Week 10
Justin Bieber
Catania masih berlutut didepan closet untuk 5 menit terakhir.Suara-suara dari ia mengeluarkan isi perutnya saja cukup membuatku lelah,apalagi Catania yang menjalaninya.Aku berlutut disisinya,meyampirkan rambutnya dan memijat tengkuknya perlahan.Begitu Catania menegakkan kepalanya -menandakan morning sicknessnya telah usai,aku segera membantunya berdiri menuju wastafel.
Selesai membersihkan mulutnya,ia membalikkan tubuhnya dan memelukku.Tangannya menggantung tanpa tenaga dileherku.Ia menghembuskan nafas berat begitu menyandarkan kepalanya dipundakku.
"Dan sekarang aku harus mengganti pakaianku"ia berujar tanpa bisa menyembunyikan lelah dalam suaranya. Beberapa menit yang lalu ,aku dan Catania baru saja ingin pergi bekerja,tapi kemudian serangan morning sickness -yang sebenarnya tidak hanya terjadi dipagi hari datang dan membuat Catania terpaksa kembali kekamar mandi dan membasahi beberapa spot dipakaiannya.
"It's okay" balasku sembari mengusap punggungnya. "Bagaimana jika mengambil cuti hari ini?"
Catania mengangkat wajahnya seketika,menyunggingkan senyum dan mengecup pipiku sebelum keluar dari kamar mandi."No,I'm fine"
You are not. Ujarku dalam hati sambil memperhatikan Catania yang sibuk menggeledah closetnya. Untuk 2 minggu terakhir aku menjadi terbiasa untuk melihat Catania begitu bergantung pada kamar mandi. Morning sickness yang bisa terjadi pada setiap waktu.Serius,bahkan Catania bisa terbangun tengah malam karenanya.
Hal lain yang aku khawatirkan selain morning sickness yang dialaminya meningkat , Catania juga merasakan kelelahan yang luar biasa. Aku melihat raut wajah lunglainya setiap kali aku menjemputnya dari kantor,ia akan dengan mudah tertidur begitu mendapat tempat untuk bersandar. Catania bahkan mengakui ia merasa begitu lelah untuk bepergian ke berbagai tempat akhir-akhir ini,sedangkan pekerjaannya menuntutnya untuk bepergian dan dikejar deadline.Aku sudah memintanya untuk mengambil cuti atau semacamnya tapi Catania -keras kepala seperti biasa,meyakinkanku ia bisa menangani hal ini.
"Hey" aku meraih kedua tangan Catania dan membalikan tubuhnya kearahku.Ia memasang senyum seadanya yang tidak mencapai matanya."Kau yakin kau baik-baik saja?"
Catania mengangguk ,kemudian meremas jemariku ditangannya."Jangan khawatir."
"Kau terlihat lelah. Sangat lelah" ujarku mengkoreksi dengan cepat.
"Aku memang seharusnya merasa lelah" Sadrina tertawa rendah."It's a part of the symptomps ,right?"
"Tapi kau seharusnya beristirahat" kataku menilai.
"Aku berjanji akan menggunakan setiap waktu luangku untuk berisitirahat" Catania menempatkan kepalan tangannya didada ,seakan membuat sumpah pahlawan.Ia menatapku dengan tatapan jenaka tapi aku tidak bisa ikut bermain saat ini.
"Aku serius,Catania"
Wajahnya memberenggut dengan cepat.Dan aku seperti mendapat kilatan kesadaran. Satu kebiasaan baru Catania lainnya adalah ia dan keberadaan mood swings yang membuatku gila. Serius,Catania seperti menjadi manusia tersensitive didunia saat ini. Kemarin aku tidak sengaja tertawa pada salah satu scene film yang membuatnya menangis,lalu ia memarahiku masih terus menangis.
Aku menggeleng tertawa mengingatnya ,tetapi segera menghentikan tawaku begitu suara sinis Catania terdengar."Okay,tetap berdiri disana dan biarkan aku berangkat sendiri"
Aku kembali tertawa dan mengejar langkah besar-besar Catania."Baby girl,I'm sorry"
*
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heir On The Way
RomanceJustin Bieber and Catania have been married for 4 years. They are never think about having baby in the young age. The life of a carefree Justin Bieber is forever changed when his wife of four years suddenly announces that she is pregnant. The first...