Part 11

1.8K 13 1
                                    

Sepuluh

“Haii.. Ran” sapa Raya kepadaku ketika aku masuk kedalam kelasku untuk mengikuti kuliah. Dia terlihat sangat ceria. Senyumnya merekah dan terlihat jelas matanya berbinar dengan sangat menyilaukan.

“Hai juga” jawabku. Aku memandangnya heran, seperti ada sesuatu menghebohkan yang terjadi.

“Hari ini ada hal yang benar-benar sangat menghebohkan..” kata Raya sepertinya dapat melihat aku  yang sedang bingung.

“Apa?” kataku acuh tak acuh. Penasaran juga sih aslinya, tapi apa untungnya jika aku tahu itu.

“Tadi ada orang yang mirip banget sama Pak Revan” katanya penuh semangat dan tambah berbinarlah mata Raya saat ini.

“So?” kataku tak perduli dengan berita yang Raya baru saja ungkapkan.

“Ah.. susah deh ya.. ngomong sama orang kayak elo yang antipati ma cowok ganteng” kata Raya dengan nada suara seperti orang yang sedang ngambek. Dasar ini anak.

“Hahha.. Gila lo.. gue suka laki-laki ga suka ma cowok..” kataku dengan tawa yang tak henti-hentinya. Bisa-bisanya dia berpikir aku tidak suka dengan jenis mahluk yang berbeda jenis denganku, laki-laki maksudku.

“Hassshh.. apa bedanya?” Raya semakin kesal terhadapku. Tapi aku tidak peduli. Saat ini perasaanku sama seperti ketika di acara pernikahan Dara. Aku merasa ada yang mengawasiku, aku mengedarkan pandangan mataku keseluruh penjuru kelas tetapi tetap saja tidak ada siapapun yang mencurigakan.

“Kenapa lo? Kok gitu banget ngliatinnya?” sepertinya Raya menyadari kondisiku saat ini yang sedang gelisah. Tapi aku tidak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya aku rasakan saat ini. Aku memilih menggelengkan kepalaku sebagai jawabannya, tetapi walaupun Raya seperti tidak percaya kepadaku dia tetap memilih diam dan tidak mengajukan pertanyaan apapun lagi.

Kuliah hari ini berjalan dengan lancar, seperti biasa tugas yang dijadikan ‘oleh-oleh’ juga sangat banyak. Setelah kuliah usai, aku memilih melajukan mobilku menuju butik kesayanganku. Aku ingin merealisasikan semua angan-anganku disana. Sedangkan Raya, dia memilih menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman kampus yang lain. dan itu adalah salah satu hal yang hampir tidak pernah aku lakukan sama sekali selama menjadi mahasiswi. Bukan aku tidak suka sosialisasi, hanya saja aku sedang tidak punya cukup waktu untuk ‘bermain’.

            ******

“Haiii Lov..” sapaku ketika aku melihat Lovely sedang membuat realisasi rancanganku di atas selembar kain yang sangat cantik. Aku memandang takjub, Lovely selalu bisa mewujudkan apapun yang aku imajinasikan diatas selembar kertas menjadi sebuah kenyataan yang sangat indah.

“Gimana menurut kamu beb? Cantik ga?” tanya Lovely kepadaku ketika aku menatapnya takjub dengan hasil karyanya.

“Cantik banget.. asli.. dan sekarang gue udah punya ide buat pernak-pernik dan sepatu apa yang pas buat baju ini” aku tersenyum kearahnya. Hari ini moodku beneran bagus banget.

“Ya udah gih sana.. mumpung yey lagi punya selera buat berkhayal” kata Lovely dengan nada aneh seperti biasa dan menggiringku masuk kedalam ruanganku.

Aku menggambar semua apapun yang ada di kepalaku, tanpa terasa sudah berlembar-lembar kertas aku gunakan untuk membuat setiap bentuk yang ada dikepalaku. Tanpa aku sadari saat ini Lovely sudah berada didepanku sambil berkacak pinggang. Aku hanya bisa menampakkan senyum tanpa dosaku padanya. Aku tahu pasti saat ini dia sedang kesal, karena beginilah aku jika sudah berada di antara tumpukan banyak kertas kosong dengan mood yang sangat teramat baik bisa melupakan segalanya.

“Ada apa?” tanyaku akhirnya, aku tahu pasti ada sesuatu yang tidak beres.

“Ada klien yang superr dupeerrrr ngeselin buat eike didepan sana” kata Lovely dengan geram yang khas seperti penampakannya saat ini. Saat ini Lovely memakai pakaian berwarna pink yang sangat menyala. Entahlah dia mempunyai selera yang benar-benar sangat mengagumkan.

dia Ranny bukan RaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang