Chapter 15

262 25 6
                                    

*6 months later*

-Barbara's POV-

Pagi ini aku terbangun dengan semangat baru. Aku akan mengikuti audisi model siang nanti. Mungkin kalian sedikit kaget dengan hal ini, namun aku sudah memantap kan hati ku dari jauh jauh hari. Niall bilang badan ku cukup proposional untuk menjadi seorang model. Lagi pula aku ingin mempunyai uang dari hasil keringat ku sendiri, aku merasa malu dengan teman teman ku karena aku masih mengandalkan orang tua ku dalam segala hal. Seperti halnya membayar apartement ini. Saat itu aku memohon dengan sangat pada ayah agar membayar apartement ini setengah saja, biar setengahnya aku yang menanggung. Namun sampai saat ini ayah tetap menyuruh anak buahnya agar membayar uang apartement ini dengan rutin tiap bulannya. Ayah selalu memberikan ku alasan jika ia tidak ingin kuliah ku terganggu karena memusingkan bayaran apartement ini. Ia memang berlebihan. Maka dari itu aku tidak memberitahu Ayah ataupun Ibu jika aku akan mengikuti audisi model, aku sudah tahu betul apa jawaban mereka. Mungkin aku akan mendapatkan jawaban setengah boleh dari Ibu, namun tidak sedikit pun dari Ayah.

Apa aku sudah memberitahu kalian jika kini aku sudah tidak berada di hotel melainkan telah memiliki apartement sendiri? Saat itu aku sudah merasa bosan berada di hotel, sampai akhirnya Niall menyuruh ku untuk pindah ke apartement dan aku menyetujui idenya itu. Hingga saat ini aku belum mempunyai teman untuk berbagi apartement yang cukup besar ini, namun rasanya tidak seburuk apa yang telah ku fikirkan. Aku tidak merasakan kesepian, jika aku merasakannya pun Niall selalu ada untuk ku.

Waktu berlalu begitu cepat, aku melihat jam yang menempel di dinding ruang kamar ku telah menunjukan pukul 12:45, langsung saja aku bergegas untuk mandi dan bersiap siap agar tidak terburu buru nantinya.

Di perjalanan, aku menyempatkan untuk membeli minuman di sebuah kedai coffe yang letaknya tidak jauh dari gedung audisi yang akan ku pijakkan nanti. Niatnya aku akan meminumnya dijalan, namun aku memilih untuk meminum di kedai coffe itu saja karena melihat keaadaan kedai coffe ini yang sangat nyaman dengan gaya classicnya. Aku memilih tempat duduk kosong yang berada di samping jendela besar ini, melihat pemandangan orang yang sedang berlalu lalang karena kesibukan mereka masing masing.

Aku meneguk minuman ku dengan santai karena melihat waktu yang masih memberikan ku waktu 25 menit sebelum audisi di mulai. Saat mataku sedang melihat ke arah jalanan yang berada di sebrang sana, aku seperti melihat seorang pria yang familiar di mata ku. Aku seperti pernah melihatnya, bahkan mengenalnya. Fikiranku langsung teringat oleh pria yang saat itu datang ke kamar hotel ku untuk terakhir kalinya.

*FLASHBACK ON*

Aku melihat Niall sambil melambaikan tanganku sampai ia membalas melambaikan tangan dan hilang tak terlihat karena telah memsuki lift. Saat aku ingin menutup pintu tiba tiba saja tertahan dengan tenaga yang lumayan besar.

"Harry?"

"Boleh aku masuk?" Oh tuhan suaranya. Ia ini baru bangun tidur atau bagaimana? Suaranya menunjukan jika ia baru bangun tidur tetapi tidak dengan penampilannya. Ia berpakaian rapih, bahkan sangat rapih dengan blazer hitam yang ia kenakan.

"Uhm ya tentu. Masuklah." Ucapku yang langsung membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan pria ikal ini masuk.

Ia langsung berjalan dengan gontai memasuki kamarku seakan sudah sangat hafal dengan ruangan ini. Bahkan ia langsung menduduki sofa empuk itu tanpa aku mempersilahkannya terlebih dahulu.

"Aku suka sofa ini." Ujarnya sambil menaikan satu kaki yang ia topang di kakinya yang satu lagi.

"Kau juga memilikinya di kamar mu Harry." Aku berani bertaruhh jika ia juga pasti memiliki sofa itu di ruangannya. Jadi ku fikir ini adalah sebuah basa basi, eh?

Dilemma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang