasana di kelas menjadi hening, semua tatapan terarah padaku.

"Sayang gimana?" Suara ninda terdengar manja.

"Hm. Setidaknya untuk hari ini, dia udah di bully" terdengar suara vian menyahut. Mendengar itu rasanya aku ingin menangis, jadi dia masih ingin melihat aku memderita.
Memangnya apa salahku hingga dia begitu membenciku? Batinku miris.

"Ran!! Lu kenapa?!" Terdengar suara panik yang mendekatiku. Yah.. itu yana.

"Ran lu nggak papakan?" Tanya yana terdengar khawatir.

"Heh!!! Lu apain kiran hah?!" Bentak yana melihat teman ninda yang sedang berdiri sambil memengang kantong bekas terigu.

"Ngapain lu ikut campur, hah?!" Bentak cewek itu, sedangkan aku hanya terpaku di tempatku.

"Yaiyalah gue ikut campur, kirankan temen gue, and kenapa lu nyiram kiran pake terigu?!" Balas yana, yang sudah emosi.

"Halah, mending lu nggak usah ikut campur deh, atau lu mau nasib lu kayak dia!" Kali ini ninda angkat bicara.

Kali ini yana sudah terbancing emosi, kulihat tangannya sudah mengepal. Bahaya kalau yana emosi, kalau nggak patah hidung tuh cewek, pasti lebam lebam deh.

"Ohhh.. jadi lu biang keroknya" desis yana, sedangkan ninda hanya menatap angkuh. Yanapun segera merampas kantong terigu dari cewek di samping kami, lalu menghampiri ninda yang sedang bergelayut manja di lengan vian.

Saat sampai di depan dua sejoli itu, yanapun mengeluarkan isi terigu yang ada di kantong tepat di atas ninda dan vian.

"Arrgghhhh" teriak ninda.

"Ngapain lu!! Dasar cewek sinting!!" Teriak ninda.

"Makanya kalau jadi orang jangan songong" balas yana santai. Saat ninda mulai membuka mulutnya, dengan cepat yana memasukkan gumpalan kantong yang tadi digunakan untuk tempat terigu.

"Makan tuh kresek biar nggak berisik!" Kata yana sambil menatap remeh cewek itu. Seketika semua penghuni kelas tertawa melihat keadaan ninda yang mengenaskan.

"Yuk, bersihin seragam lu" kata yana sambil menarikku keluar kelas, sedangkan aku hanya mengikutinya tanpa banyak bicara.

***

"Duhh.. banyak amat tepungnya, lu udah kayak ayam yang di tepungin.." kata yana terkikik geli sambil membantu membersihkan tubuhku dari balutan tepung.

"Isshhh.. nggak usah banyak bacot deh.. kalau bantunya nggak iklas nggak usah bantu kalii" balasku kesal.

"Yeee.. jangen ngambek dongg.. iye iye gue nggak bakal bicara lagi" kata yana masih tetap tersenyum.

"Yan.. mending lu beli seragam baru di koperasi aja, kayaknya seragam ini udah nggak bisa di pakai lagi deh" kataku.

"Oh iya ya.. lu kok nggak bilang dari tadi sih.." kata yana lagi.

"Tuhh.. udah di bilangin" jawabku asal.

Sedangkan yana hanya memutar matanya.

"Ok, lu tunggu di sini" kata yana lalu segera beranjak pergi.

Sedangkan aku sedang duduk di salah satu ranjang, yah.. sekarang aku sedang di uks, tadi yana yang membawaku ke sini.

Hmm.. kok vian segitunya sama aku? Kenapa ia begitu membenciku? Apa salahku hingga dia tidak menyukaiku?
Apa yang membuatnya selalu ingin membuatku menderita? Pertanyaan demi peranyaan muncul di otakku, tentang vian, hanya tentangnya.

Hufftt.. mungkin aku harus lebih berusaha. Batinku menyemangati.

"Ran, nih seragamnya, ganti gih.." kata yana yang sudah di depanku.
Heh.. kapan dia datang. Batinku heran.

"Gue udah dari tadi di sini, cuman lu aja yang keasikan melamun" kata yana seolah tau pikiranku.

"Heh? Kok lu tau pikiran gue sih?" Tanyaku.

"Tuh, ketulis di jidat lu" kata yana lalu meyentil jidatku.

"Auhh.. issshh nyebelin" kataku kesal, sambil mengusap jidatku yang mungkin sudah memerah akibat curut satu ini.

"Makanya jangan hobi melamun, kesambet baru tahu rasa" kata yana.

"Udah deh, kalau ngomong sama kamu tambah bikin emosi" balasku kesal.

"Yeeee... emangnya gue nyuruh lu ngomong sama gue?" Katanya membuatku bertambah emosi.

"Tau ah" kataku lalu beranjak pergi. Yah.. aku malas berdebat dengan yana yang ada nggak bakalan selesai, huffttt... yana yana .

***
Hi hi hi !!!!
Sory yahh.. kalau lama, maklum.. soalnya author lagi ulangan so.. harus selalu belajar dehh, kalau nggak bakalan di omelin panjang kali lebar kali tinggi yahh.. kan kasian authornya.. jadi mohon di maklumin, n di maap kan..
BTW ..Gimana? Gimana? Hehehe .. maap yah, kalau ngasal ceritanya tapii...
Yang penting niatnya buat menghibur reader sekalian..
Hehehe.. udah mulai pidato deh.. sory soryy..
Okokok guys, jangan lupa vote and komenx yahhh.. ;)

WAITING FOR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang