Part 16

2K 11 0
                                    

Lima Belas

Saat ini, aku merasa hidupku sangatlah bahagia. Bahagia karena kebahagiaan kakakku, bahagia karena sahabat sekaligus saudaraku, bahagia karena diriku sendiri.

Lima bulan sudah hari-hariku dipenuhi oleh tangisan bayi mungil cantik nan menggemaskan bernama Anabela Sahara Aldio Widjaya. Yep, dia adalah malaikat kecil yang dikirim Tuhan untuk melengkapi kebahagian kakakku dan pemberi warna di hidupku sebagai keponakanku. Setiap hari aku selalu bermain dan bercanda dengannya, membantu kakak iparku mengurus malaikat kecil itu dan semua itu membuatku terbiasa dengan tingkah polah seorang anak yang terkadang membuat orang repot.

Aku juga merasakan kebahagiaan untuk Dira, setelah setahun yang lalu terakhir bertemu dengannya tadi malam aku mendapat kabar bahwa dia sedang hamil muda. Seperti orang lain yang sedang hamil muda, Dira juga merasakan ngidam. Tapi ngidamnya Dira benar-benar sangat aneh. Jika wanita hamil lain menginginkan makanan sebagai pengobat ngidam, Dira justru menginginkan sebuah kalung khusus yang menandakan bahwa dia sedang hamil. Aneh! Dan sialnya, aku yang dimintanya memenuhi ngidamnya itu.

-Flashback-

Aku mendengar ponselku berdering ketika aku baru saja masuk kedalam rumah milik kakakku ini. Setelah aku cek, ternyata Dira Calling.

"Hallo.." sapaku ketika panggilan Dira sudah aku angkat.

"Hallo.. Saudaraku.. Ranny cantik" sapanya riang. Aku sudah tahu, jika dia bermanis-manis seperti ini pasti sedang terjadi sesuatu.

"aishhh.. Apa sih Dir?" tanyaku cuek.

"ishh.. Kok gitu sih jawabnya?" katanya manja. Jah.. Udah ga mempan kali.

"ada apa? Lagi happy ya?" tanyaku sok perhatian. Tapi dasarnya aku perhatian sih orangnya(apa?!).

"banget.. Ada dua berita menggembirakan untukmu dariku" katanya lagi dengan suara manis.

"apa? Kalo ga bikin happy beneran aku ga mau lagi jadi sahabat sekaligus kolega bisnis suamimu itu" jawabku acuh tak acuh. Sebenarnya penasaran juga sih.

"kok gitu. Ga asyik banget sih kamu!" hahha. Pasti wajahnya saat ini berlipat-lipat menahan kesal. Sejak pertemuan satu tahun lalu, Dira memintaku untuk ber-Aku Kamu dengan dia. Alasannya sih karena sekarang dia sudah dewasa karena sudah menikah. Jah.. Padahal usia juga baru menginjak 21 tahun. 2 bulan lalu saja aku baru mendapatkan gelar sarjanaku dan sekarang sedang mempersiapkan diri untuk menempuh studi magisterku.

"ya udah, sih ngomong" kataku menyuruhnya agar segera bicara.

"dengerin ya.." katanya sok manis.

"iya.." jawabku.

"oke.. Yang pertama, saat ini aku sedang...." kalimatnya menggantung begitu lama. Karena dia memintaku untuk mendengarkannya, makanya aku tidak protes ketika dia menggantung kalimatnya.

"kamu ga penasaran aku sedang kenapa?" aneh kan, dia yang nyuruh sendiri padahal.

"kan tadi kamu bilang kalau aku harus mendengarkan kamu. Ada yang salah?" Kataku tanpa dosa.

"aaaarrrggghhh..." dia mendengus kesal. Apa apaan dia ini.

"hmm... Lanjut" kataku memintanya melanjutkan apa yang ingin dia katakan.

"oke.. Yang pertama, aku hamil. Yang kedua aku ngidam" katanya datar.

1 detik

2 detik

3 detik

4 detik

5 detik

"APA?!" aku baru sadar atas berita yang baru saja dia sampaikan.

dia Ranny bukan RaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang