EPILOG

905 49 12
                                    

Angie membuka-buka album lama yang dia simpan rapi di lemari disudut kamarnya. delapan tahun yang lalu dia masih terlihat sangat muda dan bersemangat. Dia melihat potret dirinya bersama sahabatnya Mia memakai seragam sekolah, juga melihat foto dirinya dalam drama klub, Angie mengingat ingat panggung pertamanya. Rasanya sangat menakjubkan, bahkan dia dapat mengingat kembali kehangatan yang timbul dalam dadanya.

Dia membalikkan halaman-demi halaman, hingga dia melihat potret dirinya bersama dua anak laki-laki. Leo dan Mitsuki. Angie tidak ingat kapan foto ini diambil. Tapi sepertinya foto ini diambil saat mereka pergi ke amusement park. Saat itu sangat menyenangkan.

Pandangannya menelusuri foto itu, Dia merindukannya sangat merindukan sosok dalam foto itu. Angie meneteskan air mata tanpa dia sadari. Di saat sperti ini dia sangat merindukan sosok Leo.

Ting Tong!!

Bunyi bel pintu menyadarkan Angie untuk kembali kepada kehidupan nyata. Setelah lulus dari kuliah dan mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan, Angie memutuskan untuk tinggal sendiri di Surabaya meskipun dia masih menyewa sebuah rumah minimalis.

Dia mengintip dari jendela samping sebelum membuka pintu rumahnya. Sesosok pria bertubuh jangkung dengan badan yang sangat tegap. Angie sangat mengenali sosok itu meskipun tanpa melihat wajahnya terlebih dulu.

"Bagaimana kau bisa berada disini?" Tanyanya setelah pintu berhasil dibuka dengan sempurna. "Bukankah seharusnya kau ada di jerman karena proyek dari perusahaanmu?"

"Bagaimana aku tidak pulang jika besok adalah ulang tahun tunanganku." Kata Leo dengan senyumannya yang secerah matahari.

Sosok dingin Leo tidak pernah dia tunjukkan saat bersama Angie. Dia selalu menjadi matahari bagi Angie.

Angie memeluk Leo di depan pintu, "Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu."

"Aku rasa lebih baik kau membiarkanku masuk terlebih dahulu. Aku sangat lapar."

"Baiklah, kalau begitu aku akan membuatkanmu makanan lezat."

Mereka berdua masuk kedalam rumah. Angie langsung menuju dapur untuk mempersiapkan makanan. Sedangkan Leo mengganti kemeja dan jasnya dengan kaos longgar putih.

"Aku dengar Mitsuki datang ke Indonesia."

"Memang." Jawab Angie, "Dia berjanji tahun ini akan merayakan ulang tahunku bersama."

Prak!

Jelas sekali itu adalah suara telur pecah. Saat Angie membalikkan badannya dia melihat Leo dengan telur ayam yang berantakan ditangannya.

Angie tersenyum melihat itu semua. Dia tahu Leo tidak bisa tahan dengan kedekatannya itu dengan Mitsuki meskipun kini Leo dan Mitsuki menjadi sangat dekat. Bahkan Leo sempat tinggal di rumah Mitsuki di Tokyo saat dia mendapatkan beasiswa belajar disana.

Ting Tong!

"Ah itu pasti mereka." Kata Angie dengan cerianya.

"Siapa?"

"Siapa-siapa saja yang ingin merayakan ulang tahunku besok."

Angie membukanan pintu untuk tamunya. Dari balik pintu masuk Mitsuki. Ekspresi wajah Leo langsung berubah menjadi merah, dia merasa sangat kepanasan saat melihat wajah Mitsuki muncul.

Kemudian Mia masuk, Mia dewasa sangat cantik. Bahkan lebih cantik daripada saat dia masih SMA dulu. Melihat Mia Leo menjadi sedikit lebih tenang.

"Aku membawa banyak makanan. Aku yakin kalian belum makan malam." Ujar Mia sembari menuju dapur. "Ah, hai Leo." Sapanya saat melihat Leo duduk di meja makan.

"Ah Leo!" Seru Mia saat sadar bahwa Leo ada disana.

"Ya, hai Mia. Benar sekali ini aku Leo." Kata Leo dengan sikap dingin seperti waktu SMA dulu.

Mitsuki kemudian ikut duduk di meja makan, dia menyeret kursi disamping Leo kemudian duduk disana.

"Kau mengundang orang-orang ini dan melupakanku?" Bisik Leo kepada Angie saat angie membantu Mia mempersiapkan makanan yang dia bawa.

"Karena kau bilang tidak akan pulang bulan ini dan terlalu sibuk dengan pekerjaanmu untuk mengangkat telpon dariku."

"Ya... aku mengerti, aku dilupakan."

TingTong.

"Masih ada lagi?"

"Tentu saja."

Kali ini Leo yang membuka pintu, Nico muncul dari balik pintu. Dia terlihat sangat segar dengan pipinya sedikit chubby dan betuk badan yang bidang. Kharisma-nya pun tetap terasa. Dia memang pantas dijuluki pangeran sekolah.

"Halo dokter Nic, apa kabarmu?" Sapa Angie dari dapur.

"Yah, kau harus selalu menjaga kesehatanmu untuk pasienmu." Jawabnya, "Oh hai Leo. Kau datang? Aku kira kau sedang berada di jerman."

Edi tiba-tiba saja muncul tepat dihadapan Leo dengan semangatnya hingga membuat jantung Leo melompat.

"Apakah ini sudah semuanya?" Tanya Leo dingin. "Ini reuni atau apa? Bagaimana bisa aku bertemu orang-orang ini—"

"Disaat kau hanya ingin berdua dengan Angie." Lanjut Kak Ocha. "Aku benarkan?"

"Ocha... kamu datang?" Ujar Leo, pipinya menjadi merah karena keinginannya dibongkar oleh Kak Ocha.

"Tentu saja. Bagaimana aku bisa melewatkan pesta ulang tahun teman terbaikku?"

Kak Ocha kemudian langsung bergabung dengan anggota geng yang lain. Makan malam itu penuh arti, penuh kebahagiaan. Suasana hangat seperti inilah yang selalu diinginkan Angie. Bersama orang-orang yang dicintainya, tertawa dan bercanda dengan bebasnya, Angie rasa itu lebih dari cukup.

Saat bintang-bintang menghilang dan pagi datang, kita akan menghadapi hari baru. Selalu ada awal yang baru pada setiap fajar, selalu ada cerita baru pada setiap langkah, selalu ada kenangan baru pada setiap orang yang kita temui hari ini. Jangan terlalu menghawatirkan hal-hal kecil, berbahagialah. Ingatlah bahwa senyuman membawa kebahagiaan.

Let's smile today, Let's smile tomorrow, Let's smile everyday.


BITTER SWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang