Part 19

1.8K 19 7
                                    

Delapan Belas

Aku mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh Revan dengan seksama. Ada rasa sakit yang teramat sangat mengiris hatiku menjadi beberapa bagian kecil ketika mendengarkan cerita dari Revan. Gadis kecil ini bernama Ravesha Amadio Hardidjo, nama kecilnya adalah Ve.

Walaupun menurut orang-orang yang hadir di rumahku saat ini pesta kejutan untukku tidak berhasil, justru untukku malah sebaliknya. Terkejut akan hadiah-hadiah untuk menyambutku yang diberikan oleh orang-orang yang mengasihiku dan terkejut karena ada seorang gadis kecil yang memanggilku ‘Mommy’. Aku tidak merasa keberatan dipanggil seperti itu, hanya saja aku takut terjadi masalah yang sangat besar jika aku membiarkannya memanggilku seperti itu suatu saat nanti.

“Jadi, Ve adalah anak dari Shara dan Ravellio? Dan Ravellio adalah Kakak dari Revan? Dan Revan adalah sepupu dari Harry suami Dira?” tanyaku lagi untuk meyakinkan apa yang telah aku dengar dari penjelasan yang diberikan oleh Revan.

“Iya.. itulah yang aku katakan padamu” kata Revan berusaha membujuk Ve agar mau turun dari gendonganku. Saat ini aku menggendong Ve dan gadis kecil ini sama sekali tidak ingin turun dari gendonganku. Pegangan tangannya dileherku sangat kuat sekali. Apabila aku yang berusaha menurunkannya maka gadis kecil ini akan menangis. Dan aku tidak tega melihat wajah malaikatnya menangis karena aku. Sangat sakit sekali.

“Dunia sangat sempit sekali. Lalu dimana Shara?” tanyaku pada Revan. Wajah mereka, maksudku Dira, Harry, Raya dan Revan mendadak berubah menjadi aneh.

Terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Dira lah yang memecahkan keheningan itu.

“Shara meninggal 4 tahun yang lalu, 2 hari setelah melahirkan Ve. Dan semenjak itu kehidupan Ravel menjadi berubah” jelas Dira. Dia menatap Ve dengan penuh kasih sayang.

“Maksudmu berubah?” aku tidak yakin persepsi berubah yang dialami oleh ayah Ve menurutku dan menurut Dira adalah sama.

“Semenjak Shara meninggal, Ravel berubah menjadi sosok yang semakin gila kerja. Kami telah memintanya untuk melakukan hubungan yang serius dengan satu orang wanita saja, tapi Ravel hanya menganggapnya sebagai bahan untuk bercanda saja dan melakukan hal sebaliknya. Jika dua atau tiga orang saja kami tidak mungkin seperti ini. bisa kamu ambil kesimpulan sendiri kan Ran?” Dira tidak ingin menjelaskan lebih jauh lagi. Aku sangat mengerti hal itu. untukku tidak ada masalah, toh aku tidak mempunyai hubungan apapun dengan ayah Ve. Biarlah hidupnya menjadi hidupnya sendiri.

“Lalu bagaimana kehidupan Ve?” tanyaku. Aku sangat khawatir bagaimana pola pengasuhan yang diberikan oleh ayah Ve. Aku tahu sangat sulit sekali menjadi sosok orang tua tunggal apalagi sosok ayah bagi seorang putri.

“Ravel hanya akan berada dirumah satu minggu sekali. Jadi, kami berbagi tugas untuk menjaganya. Tapi lebih banyak Dira yang menjaganya, karena Ve seumuran dengan Hazriel maka Dira lebih mudah mengawasi mereka berdua” jelas Revan padaku. Aku menatap Dira dengan tidak percaya. Gadis Manja ini yang selalu memperhatikan penampilannya saja ternyata memiliki sisi keibuan yang luar biasa.

“Kamu sungguh luar biasa Dira. Aku sangat kagum padamu. Aku tidak akan pernah menyesal sedikitpun memberikanmu kalung yang aku buat dengan tanganku sendiri ketika kau mengandung waktu itu” kataku tulus. Aku benar-benar tidak menyangka.

“Aku menyayanginya seperti menyayangi Hazriel. Kau tahu, mereka berdua adalah anakku. Mereka berdua meminum susu yang aku hasilkan. Kau tahu?” aku menganga takjub atas pernyataan yang disampaikan oleh Dira. Ini lebih dari yang aku bayangkan.

dia Ranny bukan RaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang