Selasa, 08 maret 2016
Matahari terbenam, tak lama aku mendengar suara adzan berkumandang dari masjid perumahanku.
Aku mencoba untuk menggembalikan kesadaranku setelah terbangun dari tidurku. Lalu mencari sebuah kacamata berwarna abu pemberian nenekku, kemudian mengenakannya.
"Oh jangan lagi" umpat ku, lalu bergegas kearah tangga untuk memeriksa apakah Tara -adikku- sudah sampai rumah. Pasti aku terlambat menjemputnya karena keasikan terlelap.
"Tara, kamu sudah sampai rumah?" aku berteriak.
1 detik
2 detik
3 detik
Tidak ada jawaban, langsung aku bergegas kebawah dan menuju kamar Tara. Ku buka pintu kamarnya dan menemukannya sedang terlelap. Sebelumnya aku pernah lupa untuk menjemput Tara dirumah temannya karena aku ketiduran. Akibatnya aku dimarahi habis-habisan oleh ibu ku.
Didepan mataku terlihat Tara sedang tidur di samping ayah ku dengan tenang. "Kapan kalian sampai?" Aku pun mengeluarkan suara sekecil-kecilnya, "sekitar lima belas menit yang lalu mungkin" jawab ayah.
Setelahnya, aku pun berjalan ke arah dapur untuk menggambil cangkir dan mengisinya dengan air mineral. Tak lama ayah ku keluar dari kamar Tara, "apakah ibu lembur lagi?" Tanyaku padanya "sepertinya, karena minggu depan dia sudah tidak bekerja lagi kan" aku pun mengangguk kan kepala ku tanda mengerti.
Sekitar jam sembilan malam di saat aku sedang sibuk-sibuk nya mengerjakan latihan try out, tiba-tiba terdengar pintu terbanting dan suara teriakan. Langsung saja ku buka pintu kamar ku lalu bergegas ke lantai bawah. Aku kaget bukan main melihat ibu ku mengerang kesakitan entah karena apa.
Ayah ku tidak tahu harus apa sama seperti ku, karena di saat aku dan ayah ku mencoba untuk mendekat berusaha membantunya.
"tolong! Ja...ngan ter...la...lu dek...kkat". Ibuku reflek berteriak. Otakku buntu, dan melihatnya meringkuk kesakitan semakin mrmbuatku bingung. Tiba-tiba, kulitnya menjadi merah seperti orang marah.
"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya ku pada ayah, "apakah kita harus mengguyurnya dengan air dingin?" Ayah ku balik bertanya padaku, "membantu kah?" Lalu ayah ku menjawab "semoga" dan langsung berlalu ke arah dapur.
Ku coba membantunya dengan mengeluarkan es batu yg tersimpan di freezer dan memasukkan nya ke sebuah baskom biru besar, setelah selesai ku angkat baskom itu bersama ayah ku kearah ruang tamu.
"Ap...pa..kahhh... Ituuuhh...aaaiiiirrrrr...ding...nginn" ujar ibuku yang dijawab anggukan oleh ayah ku, terlihat sedikit senyuman diujung bibir ibuku lalu dia memberi perintah untuk segera mengguyur tubuhnya dengan air itu, "sebaiknya kita angkat ibu ke dalam baskom ini" saran ku.
Terlihat raut wajah ayah ku yg terlihat berbeda "kita harus mengguyurnya" jawab ayah ku.
Akhirnya aku pun mengikuti perintahnya...........
......
.....
....
...
..Sejam pun berlalu, ibu ku sudah berganti pakaian dan tidur tenang di atas kasur, aku dan ayah ku sudah selesai membersihkan ruang tamu.
Besok adalah hari ke-3 try out sekolah dan aku belum menyelesaikan soal-soal tadi, aku pun duduk di sofa sebentar untuk istirahat "pergilah ke kamar, biarkan ayah menyelesaikan sisanya" ucap ayah ku.
Aku pun berjalan ke arah tangga lalu naik perlahan-lahan, setibanya dikamar aku tidak mood belajar dan memutuskan untuk menyalakan tv. Karena bosan aku pun mengambil ponsel ku dan ada pesan Dari ayah ku beberapa detik yang lalu dan pesan ibuku sekitar empat jam yang lalu.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
An Agreement
Gizem / GerilimPada tahun 1995, ada sebuah sekolah menengah atas yang sangat terkenal di jakarta. Terkenal bukan karena prestasi,tapi karena mereka mempunyai suatu perkumpulan yg cukup unik, rumor ini tersebar lewat mulut ke mulut jadi pihak sekolah tidak pernah t...