W_14

546 17 1
                                    

Audi yang sedang bersandar di bahu Rafael, tiba-tiba melihat kejadian masa kecil, tepatnya waktu SD. Audi hanya senyum-senyum saat bayangan itu melintas. Rafael hanya melirik ke arah Audi.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

"Hiks... Hikss..."

Terdengar suara tangisan di belakang pohon beringin. Pohon yang angker terlihat semakin angker.

"Audi?" sahut anak laki-laki di depan gadis kecil yang sedang menunduk menangis.

Audi yang semula menunduk perlahan mengangkat kepalanya dan segera berdiri.

"Kakakkk..." jeritan tangis Audi semakin terdengar. Audi langsung berhambur memeluk Rafael.

"Siapa yang membuatmu menangis?" tanya Rafael sambil memeluk Audi.

"Billy dan temannya. Dia mengambil bekal makananku" ucap Audi. "Lalu dia menarik pitaku" Audi sesenggukan.

"Udah jangan menangis lagi. Sekarang kita ke kantin, kakak mau belikan Audi kue. Tapi janji jangan cerita ke Mama kalo jajan di kantin" ucap Rafael. Audi menganggukkan kepala.

"Mana pitanya, biar kakak yang pasang di rambutmu" sahut Rafael lembut.

Audi pun memberikan pita berwarna merah muda. Rafael merapikan rambut Audi dan mulai menghiasinya dengan pita.

"Ayok ke kantin. Sebentar lagi bel masuk kelas" ucap Rafael menghapus air mata Audi. Audi menganggukkan kepala. Rafael meraih tangan Audi dan mulai menggenggamnya. Mereka berjalan menuju kantin sekolah.

"Ambil saja yang Audi mau. Kakak yang bayar semua asal Audi tersenyum dan nggak menangis lagi" ucap Rafael sambil tersenyum. Audi pun mengusap air matanya dan tersenyum ke arah Rafael.

Setelah mereka membeli kue di kantin, mereka langsung menuju ke kelas Audi.

"Terima kasih, Kak Rafael" sahut Audi di depan pintu kelas III-B. Rafael menganggukkan kepala.

Saat beberapa anak berjalan menuju kelas, Audi semakin mendekat ke Rafael.

"Kenapa?" tanya Rafael.

"Itu Billy" sahut Audi.

Billy pun berjalan melewati pintu. Kaki Rafael terangkat dan menghadang Billy.

BRAAKK

Billy tersungkur jatuh. Kedua temannya menolong Billy.

"Kamu yang namanya Billy?!" seru Rafael berjalan ke arah Billy. Billy yang semula duduk kemudian berdiri.
Teman sekelas Audi dan Billy yang melihat kejadian ini cuma bisa diam. Satu sekolah juga sudah mengetahui, Rafael kelas V-A jago karate. Apalagi dengan badannya yang tinggi beda dengan anak seumurannya membuat Rafael cukup ditakuti.

"Mana bekal Audi?!" seru Rafael.

"Kak Rafael.." sahut Audi. Rafael menengok ke arah Audi yang terlihat ketakutan jika kakaknya akan berurusan dengan para guru.

"Audi itu adikmu?" Billy pun bersuara.

"Iya!" tegas Rafael menghadap Billy.

Billy pun berbisik ke teman sebelahnya. Lalu temannya pergi menuju bangku untuk mengambil sesuatu.

"Ini..." sahutnya memberikan kotak bekal.

Rafael segera mengambil kotak bekal berwarna merah jambu dan membukanya. Kosong.

"Kalau masih mengganggu Audi, kita berantem! Kamu lapor ke guru pun aku enggak takut!" Rafael memperingatkan Billy. Rafael pun berjalan ke arah Audi.

"Simpan kotak bekalmu" ucap Rafael lembut ke Audi. Audi pun menerimanya.

Rafael segera keluar kelas karena bel tanda berakhirnya istirahat telah berbunyi. Sepeninggalan Rafael, Audi melihat Billy dengan rasa takut.

"Aku minta maaf" ucap Billy. "Aku lapar jadi mengambil bekalmu" ucap Billy. Audi menganggukkan kepala.

"Kalau kamu lapar, bilang saja. Aku akan membagi bekalku" ucap Audi sambil tersenyum. Billy yang melihat senyuman dari Audi menjadi tersipu malu.

"Maaf kalau kak Rafael tadi kasar" sahut Audi.

"Aku kalau jadi kakak akan seperti itu" ucap Billy sambil berjalan ke bangku.

"Maaf ya Audi" sahut kedua teman Billy. Audi menganggukkan kepala.

"Terima kasih, Kak Rafael" batin Audi. Audi pun berjalan menuju bangkunya sambil memeluk kotak bekal berwarna merah jambu.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

"Kamu kenapa?" tanya Rafael saat Audi kembali senyum-senyum sendiri.

"Enggak apa-apa kok" sahut Audi sambil tersenyum dan memeluk Rafael dari samping.

Rafael sedikit terkejut dengan tingkah Audi. Tangan Rafael bergerak ke puncak kepala Audi dan mengelus perlahan.

"Raf..." panggil Audi.

"Iya" Rafael melirik ke bawah.

"Jangan lupa untuk bahagia karena kamu pantas merasakan kebahagiaan apapun kondisi hatimu" sahut Audi mempererat pelukannya.

"Pasti" sahut Rafael sambil tersenyum dan membalas pelukan Audi.

END

-----------------------------------------------------------

"Berjalan tak harus selalu ke depan.
Terkadang jika ada tanda berputar balik, maka bisa kamu mengikuti tanda tersebut. Terpenting, tetap bahagia" - EllaTan02

WALK [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang