Part 2

3.7K 36 3
                                    

Satu

"hmmpff.... ini suara apa ya.... kok familiar" mataku belum sanggup terbuka saat terdengar nyanyian nyaring penyanyi cantik dan seksi Rihanna dengan lagu Diamond. Dengan berat hati, aku memaksakan diri untuk membuka mata dan mencari asal muasal suara itu yang setelah aku ingat-ingat adalah suara ringtone handphone milikku. 

"hallo...." ujarku setelah menemukan handphone itu di bawah bantal dengan suara yang bisa membuat orang merasa ilfill. 

"hahha..... suara loe tuh.... bikin gue geli banget.... minum dulu sana... dasar suara kodok" ledek orang yang mengganggu kenyamanan hibernasiku. 

Aku tau benar siapa dia, karena aku tau benar itulah aku tidak mau meladeni ledekannya. Aku tidak menggubrisnya sama sekali karena hibernasi di bawah selimut hangat adalah hal yang paling penting untukku saat ini. Lagipula, ini masih pagi buta pukul 04.30 pagi. 

"heyyyyy.... Ranny.... elo buruan bangun kenapa sih?" celotehnya setelah aku sama sekali tidak merespon apapun yang dikatakannya. 

Dia mungkin memanggilku dengan Ranny, tapi yang aku dengar hanyalah Rani. Jelas saja Ranny dibaca Rani dan aku tidak tahu cara pengucapan yang lain selain itu. Tidak mungkin jika dibaca dengan cara Ranai atau Reni atau apalah. Pusing jika harus dipikirkan. 

"hmmmmm..." hanya gumaman yang aku sampaikan untuk menjawab celoteh manusia yang satu itu. 

"ehh... dia manusia bukan ya... kayaknya bukan deh, pagi buta gini dia udah nongol..." batinku dalam hati. "hiiiiiiiiiiii...." aku bergidik karena pura-pura ketakutan dan senyum-senyum sendiri. 

"elo kenapa? Kenapa suara loe kayak orang yang...." dia menghentikan uacapannya. 

"apa?" jawabku karena aku ga bisa kalo ga penasaran. 

"hehhe.... akhirnya elo bisa ngomong juga" ucapnya dengan bangganya karena telah membuatku bisa merespon apa yang diucapkannya. 

"udah deh.... Ardira Putri Rahmat.... ga usah maen-maen sama gue.... apa elo ga tau ini masih pagi buta...." gerutuku karena benar-benar sudah jengkel karena masa hibernasiku diganggu. 

"hahha.... hahha.... santai dong Ranny Dewi Andra Widjaya...." candanya dengan ketawa yang super duper bahagia banget. 

"udah ya sayang... aku mau hibernasi.... wassalamualaikum...." aku mematikan handphoneku dengan segera setelah benar-benar tidak sanggup meladeni sahabat tersayangku itu. 

Aku dan Dira sudah bersahabat sejak sebelum dilahirkan, kenapa bisa begitu?. Jelas saja, mamiku adalah sahabat mama Dira sejak mereka duduk di bangku SMA. Mamiku adalah mami Dira dan begitu sebaliknya mama dira adalah mamaku. Rumah kamipun hanya terpisahkan jalan kompleks yang berada didepan rumah kami. Kami memang sangat bertolak belakang, tetapi karena itulah aku dan Dira bisa menjadi sahabat dan saudara yang tak terpisahkan. 

Dira adalah orang yang sangat menyukai kesempurnaan, berpenampilan menarik di depan siapapun, sering menjadi foto majalah, menjadi gadis catwalk untuk beberapa perancang busana yang cukup di perhitungkan di dunia fashion dan dia mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang fashion designer, tetapi ada satu kelemahannya yaitu dia tidak bisa menggambar sedangkan aku adalah manusia yang bertolak belakang dari Dira, aku memang menyukai keindahan dan kesempunaan tapi definisi keindahan dan kesempurnaanku berbeda dengan definisi keindahan dan kesempurnaan yang dimiliki Dira. 

"haaaaahh.... dasar sahabat yang sama sekali tidak mengerti sahabat...." gerutuku karena setelah telfon dari Dira tadi aku sama sekali tidak bisa melanjutkan hibernasiku, aku sudah kehilangan rasa kantukku. 

Sejujurnya aku sangat senang bisa mengenalnya, aku bahkan sangat berterimakasih pada Tuhan karena bisa mengenal sahabatku ini. Aku sangat sering meminta kakakku untuk menjadikannya kakak iparku. Tetapi apa boleh buat, aku hanya bisa pasrah karena hati akan memilih sendiri tanpa paksaan apapun dan dari siapapun itulah jawaban kakakku atas permintaanku yang menurutnya tidak masuk akal. 

dia Ranny bukan RaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang