Part 25

1.9K 47 9
                                    

Dua Puluh Empat

§

§

§§§

Entah perasaan jenis apa yang kini aku rasakan. Jika aku boleh marah, maka aku akan melakukannya. Tapi tidak, rasa yang sedang bercokol dihatiku saat ini adalah rasa kecewa. Kenapa? Tentu saja karena aku sudah merasa di bohongi. Terutama di bohongi oleh Mamiku. Semoga aku tidak durhaka ya Tuhan.

Segala macam pikiran buruk sudah dengan ramahnya dan dengan sopan tidak mau meninggalkan otakku sejak perjalanan dari butik menuju kembali kerumahku menguap begitu saja, entah kemana. Bahkan aku sampai harus merepotkan Raya untuk mengantarkan aku kembali ke rumah karena kondisiku yang benar-benar jauh dari kata stabil. Bagaimana jika bisa stabil, jika Mamiku mendadak menelfonku dan memintaku untuk segera pulang tanpa menjelaskan apapun kepadaku. Terakhir kali waktu itu ketika aku tidak mengindahkan telfon dari Mami adalah kejadian dimana Kak Delia masuk ke rumah sakit. Dan hal itu membuatku dihantui rasa bersalah dan ketakutan. Makanya aku jadi seperti ini.

“Loh.. Loh.. Ran, kamu kenapa sayang?” tanya Mamiku heboh sendiri dan langsung menyongsongku yang sudah terduduk lemas didepan pintu karena lemas. Mami pikir siapa yang membuatku seperti ini?

“Raya sebenarnya ada apa? Kenapa Ranny seperti ini?” tanya Mamiku dengan nada khawatir kepada Raya, setidaknya itulah yang aku tangkap disela-sela pemulihan kesadaranku.

“Raya tidak tahu tante, tapi tadi Ranny wajahnya sangat pucat dan berkata ingin segera pulang. Makanya Raya antar Ranny pulang” jelas Raya yang ikut berjongkok dihadapanku.

“Ranny.. ayo bangun sayang. Ga baik perempuan duduk didepan pintu seperti ini” kata Mamiku. Apa tadi kata Mami? Aku masih malas berucap apapun, jadi aku hanya diam saja. Biarlah. Salah sendiri mempermainkan aku.

“Mark? Susan?” kataku lirih karena tidak percaya dengan apa yang aku lihat. apa aku tidak salah lihat? Dua sahabatku ketika aku tinggal di New York berada tepat di hadapanku saat ini.

“Ranny.. Long time no see. We miss you so much.. oh My Dear..” Susan berjalan kearahku dan memelukku dengan hangat. Tentu saja hal itu membuat Mamiku tersingkir. Kejam ya aku?

I hope this is not a dream. Is it true that I see right now is you susan? And he is Mark?” aku membalas pelukan Susan dan berusaha bangkit dari posisiku dan mengarahkan pandanganku kearah Mark yang sedang berdiri dengan gagah ditengah ruang tamu dirumahku saat ini dengan senyuman yang tak mau lepas dari wajahnya.

Oh dear, this is not a dream. we had come to Indonesia because there are things we should do” kata Mark yang segera ikut bergabung dengan Susan untuk menerjang memelukku. Aku merindukan mereka semua. Aku tidak peduli dengan sekitarku. Dunia hanya milik kami bertiga. Titik.

things like what should you do?” tanyaku didalam pelukan mereka. Lalu dengan secepat kilat mereka melepaskan pelukan mereka dariku dan menatapku dengan pandangan aneh. Ishh

Susan and I have been married now. and we wanted to honeymoon in the country that we love. and that person is you my dear” kata Mark dengan senyuman yang sangat indah. apa katanya tadi?

Married? Really? Oh God, I'm so happy to hear this” kataku. Aku tak bisa menyembunyikan kebahagiaanku ini. dua orang yang aku sayangi akhirnya bisa menjadi satu. Indah sekali. Kepeluk lagi mereka berdua dengan hangat. Dan tatapan mataku tertuju kepada seseorang. Seseorang yang hampir seminggu ini tidak aku temui sedang duduk dengan santainya di sofa yang ada di ruang tamu ini, tapi itu adalah adiknya yang kebetulan memiliki wajah yang mirip. meningkatlah satu tingkat rasa sebalku walaupun bukan orangnya asli yang aku temui! Tapi tetap saja aku sebal. Sebal sebel sebul.. buhhhh

dia Ranny bukan RaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang