BONUS CHAPTER ; Part 12 : Leni's Flashback #3

3.3K 215 14
                                    

Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh. Leni menatap dirinya sendiri di cermin, kemudian ia mengambil karet dan sisir kemudian mencoba mengubah bentuk rambutnya.

Sudah 2 bulan kami pacaran, batinnya.

Selama 2 bulan ini tidak ada yang aneh sih. Kami sepertinya juga makin akrab. Apakah aku bisa dibilang tipe cewek yang setia ya? Bisa bertahan sampai 2 bulan?

"Hehehe..." Leni cekikikan. Lalu ia sadar kalau dia malah senang-senang sendiri.

"Hmm.. Ok sip." Kata Leni setelah melihat dirinya di cermin sudah rapi, rambutnya juga ia ikat 2. Berhubung karena rambutnya yang panjang dan lebat, ikatan rambutnya mungkin bisa dibilang tidak terlalu mencolok.

Leni masih terdiam di depan cermin. Kemudian ia beralih melihat ke arah pantulan meja belajarnya di cermin. Tapi ia tidak melihat ke arah mejanya, melainkan ke arah buku diary coklat diatasnya.

Perlahan-lahan Leni mendekati meja belajarnya dan mangambil buku diary itu.

Buku diarynya penuh dengan ceritanya tentang Denny. Dari saat ia ditembak sampai hari kemarin.

Leni tersenyum lalu memasukkan buku diary itu ke dalam tas.

"LENI!! Ayo cepat bangun!! Kalau gak darapan sekarang, kamu bakal terlambat!!" Gedor mama dari luar pintu.

Leni kemudian membuka pintu kamarnya, "hehe..pagi ma, maaf lama."

"Kamu akhir-akhir ini agak berbeda ya.. Sejak kapan kamu tertarik dandan...?" Tanya mama dengan mata agak curiga.

"Ehm... Coba-coba aja sih.." Jawab Leni agak gugup.

Jangan sampai mama tahu gara-gara aku pacaran aku mau tampil manis.

"Ah! Atau jangan-jangan--"

"Oh iya!! Aku lupa ngumpulin tugas kemarin!! Aku harus kumpulin tugasnya pagi-pagi banget." Kata Leni sambil memukul jidatnya. Sebenarnya ia hanya berakting lupa agar mamanya tidak menginterogasi dia lebih lanjut.

Leni lalu segera meyambar roti lapis, "aku pergi dulu ma!!" Ia lalu menyumbatkan roti lapis itu ke mulutnya.

Leni segera berlari dari rumah, mulutnya mengunyah-ngunyah roti yang bahkan ukurannya lebih besar dari mulutnya, 'duh, keambil roti yang salah nih.' Sedangkan 1 tangannya memegang roti itu.

Bukannya tetap berjalan lurus, ia malah menghampiri sebuah mobil lambhorgini merah yang berada di pinggir jalan, letaknya hampir agak tersembunyi.

Tanpa ragu-ragu, Leni langsung membuka pintu di samping tempat pengemudi dan duduk. Mulutnya masih penuh dengan roti lapis, pokoknya tampak sangat tembem.

"Kamu ini betul-betul kurang bisa bertindak layaknya perempuan ya?" Tawa Denny di yang duduk di kursi pengemudi. "Apalagi, lagi-lagi kamu bisa menemukan mobilku."

"Uh-huh. Jelas aku bisa menemukannya dengan cepat. Mobilmu mobil paling menor di jalan ini tau!" Jawab Leni setelah berhasil menelan roti lapisnya. "Apa lihat-lihat? Ayo cepat berangkat, 15 menit lagi kita bakal terlambat."

"Tunggu." Denny kemudian mengambil sarung tangannya dan mengelap mulut Leni. "Cemot-cemot tau!"

Pipi Leni kemudian memerah, ia langsung menyambar sapu tangan Denny dan menutup mulutnya.

"Haha, malu-malu", tawa Denny. "Yaudah, yuk cabut."

***

10 menit kemudian, mobil lamborghini itu sudah tiba di lapangan parkir di belakang sekolah.

My Mystical SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang