Chapter 2

391 40 3
                                    

"ah sorry barb bukan begitu maksudku, aku hanya seperti pernah mendengar namamu sebelumnya. Apa kau calon istri zayn? Ya just called me cara. Kau berada di fakultas apa?" hahaha sepertinya wanita ini juga sama bawelnya denganku.


WAIT


DIA BILANG APA BARUSAN?


CALON ISTRI ZAYN?


DARI MANA DIA TAHU?


seketika perasaanku langsung tak karuan. Detak jantungku berdegup sangat cepat. Bahkan aku merasakan paru paruku yang seperti tercekat dan tak mendapatkan udara sama sekali.


Aku tidak tau kata apa yang tepat untuk menggambarkan perasaanku ketika aku mendengar nama lelaki yang telah menghancurkan hatiku hingga berkeping keping itu.


"da.. dari mana kau t..tau?" jawabku terbata bata karna kebingungan dari mana dia mengetahui hal itu.


Untuk menjawab pertanyannya yang menanyakan aku di fakultas mana saja aku sudah tidak berselera untuk membahasnya.


"I'm his cousin barb. Are u ok? Kau terlihat berbeda setalah aku menanyakan hal itu." Ucapnya dengan enteng.


Oh my god apakah dunia sesempit ini sehingga aku bertemu dengan saudaranya di tempat ini. ucapku berteriak dalam hati. Rasanya ingin aku menangis dan mengamuk menghancurkan segala isi di supermarket ini.


"hm n.. no.. noo I'm okay. Aku harus pergi cara. Sampai jumpa" ucapku langsung berjalan menjauh darinya secepat mungkin dan barang belianku yang belum sempatku bayar ke casier.


Persetan dengan belanjaan itu. Aku bisa saja menyuruh orang kepercayaan dad untuk membeli itu semua dan mengantarnya ke hotel.


Sungguh aku sangat tidak percaya bahwa aku bisa bertemu dengan sodara Zayn di Negara ini, dia tidak pernah mengatakan padaku kalau dia mempunyai sanak saudara di Ireland. Masa bodoh. Kenapa sekarang aku jadi memikirkannya lagi.


aku terus berjalan menuju hotel sambil menahan air mata sialan ini. Aku tidak mau menangis di depan umum. Apa lagi alasan dan penyebab ku menangis itu lelaki bajingan tersebut.


Ya tuhan sampai kapan aku terus seperti ini. Bersedih terlalu larut karna mengingat aku masih mencintai lelaki yang jelas jelas sudah membuatku seakan jatuh ke lubang gelap yang tak berujung. Yang membuatku merasa sangat hancur hingga sempat berfikir untuk mengakhiri hidupku saja. Untung saja emosiku itu masih dapat ku kontrol sehingga aku masih bernafas hingga saat ini.


Sesampai aku di depan pintu hotel aku langsung menempelkan kartu pada alat sensor itu agar pintu dapat terbuka. Aku menutup pintu itu dengan membantingnya sangat keras tidak perduli jika memang ada cleaning service atau tetangga kamar sebelah yang merasa terganggu.


Aku langsung melempar tubuhku ke kasur dan menagis sejadi jadinya. Baru hari pertama aku disini aku sudah menangisi lelaki itu lagi. Aku mengutuk diriku sendiri yang belum bisa menghapus perasaanku kepada zayn.

Dilemma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang