Pagi ini benar-benar dingin. Angelina, cewek berperawakan tinggi dan memiliki kulit yang pucat, dengan ogah-ogah bangun dari tempat tidurnya yang begitu hangat. Angie menekan tombol di jam beker yang sudah dari semenit yang lalu berdering dengan nyaring, kemudian dengan sembarangan membuangnya ke samping bantal. Beberapa menit kemudian dia mengangkat jam beker bebek tersebut hingga kira-kira berjarak hanya sepuluh centimeter dari wajahnya. Jam yang sekarang berada di tangannya sudah menunjukkan pukul lima lima belas. Masih pagi memang, tapi Anggie sudah mulai beranjak dari tempat tidurnya meskipun matanya mengatakan untuk tetap berada di balik selimut tebal itu.
Angie langsung mandi dan bersiap-siap. Tiga puluh menit kemudian, Angie sudah berdiri di depan satu-satunya cermin yang tergantung di dinding kamarnya. Pakaiannya sudah rapi, Dia menguncir tinggi rambut dan menata poninya sedemikian hingga sampai dia benar-benar merasa pas dengan pantulan dirinya di cermin. Juga tak lupa dia memakai kacamata, Anggie memiliki pandangan yang buruk saat awal masuk kelas tiga SMP dulu.Kemudian menyandang tas punggungnya yang berisi seluruh mata pelajaran hari itu. Angie turun ke dapur untuk memberi salam kepada ibundanya tercinta.
Suasana dapur seperti biasanya, ramai dengan suara denting peralatan dapur yang bertabrakan. Baunya pun sudah tak asing di hidung. Sampai kadang-kadang Angie bisa tepat menebak masakan apa yang sedang di masak oleh mama. Di meja makan sudah duduk dengan rapi Tommy, adik laki-laki sekaligus satu-satunya adik Angie yang sekarang sedang dengan nikmatnya menyantap roti bakar buatan mama. Di sebelahnya ada papa yang duduk tenang membaca Koran pagi sambil menikmati kopi panas, dan menunggu masakan mama yang belum juga terhidang. Angie mendekat kearah mama yang sepertinya sedang sibuk dengan pekerjaannya.
“Angie berangkat dulu Ma.” Kata Angie sambil menjabat tangan wanita paruh baya yang anggun itu.
“Kamu berangkat bareng papa dan adikmu gih. Udah siang, nanti kamu terlambat masuk sekolah.” Ujar Mama sambil Mencium pipi Angie.
“Sebentar lagi Mia pasti sudah sampai di disini.” Timpal Angie.
“Baiklah kalau begitu.”
Bel pintu depan berbunyi beberapa kali. “Sepertinya Mia sudah datang. Cepat kamu berangkat, jangan sampai Mia menunggu lama.”
“Angie berangkat ya Ma, Pa” Kata Angie “Oh iya, dadah Tom−”
Tommy mendelik kearah Angie yang sekarang sudah keluar dari dapur dan menuju ruang depan. Tommy selalu tidak suka bila di panggil dengan Tom saja. Nama itu selalu identik dengan Jerry pasangannya di kartun Tom and Jerry.
Di teras depan sudah berdiri Mia dengan wajah ceria seperti biasanya. Mia adalah sahabat Angie dari SMP. Setiap hari mereka berangkat dan pulang bareng. Mia berbadan tinggi dan langsing seperti Angie.Untuk tampilan, mereka berdua sama-sama cantik dan keren. Tapi berbeda dengan Anggie yang sporty, Mia lebih terlihat manis seperti boneka.
“Sori lama.” Kata Angie saat membuka pintu dan mendapati Mia dibaliknya.
“Ah nggak apa-apa kok. Kan kamu selalu agak telat bukain pintunya, jadi udah biasa.” Timpal Mia dengan wajah masih saja tetap cool.
Angie hanya meringis kearah Mia mendengar kata-katanya.
“Yuk berangkat sekarang, biar nggak telat sampai di sekolah.” Kata Angie.
Mereka menuju mobil hitam milik papa Mia yang sudah parkir tepat di depan pagar rumah Angie. Di dalamnya sudah ada Bang Odi supir kepercayaan keluarga Mia. Bang Odi nyengir saat melihat Angie, memamerkan giginya yang tinggal beberapa saja sebagai tanda ucapan selamat pagi. Angie membalas cengiran Bang Odi dengan senyum lebar yang menunjukkan keakraban. Mereka berdua masuk ke jok belakang. Tanpa perlu di perintah pun Bang Odi sudah menjalankan mobilnya menjauhi rumah Angie ketika mereka berdua sudah masuk dan duduk tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTER SWEET
Ficção AdolescenteAngie menyatakan perasaannya kepada Leo, temannya sejak SMP di taman sekolah tepat setelah upacara penerimaan siswa baru di SMA Galileo. Pangeran es itu menolak dengan dinginnya pernyataan cinta Angie. Suatu hari, Mitsuki tetangga sebelah rumahnya s...