Part 23

1.7K 19 0
                                    

Dua Puluh Dua A

Sudah lama sekali aku tidak bisa berkumpul dengan sahabat-sahabatku seperti sekarang ini. Aku memasuki sebuah club malam yang biasa aku gunakan sebagai tempat menikmati waktu luang yang hanya sedikit di sela-sela rutinitasku yang benar-benar sangat padat dengan langkah yang berat. Bukan hanya karena lelah fisik saja yang membuatku berat memasuki tempat ini, tetapi juga karena seseorang yang mengatakan padaku bahwa aku sangat menjijikkan. Tapi yang sangat luar biasa, aku telah mengambil dua kali ciuman darinya. Entah apa yang aku rasakan sebenarnya, tapi semenjak pertama kali melihatnya dalam kondisi yang sangat aneh yaitu ketika dia baru saja bangun tidur, aku merasakan sesuatu yang tidak pernah aku rasakan lagi kembali muncul.

"Ravellio... Sebelah sini..." teriak seseorang memanggilku. Ck! Sepupuku yang telah memiliki istri cantik dan anak tampan itu masih saja mempunyai waktu luang untuk bermain-main seperti ini. Aku melangkahkan kakiku mendekat kearahnya yang seperti biasa selalu di temani oleh bos dari Club ini.

"Hai bos..." sapaku kepada pemilik Club ini. Antonio, pengusaha Club yang sangat sukses di usianya yang ke 30 tahun. Laki-laki yang memiliki wajah tampan dan memiliki tubuh yang luar biasa 'jantan' ini memiliki banyak penggemar, tentu saja aku bukan penggemarnya!

"Lama ga keliatan Lo" Antonio memelukku dengan cukup bersahabat.

"Biasa.. Sibuk.." aku hanya tertawa ketika menjawab pertanyaannya dan membalas pelukan sahabatku ini.

"Dira ga marah sama Lo?" tanyaku pada Harry yang sedang menikmati suasana di Club ini.

"Hahha.. Ga lah.. Lagian gue disini ga ngapa-ngapain juga" jawab Harry. Memang selama ini jika kami berada di Club, yang kami lakukan hanyalah menikmati suasana dan temu kangen dengan orang-orang yang sudah jarang kami temui.

"Ada wanita cantik Bro.. Lo mau?" tanya Antonio kepadaku. Aku pemain wanita? Tentu saja! Aku ini laki-laki normal. Hubunganku dengan wanita selama ini hanya bermain-main dan perasaan yang kami miliki tidak lebih dari sekedar 'pemenuh kebutuhan' saja.

"Gue capek banget Ton.." kilahku. Saat ini aku sedang tidak berminat melakukan apapun dengan wanita.

"Pasti gara-gara sahabat istri gue kan?" tanya Harry asal. Ranny ya? Dia menarik dan belum tersentuh sepertinya. Dan entah magnet macam apa yang dia miliki sehingga membuatku beberapa kali harus terpaku padanya.

"Ngaku Lo... Ve aja udah manggil Ranny dengan panggilan Mommy juga" cecar Harry padaku.

"Ahh serius Lo?" tanya Antonio terlihat tertarik.

"Gue belum tahu.. Gue masih bimbang.. Lagi pula gue duda anak satu, sedangkan dia perawan" mendadak aku merasa ragu dam tidak percaya diri akan diriku sendiri. Padahal selama ini aku cukup percaya diri jika berurusan dengan wanita dan statusku tidak pernah mempengaruhi hubunganku dengan wanita. Aku memutar gelas minumanku dengan gelisah. Bagaimana jika dia tidak menerimaku? Untuk apa aku memikirkannya? Aku suka padanyakah?

"Gue kesana dulu ya.." Antonio berujar padaku dan Harry sembari menunjuk sebuah meja yang disana telah terdapat mahluk berjenis perempuan yang seperti biasa akan menjadi 'santapan' Antonio.

"Lo yakin?" goda Harry pada Antonio.

"Lo ragu akan kemampuan gue?" Antonio jadi berbalik menggoda Harry. Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah laku mereka berdua yang seperti itu.

Aku dan Harry menikmati sisa waktu yang kami miliki. Setelah melihat bagaimana usaha Antonio untuk mendapatkan wanita incarannya, aku memilih keluar dari Club ini. Sama sekali tidak menarik.

*****

"Rav, apa yang Lo rasain ke Ranny?" tanya Harry padaku. Saat ini aku bertugas menjadi supir pribadi yang harus mengantarkan Harry ke rumahnya. Astaga! Sepupuku ini benar-benar gila.

dia Ranny bukan RaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang