Chapter 3

334 39 0
                                    

Aku menduduki kursi yang dosen tadi perintahkan, disebelah lelaki berambut blonde dan mempunyai mata biru yang kalau tidak salah sangat indah itu. Mata itu, aku seperti pernah melihatnya.


Pelajaranpun dimulai, saat aku ingin mencatat beberapa hal penting aku baru menyadari kalau aku belum membeli alat tulis. Kesialan macam apa ini. Mengingat kemarin aku sudah membelinya tetapi gara gara insiden sepupu zayn itu aku jadi tidak membeli semua keperluanku.


Aku berniat untuk meminjam pulpen pada lelaki berambut blonde di sebelahku ini, tetapi sedari tadi dia sangat fokus memandang ke depan tanpa bergerak sedikitpun. Aku takut mengganggu konsentrasinya jika aku meminjam pulpen padanya. Akhirnya aku hanya mengetiknya di notes handphone ku.


"ini, pakailah." melihat ada tangan yang menjulurkan pulpen ke arahku.


"oh terimakasih." ucapku kepada lelaki bermata biru itu. Aku semakin yakin kalau aku pernah melihat lelaki ini sebelumnya.


***


Akhirnya kelaspun selesai dan semua orang bergegas merapihkan buku buku mereka termasuk diriku. Akupun mengembalikan pulpen yang tadi ia pinjamkan pada ku.


"ini pulpen mu, terimakasih karna sangat membantu." ucapku sambil menjulurkan pulpen tepat di samping badannya, tetapi dia terlihat masih menulis sesuatu. Sampai akhirnya pria itu menghadapkan wajahnya ke arahku dan mengambil pulpennya dariku.


"sama sama." ucapnya dengan senyuman yang lagi lagi aku rasa pernah ku lihat sebelumnya.


"maaf, apa aku pernah melihatmu sebelumnya?" tanyaku penasaran.


"ya, kita memang pernah bertemu." ujarnya dengan senyuman manis itu lagi.


Tunggu sepertinya aku mengingat pria ini. Aku mengingat dimana dan kapan aku melihat senyum dan mata birunya itu.


"kau... kau deliver Nando's yang waktu itu?" tanyaku sedikit kaget.


"yeah akhirnya kau mengingatnya nona" jawabnya menaruh nada tertawa sedikit.


"kau kuliah disini?bagaimana bisa?eh tidak maksudku..." omonganku terpotong olehnya.


"iya aku kuliah disini seperti apa yang kau lihat. Tidak apa aku mengerti maksudmu, aku bisa kuliah di TDC ini karna beasiswa yang terus ku pertahankan nona." Jelasnya. Sungguh aku merasa tidak enak dengan pertanyaan ku tadi.


"maafkan aku, aku benar benar tidak bermaksud seperti itu." ujarku masih tidak enak padanya.


"jangan meminta maaf terus nona, sungguh tidak apa. Kita belum berkenalan. Siapa nama mu nona manis?" tanyanya dengan senyuman yang mungkin sekarang menjadi senyum favorite ku.eh?


"tadi kan aku sudah memperkenalkan namaku, kau tidak mendengarnya?" tanyaku menjaga nadanya agar terlihat tetap sopan.

Dilemma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang