Week 20

3K 123 7
                                    

Week 19

Justin Bieber

Sun(y)day.Akhirnya aku bisa merasakan hari Minggu sesungguhnya. Saat matahari bersinar hingga mencerahkan keseluruhan hari serta moodku. Okay, mungkin bukan sinar matahari yang mencerahkan moodku tapi fakta bahwa hari ini aku tidak harus terjebak dalam pertemuan membosankan lainnya atau berkutat dengan tumpukan berkas yang memenatkan kepalaku. Fakta bahwa saat ini aku telah menghabiskan setengah hari Mingguku dengan tenang bersama WII yang kurindukan.

"Justin"

Okay, aku memang tidak benar-benar menghabiskan hari ini dengan tenang karena bagaimanapun juga berkompromi dengan Catania dan kehamilannya tidaklah mudah.

"Baby,bedroom." balasku merespon panggilan Catania sebelumnya.

Tidak lama derap langkah lambat terdengar mendekat, kemudian Catania masuk kedalam kamar kami yang pintunya sudah terbuka lebar. Ketika Catania masuk dan memelukku, mataku tetap belum bisa beralih dari pertandingan virtual yang kumiliki dilayar tv saat ini meskipun Catania sibuk melingkarkan tangannya dileherku.

"I'm tired" lirih Catania, menempatkan dagunya dibahuku.

"Take a rest then" saranku.

Catania melenguh singkat "I can't"

"Ung..." Okay, dimana mereka bersembunyi?

"Justin" panggil Catania lagi. "Do you even hear me?"

"Yeah,yeah" tadi apa yang Catania katakan? Oh Shit."Why you... can't take some rest?"

"My back is aching"

"Oh.... um" gotcha. "Yes" aku bersorak rendah begitu kata WIN memenuhi layar televisi.

Bahuku berguncang diikuti suara isakan yang berasal tepat disisi kiri telingaku. Aku terperanjat menyadari apa yang terjadi. Melempar controller dan segera menempatkan kedua tanganku disisi tubuh Catania.

"Catania,what's wrong? Are you in pain? Why are you crying?"

Tangisan Catania masih terdengar,ia menyembunyikan wajahnya dalam lekukan leherku.

"Catania, are you in pain?"

Tangisan Catania semakin menjadi dan aku semakin panik. Tidak mengerti apa yang sebenarnya Catania rasakan dan apa yang harus kulakukan.

"Baby I'm starting to worry" ujarku mengusap punggungnya perlahan.

Catania menghentakan tanganku menjauh darinya. "No you don't. I was saying my back is in pain and you were too caught up in your game to hear what I said. You think that your game is more important than your pregnant wife,Justin"

Aku memejamkan mataku dan menghembuskan nafas perlahan. Okay, it must be the pregnancy hormones that talking right now. Sudah kukatakan tentang tidak mudah berkompromi dengan Catania dan kehamilannya, kan?

"Baby, sshh." Aku mengusap rambut Catania dalam cara yang menenangkan. "You know I love both of you more than anything,right?"

" No, you don't. You love your game more than me and the baby"

"And that's not true. I'm sorry. I didn't mean to abandon you. It just that you came when I was in final round so my attention... "

Aku tidak bisa melanjutkan kalimatku ketika derai tawa rendah Catania terdengar.

"Why are you laughing ?" tanyaku dengan kening berkerut. "What's funny?"

Catania mengeratkan tangannya dan mendesak kepalanya lebih jauh kedalam ketengkukku. "You are funny. You sounds like 8 years old boy instead of 23 years."

The Heir On The WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang