"[Last Name]-san kau terancam dikeluarkan dari sekolah" ucap salah seorang sensei terhadapmu, kau yang berdiri tak jauh dari dirinya yang duduk di depan meja kerjanya hanya menundukan kepala.
"Aku akan berusaha menutupi ini dari yayasan jadi tolong jaga lagi kelakuanmu" lanjutnya yang membuatmu hanya menghela napas. Kau membungkukan badan tanpa berkata apa pun dan kemudian berjalan keluar dari sana.
Untuk sekarang kau aman, dari dikeluarkannya dirimu dari sekolah. gara-gara foto biadab yang tak pernah kau ketahui dari mana sumbernya. Yang jelas kau tau pasti bahwa yang didalam foto itu memang benar dirimu adanya.
Di dalam kelas terlihat tenang kau tengok dari luar. Kau pun mengatur napas mempersiapkan diri.
Sreeek~
Pintu terbuka, dan benar saja sekarang kau jadi sorot pandang yang ada di dalam kelas. Kau berusaha bersikap santai dan berjalan kedalam perlahan. Semua memandangmu jijik dan benci kecuali satu orang, kau memandangnya seraya berjalan. Tapi dia malah asik memandang dunia luar dari jendela. Yah aomine, entah kenapa menjadi seperti orang lain, walau sifatnya tak berubah terhadapmu.
"Ne aomine-san apa kau tak mau putus dari [your name]-san" tanya seorang siswi yang dengan sengaja meninggikan suaranya seolah-olah ingin kau mendengarnya.
"Ah" aomine hanya membalas itu saja dengan malas dan masih memandang keluar jendela.
Kau hanya membungkukan kepala sambil memainkan kuku-kuku jarimu. Rasanya strees sekali ingin menagis dan berteriak tapi tak mungkin kau lakukan.
"Ah, [first name]" ucap aomine tiba - tiba, hendak menjawab pertanyaan itu yang membuat dirimu terhenyak tapi tetap saja tak merubah posisimu.
"Aku mencintainya kau tau, dan, aku yakin dia juga sangat mencintaiku" ucapnya sambil memandang dirimu yang hanya menundukan kepala. Tapi kau tau pasti kalau dia memandangmu dan gadis lain hanya merengek manja tanda tak suka. Kau tersenyum kecil walau tak terlihat.
"Walaupun dia wanita jalang aku tetap mencintainya" lanjut aomine yang langsung melempar pandang kearah wanita yang ada di depanya. Bahkan dia berkata seperti itu dengan senyuman. Hatimu mencelos mendengarnya. Sakit, sangat sakit rasanya. lebih sakit dari tamparan momoi berkali-kali dan dibanting ke tembok oleh aomine berkali-kali.
Kau mengatur napas mengontrol emosimu. Berusaha tak menjatuhkan air mata, karena jelas terlihat bahwa perempuan yang bertanya ke Aomine tadi jadi cekikikan tanda puas. Mungkin dia puas karena aomine mengatakan bahwa dirimu hanya wanita jalang.
Kau pun segera berlari keluar kelas dan mencari tempat yang sepi. toliet mungkin, karena sebentar lagi pelajaran akan dimulai, toilet mungkin sudah sepi. Benar saja, sampai di sana tak ada seorang pun, kau berdiri di depan cermin berwastafel dan menepuk nepuk dadamu. Berharap rasa sakit itu segera hilang walau tak hilang setidaknya berkurang. Tapi nyatanya tidak, malah airmata yang kamu tahan keluar dengan gencar. Kau memejamkan matamu terisak dan mencengkram bibir wastafel erat-erat.
Grep
'Tunggu dulu, siapa yang memelukku' kau terkaget karena ada tangan yang melingkar di lehermu. Seseorang memelukmu dari belakang dan menyembunyikan wajahnya ditengkukmu. kau tau, karena kau merasakan hembusan napas disana. Kau buka matamu, memandang cermin yang ada di depanmu.
"Aomine-kun" matamu terbelalak. kaget?, jelas iya. kau kaget karena ini toilet perempuan mana bisa Aomine masuk kedalam sana.
"...." tak ada jawaban, hanya pelukan saja yang semakin erat, kau tak mengerti apa maksudnya. Kau hanya melanjutkan tangismu.
Sret
Matamu melebar kembali, tiba-tiba saja Aomine membalikan tubuhmu dan sekarang kau bertatap muka denganya. Entah kenapa wajah Aomine menjadi seduktif dan menatapmu intens. Wajah itu pun kau rasakan semakin mendekat. kau hanya bisa memundurkan kepalamu dan menopang tubuhmu dengan tangan yang mencengkram wastafel yang sekarang ada di belakangmu. Tapi Terus saja wajah itu mendekat. Dan tangan aomine pun menopang belakang kepalamu, mencegah kepalamu yang terus saja menghindar dari tadi.