W _ 10

272 16 0
                                    

Flashback: ON

Rafael pulang lebih cepat dari perkiraan. Rencana awal sampai Jakarta pada malam hari dengan keberangkatan kereta waktu sore. Ternyata urusan dapat diselesaikan pagi hari dan tiket pulang sudah ada digenggaman.

Saat ingin memberi kejutan untuk Enzy, ternyata dia sendiri yang terkejut. Sore itu setelah sampai salah satu stasiun di Jakarta, Rafael langsung menuju rumah Enzy. Saat memasuki kompleks perumahan Enzy, Rafael bersenandung kecil untuk mengungkapkan kegembiraannya.

Tiga rumah dari rumah Enzy, Rafael melihat Enzy masuk mobil dengan pria lain.

Deg!

Rafael terkejut dengan pemandangan di depan matanya. Mobil yang dikendarai Rafael langsung menepi, membiarkan mobil di depannya melintasinya. Tentunya di dalam mobil itu adalah Enzy dan pria asing tersebut.

Rafael lalu memutar haluan untuk mengikuti mobil asing tersebut.

"Mau kemana mereka?" pikir Rafael.

Mata sipit Rafael selalu waspada mengikuti kemana mobil yang menjadi incarannya pergi. Akhirnya, mobil tersebut berhenti di sebuah taman. Enzy dan pria asing tersebut turun dari mobil dan melangkah bersama sambil bergantengan tangan.

"Sial!" umpat Rafael sambil memukul setir yang dihadapannya.

"Ini kah jawabannya? Jawaban dari segala keresahan yang selama ini menyelimuti?" lirih Rafael.

Rafael pun membuka pintu mobil dan berniat mengikuti mereka dengan perlahan.

"Cepat atau lambat sepertinya ini akan terjadi. Apakah aku harus berterima kasih kepadamu, Tuhan?" ucap Rafael sambil menatap langit yang seakan tersenyum mengejeknya.

Flashback: OFF

-----------------------------------------------------------

Inikah rasanya perpisahan?

Memasang topeng senyuman padahal hati teriris. Seakan baik-baik saja padahal tidak baik. Menyapa setiap orang dengan ceria, padahal ada hati yang tersiksa. Melamun dengan segala kemanisan palsu, tersenyum karena terpaksa

Pernah kamu merasakan amat berdosa karena mempermainkan cinta? Mencoba dalam batinku tidak menangis.

Tenggelam dalam cintamu yang tak bertepi. Membuatku sesak nafas. Seakan ada yang terhimpit dan sakit.

Menangis dalam diam ini mengingat dirimu yang meninggalkanku. Seperti sendiri mencoba bertahan dalam beban perih.

Sejak kamu bertemu dengan dia. Waktumu hanya untuk dia. Aku rasa cinta ini tak berguna.

Aku sadari kamu menghindar dari cinta ini. Harusnya kamu memahami sakitnya dikhianati. Jika kamu punya hati.

Andai aku bisa mengembalikan waktu. Apakah aku meminta untuk tidak mengenalmu? Agar aku tak mengenal apa itu pengkhianatan.

Andai aku bisa kembali ke masa lalu. Apakah aku ingin tak berjumpa denganmu? Agar aku tak tahu apa itu rasa sakit.

Tidak..
Mengenal dan berjumpa dengan kamu adalah keindahan. Walau terkadang keindahan tak semua berakhir dengan indah.

Sulit aku untuk bisa membenci kamu. Memisahkan segala kenangan indah dan menggantikan dengan amarah.

Aku tak bisa membenci kamu. Bukan berarti aku mencintaimu.

Bila esok kamu datang kembali. Mungkin aku tak bisa menerimamu lagi. Ini keputusanku.

Kini biarlah aku menikmati sakit, perih, letih, teriak, dan menangis dalam hati. Kesedihan harus dinikmati selaksana kebahagiaan, bukan?

Afra?
Kenapa nama itu terlintas?
Apa aku harus mengejar dia kembali?

Berjalan tak harus selalu ke depan.
Terkadang berjalan itu jika ada tanda berputar balik, maka lakukan.

Apakah harus seperti itu?
Biarlah suasana hati ini kacau
Badai pasti berlalu
Hanya menunggu waktu...

Apakah waktu akan mempertemukan kita, Afra?
Karena kita masih memiliki obrolan yang harus dibicarakan.
Kita berhutang pada waktu.

WALK [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang